Selasa, 26 Juni 2012

Cinta Matahari (Sekuel of Dibalik kisah)

Seandainya kita..
Dicipta menjadi satu..
Pasti suatu saat..
Kita akan bertemu..
---

Kini aku kembali memandangnya. Hanya memandang untuk kesekian kalinya yang mungkin sudah menjadi kebutuhanku setiap harinya. Seperti bernafas, mungkin inilah diriku. Dirinya sebagai udara yang mampu menyejukkan dikala himpitan. Namun juga sebuah kesesakkan dalam menahan kerinduan.

Senyumku makin mengembang dikala dirinya berjalan riang bersama teman-temannya. Mengibaskan rambut indahnya dan menghempaskan poni didahinya. Mata beningnya mampu memancarkan kehangatan diantara canda tawa dihadapan para sahabatnya.

---
Seandainya kita dicipta..
Untuk tidak menjadi satu..
Walau dekat selalu..
Kau takkan pernah menjadi kepunyaanku..
---

Tunggu, ada yang mengusik pemandanganku kini. Ada sesosok laki-laki yang mengamit lengannya. Tak dapat kupungkiri, ada tatapan berbeda dari laki-laki itu. Bukan tatapan hangat dari sebuah pertemanan. Tapii... Ahh, kutepis semua rasa yang mengusikku saat ini. Hingga tanpa sadar, kuturunkan kaca mobilku dan menatap lekat-lekat sosok laki-laki yang kini bersama.. ehemm.. gadisku. Mencoba menangkap setiap kata yang terlontar dari bibir manis sang gadis dan sosok laki-laki dihadapannya.

Bodoh ! Terlalu jauh tempatnya dan tempatku. Disini, ditempat ini, sepertinya terjadi persempitan udara. Karena entah mengapa kesesakkan mulai merajai dadaku kali ini.

---
Mencintai..
Bukan bagaimana kita melihat..
Tapi..
Bagaimana kita merasakan...
---

Inikah yang disebut para remaja dengan CEMBURU? Apa? Cemburu? Apa berarti aku masih menyukainya seperti dulu? Mencintainya seperti saat itu? Inikah yang dirasakan gadis itu disaat aku bersama gadis lain? Jujur, sampai saat ini aku masih ragu dengan hatiku. Ragu dengan perasaanku terhadapnya. Aku selalu meyakinkan diriku jika dirinya hanyalah batas kekagumanku. Tapi, taukah kau? Hati kecil tak akan bisa berbohong. Aku mencintainya. Mencintai Alyssa Saufika.

---
Dalam setiap perjalanan..
Selalu saja ada rintangan yang sama..
Yang membedakan..
Adalah saat kau memilih..
Untuk menyerah atau bertahan..
---

Saat ini, kembali kuyakinkan diriku jika dialah yang terakhir. Memantapkan diriku jika dialah yang terbaik. Yah aku harus yakin. Aku mengangguk angguk sendiri meyakinkan janji dalam hatiku..
“Rio..” Tiba-tiba ada yang menyapaku.
“Dea?” Ucapku tertahan. Kaget karena sosok dihadapanku ini ialah cinta pertamaku waktu itu. Ingat semua sudah berlalu..
“Gue ga nyangka deh ini elo. Loe makin cakep” Puji Dea.
Aku hanya tersenyum tipis menanggapinya, sambil berusaha mencuri-curi pandang kearah gadisku. Oh tidak! Gadis itu memilih pulang bersama sosok laki-laki yang tak kukenal. Damn! Aku terlambat.
“Liat apa Yo?” Tanya Dea sambil mengikuti arah pandangku.
Aku menggeleng cepat.
“Ah, lebih baik loe anter gue pulang yuk? Males gue panas-panasan” Pinta Dea manja.
Inilah kelemahanku, paling tidak bisa untuk menolak permintaan. Akhirnya dengan pasrah kulirik jok disebelahku mengisyaratkan Dea agar masuk dan duduk kedalam Trush hitamku.

***

---
Cinta sejati adalah..
Ketika dia menyakiti..
Kau masih peduli..
Dan ketika dia tidak peduli..
Kau masih menunggunya dengan setia..
---

Untuk kesekian kalinya aku melihat sosok dibalik baja hitam itu. Sosok yang awalnya kupikir menungguku. Tapi perkiraanku salah, dia menunggu sosok lain. Sosok gadis pertama dalam hidupnya. Sosok cinta pertamanya. Tentu saja bukan diriku.

