"Cowok tinggi tadi siapanya kamu fy ?", tanya Sivia penasaran sambil menggulung sedikit ujung rambut panjang Ify ditelunjuknya. Saat ini mereka sedang duduk bersama dengan dua cowok tampan yang sedari tadi hanya diam diujung balkon menikmati malam.
"Rio kak."
Sivia menghentikan kegiatannya sambil mengerutkan kening. "Dia siapa fy ? bukan namanya siapa ?!"
Ify terkikik sendiri melihat Sivia yang begitu penasaran. Wajah bundar gadis itu manyun. Bibir mungilnya mengerucut kecil.
"Engg...ntar malem aja kak aku cerita. Aku tidur dikamar kak Via deh ya ?", bukannya menjawab Ify malah mengucapkan janjinya. Tapi dengan begitu Sivia mengangguk sambil nyengir. Membuat Ify mengacungkan ibu jarinya juga.
"Pacar kamu fy ? Yakin ? Cowok ceking gitu ? Item pula ?", Cakka ikut membuka suaranya. Sudah tak tahan untuk diam saja ia rupanya bersama lelaki bermata sipit disampingnya yang justru sedang melamun.
Bola mata Ify yang bulat nyaris keluar dari matanya. Ucapan kakaknya itu tak pernah jauh dari nada sinis setiap kali ada seseorang yang ia bawa kerumah. Ketika ditanya mengapa, Cakka hanya berpendapat jika seharusnya Ify bisa dapat pacar yang lebih. Tapi sampai sekarangpun, sudah ada beberapa cowok yang Ify bawa, tetap saja masih kurang pas menurut Cakka.
"Nggak usah mulai deh kak.", desis Ify sebal. Menampakkan ekspresi tak sukanya atas ucapan lelaki itu. Cakka terkekeh sinis sambil mengangkat bahu.
"Lah emang gitu keliatannya. Kakak aja yang cowok nggak nafsu pas liat dia, tapi kok kamu mau ya sama...siapa itu tadi namanya vin ?" Cakka menoleh pada Alvin.
"Rio Cak.", sahut Alvin.
"Nah iya itu si Rio. Ayah aja keliatannya udah kurang mood gitu pas ketemu dia.", Lanjut Cakka lagi. Masih mempertahankan pendapatnya.
Ify masih tak setuju dengan pendapat kakaknya. Baginya, Rio sudah nyaris memenuhi bagaimana kriteria pacar impiannya. Tapi ketika Cakka menyinggung soal ayahnya yang bersikap aneh ketika berbicara dengan Rio, membuat Ify menakutkan satu hal. Sesuatu yang besar, yang sejauh ini belum berani ia ungkapkan dengan keluarganya tentang siapa sebenarnya seorang Rio.
"Bukannya setiap cowok yang aku bawa kerumah selalu aja ada kurangnya menurut kakak kan ?",
"Ya abis, cowok-cowok itu nggak ada yang gantengnya bisa ngalahin kakak. Oke minimal nyamain deh."
PLAK !
"Adoooh !", Cakka mengerang saat dengan siaga Alvin menampar keras pipinya dengan koran yang digulung. Ia mendelik sebal sambil meringis, merasakan panas dipinggir wajahnya.
"Sebelum ngomong gitu, monggo ngaca dulu cuy !", kata Alvin santai sambil mengangkat bahunya. Seperti apa yang ia lakukan tadi bukan sesuatu yang salah. Sivia dan Ify yang sebelumnya melongo langsung tertawa terbahak-bahak.
"Tapi ojo ngono to vin ! loro iki loro.", gerutu Cakka dengan logat jawanya yang kental. Mengajukan protes pada sahabatnya yang ia klaim sebagai bule jawa-amerika itu.
Alvin terkekeh. "Ya sopo suruh Cak."
"Udah ah, vin aku sama Ify mau kekamar ya ?", Sivia menyela sebelum sepasang sahabat itu kembali melanjutkan perang mereka yang tertunda.
Alvin mengangguk. "Love you vi. Hehe..."
"Lope yu lope yu ndasmu somplak vin vin !", Cakka mendumel kesal masih dengan tangan yang mengusap-usap pipinya yang merah. Sekali lagi dengan ringan Alvin menjitak kepalanya.
***
Keesokan harinya...
"Brother !", suara berat itu disertai tepukan cukup keras dibahu Rio membuatnya sedikit terlonjak. Tapi senyumnya langsung mengembang saat seringaian tengil milik sahabatnya yang sudah beberapa hari absen kembali ada pagi ini.
Dengan melihat isyarat mata Rio yang bening, Gabriel kemudian berkata lagi. "Gue semalem udah merenung tuh kayak saran elo. Dan tadi subuh gue baru aja dapet pencerahan yo."
"Terus apa yang mau elo lakuin sekarang ?"