---
Kadang tanpa kau sadari..
Orang yang kau sayang..
Adalah orang yang..
Paling sering menyakitimu..
---

Bodoh! Itulah kata yang tepat untukku saat ini. Masih mengharapkan dirinya. Mengharapkan sosoknya kembali hadir kehidupku. Mengharapkan hati seorang Mario Stevano untuk seorang Alyssa Saufika. Oh, keinginan yang bisa dibilang impossible ! Mengharapkannya saja aku butuh kekuatan untuk bertahan melawan ribuan hantaman ketika ada sosok gadis lain didekatnya. Untuk memilikinyam mungkin aku membutuhkan bantuan kaki orang lain untuk masih bisa berdiri ditempat.

---
Kuakui sosokmu semakin jauh..
Tapi tak bisa kupungkiri..
Rasa itu semakin dekat..
---

Inilah aku. Sosok gadis sederhana yang memiliki rasa yang luar biasa. Sosokmu begitu jauh, tapi mengapa selalu ada dorongan ketika aku memilih mundur? Kau terlalu tinggi, tapi mengapa selalu ada yang memaksaku bertahan disaat aku terhempas jatuh?

***

---
Jangan pernah berjanji..
Untuk sebuah kesetiaan..
Tapi berjanjilah..
Untuk sebuah perasaan..
---

Senyum itu hilang, berpendar dari wajah manisnya. Hey ! kemana senyum itu berhempas? Mengapa aku tidak dapat kembali melihatnya untuk hari ini? Dan, Hey ! Apa-apaan ini? Bahkan dirinya langsung memilih pulang bersama laki-laki yang kemarin mengantarnya.

Himpitan kesesakkan kembali memenuhi rongga paru-paruku. Kembali kuyakinkan diriku dirinyalah cintaku. Dirinya mampu bertahan saat itu. Mengapa aku tidak? Aku pasti bisa. Bisa setia untuknya. Menjaga perasaan ini untuknya.

***

---
Mencintai itu..
Bukan bagaimana kita melupakan..
Tapi bagaimana kita memaafkan..
---

Tak kupungkiri sekarang aku tak lebih dari seorang remaja galau yang bingung dengan perasaan yang kualami. Perasaan sesak itu kembali kualami setelah lama kulalui dalam mempertahankannya.

Tapi inilah aku. Kebodohanku nyatanya mampu meredam semua amarah yang menghimpit dadaku. Dan tak penah menutupi kenyataan. Maaf ini selalu ada untuknya.

---
Terkadang cinta butuh keegoisan..
Namun bukan sebuah kebutaan..
---

Egois. Salahkah rasa itu? Sebuah rasa yang besar untuk memilikimu. Menginginkan hatimu. Aku ingin egois jika untuk memilikimu karena aku begitu menginginkan hatimu.

Egois. Mungkin rasa inilah yang membuatku bertahan selama ini. Bertahan untuk mencoba kembali menjadi pemegang kunci hatimu. Aku ingin. Sangat Menginginkannya.

---
Kebahagiaan tetap dapat ditemukan..
Bahkan disaat tergelap..
Asal kita tidak lupa..
Menyalakan cahaya..
---

Aku meminta diturunkan Oleh Gabriel teman sekelasku dipinggir pantai ini untuk menenangkan diriku. Kurang dari satu jam aku melalui dua peristiwa yang mampu menyesakkan diriku. Pertama melihat tatapan tajam seorang pemuda yang telah lama menjadi penghuni hatiku serta pernyataan cinta dari seorang Gabriel, yang tentu saja langsung kujawab mantap. Aku menolaknya.

Sebenarnya tak akan pernah ada alasan yang tepat untuk menolak seorang Gabriel. Dia tampan, kaya, ramah, dan low profile, Hanya satu alasan ku menolak. Mario Stevano.

Kulangkahkan kakiku dengan ringan kearah pinggiran dermaga. Lalu merentangkan tangan dipinggiran dermaga. Mencoba menghirup oksigen mengisi bagian paru-paruku yang terasa sesak.

***

---
Mencintai seseorang itu mudah..
Bagian paling sulitnya..
Hanya ketika ia yang kamu cinta..
Tidak tercipta untukmu..
---

Aku memandang sang surya yang hendak kembali keperaduannya dipinggir dermaga. Indah. Satu-satunya kata yang terlintas dibenakku. Begitu terlihat damai walau lelah selalu menyinari alam dari fajar hingga petang.

Seperti dirinya yang berdiri tidak jauh dariku. Sang gadis Alyssa Saufika. Begitu namanya kurapal. Ya, aku mengikutinya ke dermaga ini. Dirinya begitu indah walau selalu menyinari diriku. Namun aku tidak berharap dia seperti sang mentari yang sulit kugapai dan kumiliki. Hanya mampu kupandang dengan batas seluruh kekagumanku.

Apakah dirinya untukku? Apakah hatinya masih milikku. Ya ! Aku harap seluruh pertanyaan itu dijawab dengan kata “Ya”. Aku berharap gadis itu tercipta untukku. Hanya diriku seorang. Alyssa hanya untuk Mario.

***

---
Cinta tidak akan menghilang..
Sekuat apapun kita memaksanya..
Cinta akan tetap disekeliling kita..
---

Rasa ini begitu sesak, memelukku erat, sangat erat. Bahkan keindahan sunset dihadapanku kini tidak mengurangi kesesakkan ini. Aku semakin benci rasa ini. Rasa yang membuat pernafasanku selalu tersenggal. Rasa yang mampu menghujam seluruh tubuhku.

Bagaimana membuat semuanya hilang. Sulitkah? Menghapus sebuah nama dengan tiga kumpulan huruf yang membentuknya dalam benakku. RIO. Ah nama itu. Mengingatnya saja sudah membuatku sesak. Membuangnya? Mungkin akan membuatku mati konyol karena tidak terbiasa hidup tanpa sensasi rasa yang selalu meletup jika mengingat namanya.

“Aku mau kamu hilanggggggggg..........” Teriakku tanpa memperhatikan keadaan disekitar, karena ketika aku datang dermaga ini benar-benar sepi. Pikirku sebelum ada sesosok tubuh yang menubruk punggung kecilku. Dengan tangan yang melingkar kepinggang dan leherku. Hembusan nafas yang benar-benar seperti menghirup seluruh sensasi dalam diriku. Wangi musk dari laki-laki yang kini memelukku menguar memenuhi indera penciumanku. Kupejamkan kedua mataku mencoba menikmati rasa nyaman dan keamanan  luar biasa dalam hati ini.

---
Sayang adalah perasaan tulus seseorang..
Tanpa paksaan, Tanpa syarat..
Yang ada hanya pengorbanan..
---