Gabriel tersenyum aneh. "Elo liat aja ntar pas penutupan hut sekolah."
Meskipun penasaran, Rio hanya mengangkat bahu. Tangan kanannya balik menepuk pundak Gabriel. Secercah semangat positif ia salurkan, untuk apapun yang akan Gabriel lakukan nantinya. Rio percaya sekarang, jika sahabatnya itu telah kembali baik-baik saja.
"See you kalo gitu yel !"
Gabriel mengangguk dan pergi menjauh. Berlari kecil menyongsong koridor panjang sekolah. Rio tersenyum, -sekali lagi- ditempatnya. Gerakan lucu dari ransel dipunggung Gabriel yang selalu menjadi hiburan tersendiri baginya juga kembali hadir pagi ini.
***
Tiga hari setelah event besar dalam rangka ulang tahun sekolah, siang pukul sebelas lebih dua puluh lima menit dihalaman sekolah yang disulap menjadi panggung pertunjukkan sebagai puncak acara sekaligus penutupan.
Suasana bising dan riuh masih terdengar disana-sini, silih berganti tak pernah berhenti. Apalagi satu per satu pengisi acara sudah mempersembahkan penampilan terbaik mereka khusus untuk hajatan sekolah mereka tercinta. Entah masih ada lagi atau tidak yang akan tampil diatas panggung yang didekorasi dengan tema simple birthday itu, tapi yang jelas sang mc yang centil sudah kembali mendengarkan suaranya yang cukup cempreng dengan intonasi bicara yang tak pelan, sudah seperti iringan kereta api saja namun bisa berartikulasi dengan tepat.
"Okey semua yang masih pada setia didepan panggung ini sambil panas-panasan, terus juga yang lagi pada ngadem sambil mojok dibawah pohon asem yang disana, gue bentar lagi bakal nutup acara hut sekolah kita tercintah tahun ini..", sang mc menarik nafas sebentar. "But, setelah ininih ada satu lagi yang mau nunjukin penampilannya kekita semua. Cowok jangkung yang ngakunya keceh, yang ngakunya one of the most top boy, yah meskipun gue juga nggak yakin. And the finally kita langsung aja ngeliat penampilan doi, cekidot !", sang mc berseru sambil merentangkan sebelah tangannya riuh.
Hening serentak. Mempersilahkan sosok yang mulai menyunggingkan senyum manisnya mulai muncul dari belakang panggung. Ditubuhnya sudah tersangga sebuah gitar hitam.
"Hei semua ! gue bukan mau ngisi acara ini kok, soalnya gue tau yang pengisi acara pada dikasi kotakan doang. Itupun isinya cuma lemper sebiji, air putih segelas, sama permen kaki. Hahaha...", ucap Gabriel santai yang langsung disambut ledakan tawa penontonnya. Ketengilannya yang biasa.
"Makanya, sekarang gue cuma mau numpang nyampein apa yang mau gue sampein. Shil...", raut wajah Gabriel berubah serius, ditatapnya Shilla yang juga sedang menontonnya tak jauh dari panggung. Semua yang hadir serentak menatap gadis itu. "Lagu ini ungkapan apa yang mau gue sampein yang nggak sanggup sama sekedar obrolan biasa."
Didalam hati ini hanya satu nama
Yang ada ditulus hati kuingini
Kesetiaan yang indah
Takkan tertandingi
Hanyalah dirimu satu
Peri cintaku...
Benteng begitu tinggi
Sulit untuk kugapai....
PROK..PROK..PROK
"Yeeeeeey !", aplouse meriah langsung bergemuruh saat Gabriel mencapai titik tinggi nada dari lagu yang dinyanyikannya.
Aku untuk kamu
Kamu untuk aku
Namun semua apa mungkin
Iman kita yang berbeda
Sepenggal lirik tadi membuat refleks Ify memegang tangan Rio. Menggenggam jarinya. Merasakan semua hangat tubuhnya. Merasakan ada sesuatu yang mengalir tulus dari diri pemuda tampan disampingnya itu. Mereka saling mengeratkan tautan itu sembari menatap teduh satu sama lain. Mereka disana, dibangku besi tepat dibawah sebuah pohon akasia sekolah.
Tuhan memang satu
Kita yang tak sama
Haruskah aku lantas pergi
Meski cinta takkan bisa pergi...
Shilla mengangguk kecil sambil menatap lurus mata laki-laki tampan dipanggung sana. Hey, cinta berwujud apa yang ada dibola mata Gabriel ? Hingga tak ada satupun yang mampu menggesernya dari pikiran Shilla. Cinta yang selalu berwujud ketulusan dan keikhlasan jawabannya.
Is The coin casino scam or legit? - CasinoWow.com
BalasHapusThe casino itself kadangpintar is relatively small but has an excellent reputation among casino players, 바카라 and even online poker players who are 인카지노 new to gambling,