AUTHOR POV :D

Entah sudah berapa lama Rio dan Ify bertahan dalam posisi seperti itu. Mungkin mereka akan lebih memilih waktu berhenti saat itu, agar tetap bersama.
Ify melepas lebih dahulu pelukan dari Rio, lalu berbalik menghadap kearah Rio. Senyuman manis milik Rio lah yang kini didapatinya.
            “Ri..”
            Terlambat Rio memotong panggilan Ify terhadapnya dengan telunjuk miliknya dibibir Ify. Dilanjutkan dengan membelai lembut pipi Ify. Sambil terus memandang wajah manis ukiran sang Maha Pencipta dihadapannya. Tidak jauh dengan Ify. Ify pun menelusuri lekuk tegas pahatan sang Penguasa alam dihadapannya. Rio kembali menarik Ify. Kembali mendekap sang gadis untuk kedua kalinya.
            “You are my dream, when I’m not sleep. And Your Heart are my best friend everywhere I’ll be there. Love You” bisik Rio lirih.
Ify menarik dirinya. Kaget dengan bisikkan Rio.
            “You not trust me?” Tanya Rio.
            Ify menggeleng polos.
Rio melengos. Ada ide jahil dibenaknya untuk membuktikan cintanya. Rio kembali menaruh tangannya dipinggang Ify, menarik Ify kedalam dekapannya. Menghapuskan seluruh jarak diantara mereka berdua. Mengunci tatapan Ify kepadanya. Serta mendekatkan wajahnya ke wajah manis Ify.
            “Aku percaya” Ucap Ify cepat, sambil menarik dirinya kembali dari pelukan Rio. Ify melihat Rio yang melengos. Huh, tidak taukah Rio, bila kini jantung Ify bekerja lebih ekstra saat didekat Rio? Dan darah Ify seperti jauh lebih cepat mengalir dibanding biasanya. Tiba-tiba suatu pikiran melintas dibenak Ify.
            “Udah sama siapa aja kamu ngelakuin itu?” Tanya Ify, entah mengapa pertanyaan itu malah meluncur dari mulutnya.
Rio mengangkat sebelah alisnya bingung, sejenak berpikir lalu tersenyum manis dan kembali menghadap kearah Ify “Just with you.” Ucap Rio santai.
“Hah? Kapan?” Protes Ify, karena merasa memang belum pernah melakukannya (re : kissing) dengan Rio.
Rio memainkan alisnya nampak seperti berpikir. Dengan gerakan cepat Rio langsung menarik tangan Ify. Menarik tubuh Ify kedekapannya serta mengecup cepat bibir manis Ify dengan bibirnya. “Barusan” Jawab Rio santai menjawab pertanyaan Ify barusan lengkap dengan senyuman mautnya tanpa dosa.
“Rioooo” Ucap Ify sambil memukul pelan bahu Rio dengan tangannya.
“Hehe, ampun Fy” Ucap Rio sambil melindungi tubuhnya dari serangan Ify. Dan berusaha menangkap tangan Ify.
“Rese banget sih kamu” Ucap Ify sambil terus mengerahkan agresinya.
“Yaudah deh, maaf-maaf. Tapi bener kok baru sama kamu” Ucap Rio setelah berhasil menahan agresi Ify.
“Ihh, bohong banget. Gak percaya” Ucap Ify ngambek sambil memanyunkan bibirnya dan melipat kedua tangan didadanya.
“Dih, bibirnya mau lagi tuh” Goda Rio sambil menarik turunkan alisnya.
“Ga!” Ucap Ify galak lalu membuang pandangannya ke arah laut.
Rio terkekeh “Terus jawabannya apa?” Tanya Rio.
“Jawaban apa?” Tanya Ify sinis.
“Sinis banget sih kamu” Ucap Rio.
“Lah, kamu yang ga jelas” Ucap Ify Jutek.
“Jutek banget sih, heran aku bisa suka bahkan cinta sama kamu” Ucap Rio frustasi.
“Siapa suruh? Lagian emang kamu nanya?” Tanya Ify melunak.
Rio menatap Ify dalam. Lalu menarik tangan Ify dan diletakkan didada bidangnya.
“Aku mungkin bukan cowo romantis yang kamu kenal, aku mungkin belum ngasih sesuatu yang terbaik untuk kamu, dan Aku juga bukan orang yang selalu didekat kamu seperti cowo yang tadi nganter kamu..” Ucap Rio terhenti yang membuat Ify tersentak.
“Tapi aku disini, berdiri sebagai seorang Mario. Dihadapan seorang Alyssa Saufika dan disaksikan seluruh alam yang ada. Detak jantung aku yang sekarang kamu rasain detakkannya, perlu kamu tau ini semua terjadi saat kamu disamping aku, saat aku menatap kamu. Kamu emang bukan yang pertama tapi aku yakin kamulah yang terakhir.” Ucap Rio sambil menatap tajam manik mata Ify dengan tatapannya. Ify menunduk, bening ketulusan dari manik mata dihadapannya membuatnya tidak sanggup berkata-kata.
Rio mengangkat wajah Ify dengan telunjuknya, membuat Ify mau tidak mau kembali menatap mata Rio.
 “Alyssa Saufika, Would you be My Last Girl? Be a part and of my life?” Ucap Rio.
Ify melepas tangannya yang digenggam Rio dengan cepat. Rio menatap Ify yang telah membuang muka dengan perasaan was-was.
“Aku...” Gumam Ify pelan terdengar lirih dalam bicaranya namun masih tertangkap dari pendengaran Rio.
“Tell me why do you love me?” Tanya Ify.
“Nothing, aku ga mau mencintai kamu dengan sebuah alasan dan sebagainya. Aku ga mau berhenti mencintai kamu hanya karna ada salah satu alasan yang hilang” Jawab Rio tegas.
Ify menatap Rio, mencari ketulusan didalam mata tajam itu. Ify menemukannya.
“Love doesn’t a reason, but relationship needs more than a reason” Argumen Ify.
“Coz I love you and I just wanna together with you on two times, Now and Forever. The Last, I need you be a part of my life and my friend for my heart” Jawab Rio mantap.
Ify tersenyum puas dengan jawaban laki-laki dihadapannya sebelum akhirnya menubruk tubuh Rio dan mendekapnya erat.
“I just a little girl with a broke smile. So don’t try so hard to say good bye.  And I hope you will be there for me in the end” Bisik Ify dalam dekapan Rio.
“I promise, I will love you forever and you will be the last my girl in my life. Love you Alyssa” Ucap Rio mempererat dekapannya.
“Me too”

***

Matahari terbenam mampu menjadi saksi cinta..
Meskipun cintaku tak ingin seperti sang surya yang dapat tenggelam..
Tapi cintaku tak kan pernah padam..
Seperti Sinar matahari yang kembali pada esok harinya..

-Mario-

***

Love is like playing piano..
First, you learn to play it by rules..
Then, you forget the rules..
And start playing..
From your heart..

-Alyssa-

***

Buatlah dirimu berharga dihadapan satu cinta..
Tanpa ada cinta lain yang mengganggunya..
Seperti aku kepadanya..

- Mario & Alyssa –

Tidak ada komentar:

Posting Komentar