Seandainya kita..
Dicipta menjadi satu..
Pasti suatu saat..
Kita akan bertemu..
---
Kini
aku kembali memandangnya. Hanya memandang untuk kesekian kalinya yang
mungkin sudah menjadi kebutuhanku setiap harinya. Seperti bernafas,
mungkin inilah diriku. Dirinya sebagai udara yang mampu menyejukkan
dikala himpitan. Namun juga sebuah kesesakkan dalam menahan kerinduan.
Senyumku
makin mengembang dikala dirinya berjalan riang bersama teman-temannya.
Mengibaskan rambut indahnya dan menghempaskan poni didahinya. Mata
beningnya mampu memancarkan kehangatan diantara canda tawa dihadapan
para sahabatnya.
---
Seandainya kita dicipta..
Untuk tidak menjadi satu..
Walau dekat selalu..
Kau takkan pernah menjadi kepunyaanku..
---
Tunggu,
ada yang mengusik pemandanganku kini. Ada sesosok laki-laki yang
mengamit lengannya. Tak dapat kupungkiri, ada tatapan berbeda dari
laki-laki itu. Bukan tatapan hangat dari sebuah pertemanan. Tapii...
Ahh, kutepis semua rasa yang mengusikku saat ini. Hingga tanpa sadar,
kuturunkan kaca mobilku dan menatap lekat-lekat sosok laki-laki yang
kini bersama.. ehemm.. gadisku. Mencoba menangkap setiap kata yang
terlontar dari bibir manis sang gadis dan sosok laki-laki dihadapannya.
Bodoh
! Terlalu jauh tempatnya dan tempatku. Disini, ditempat ini, sepertinya
terjadi persempitan udara. Karena entah mengapa kesesakkan mulai
merajai dadaku kali ini.
---
Mencintai..
Bukan bagaimana kita melihat..
Tapi..
Bagaimana kita merasakan...
---
Inikah
yang disebut para remaja dengan CEMBURU? Apa? Cemburu? Apa berarti aku
masih menyukainya seperti dulu? Mencintainya seperti saat itu? Inikah
yang dirasakan gadis itu disaat aku bersama gadis lain? Jujur, sampai
saat ini aku masih ragu dengan hatiku. Ragu dengan perasaanku
terhadapnya. Aku selalu meyakinkan diriku jika dirinya hanyalah batas
kekagumanku. Tapi, taukah kau? Hati kecil tak akan bisa berbohong. Aku
mencintainya. Mencintai Alyssa Saufika.
---
Dalam setiap perjalanan..
Selalu saja ada rintangan yang sama..
Yang membedakan..
Adalah saat kau memilih..
Untuk menyerah atau bertahan..
---
Saat
ini, kembali kuyakinkan diriku jika dialah yang terakhir. Memantapkan
diriku jika dialah yang terbaik. Yah aku harus yakin. Aku mengangguk
angguk sendiri meyakinkan janji dalam hatiku..
“Rio..” Tiba-tiba ada yang menyapaku.
“Dea?” Ucapku tertahan. Kaget karena sosok dihadapanku ini ialah cinta pertamaku waktu itu. Ingat semua sudah berlalu..
“Gue ga nyangka deh ini elo. Loe makin cakep” Puji Dea.
Aku
hanya tersenyum tipis menanggapinya, sambil berusaha mencuri-curi
pandang kearah gadisku. Oh tidak! Gadis itu memilih pulang bersama sosok
laki-laki yang tak kukenal. Damn! Aku terlambat.
“Liat apa Yo?” Tanya Dea sambil mengikuti arah pandangku.
Aku menggeleng cepat.
“Ah, lebih baik loe anter gue pulang yuk? Males gue panas-panasan” Pinta Dea manja.
Inilah
kelemahanku, paling tidak bisa untuk menolak permintaan. Akhirnya
dengan pasrah kulirik jok disebelahku mengisyaratkan Dea agar masuk dan
duduk kedalam Trush hitamku.
***
---
Cinta sejati adalah..
Ketika dia menyakiti..
Kau masih peduli..
Dan ketika dia tidak peduli..
Kau masih menunggunya dengan setia..
---
Untuk
kesekian kalinya aku melihat sosok dibalik baja hitam itu. Sosok yang
awalnya kupikir menungguku. Tapi perkiraanku salah, dia menunggu sosok
lain. Sosok gadis pertama dalam hidupnya. Sosok cinta pertamanya. Tentu
saja bukan diriku.
---
Kadang tanpa kau sadari..
Orang yang kau sayang..
Adalah orang yang..
Paling sering menyakitimu..
---
Bodoh!
Itulah kata yang tepat untukku saat ini. Masih mengharapkan dirinya.
Mengharapkan sosoknya kembali hadir kehidupku. Mengharapkan hati seorang
Mario Stevano untuk seorang Alyssa Saufika. Oh, keinginan yang bisa
dibilang impossible ! Mengharapkannya saja aku butuh kekuatan untuk
bertahan melawan ribuan hantaman ketika ada sosok gadis lain didekatnya.
Untuk memilikinyam mungkin aku membutuhkan bantuan kaki orang lain
untuk masih bisa berdiri ditempat.
---
Kuakui sosokmu semakin jauh..
Tapi tak bisa kupungkiri..
Rasa itu semakin dekat..
---
Inilah
aku. Sosok gadis sederhana yang memiliki rasa yang luar biasa. Sosokmu
begitu jauh, tapi mengapa selalu ada dorongan ketika aku memilih mundur?
Kau terlalu tinggi, tapi mengapa selalu ada yang memaksaku bertahan
disaat aku terhempas jatuh?
***
---
Jangan pernah berjanji..
Untuk sebuah kesetiaan..
Tapi berjanjilah..
Untuk sebuah perasaan..
---
Senyum
itu hilang, berpendar dari wajah manisnya. Hey ! kemana senyum itu
berhempas? Mengapa aku tidak dapat kembali melihatnya untuk hari ini?
Dan, Hey ! Apa-apaan ini? Bahkan dirinya langsung memilih pulang bersama
laki-laki yang kemarin mengantarnya.
Himpitan kesesakkan
kembali memenuhi rongga paru-paruku. Kembali kuyakinkan diriku
dirinyalah cintaku. Dirinya mampu bertahan saat itu. Mengapa aku tidak?
Aku pasti bisa. Bisa setia untuknya. Menjaga perasaan ini untuknya.
***
---
Mencintai itu..
Bukan bagaimana kita melupakan..
Tapi bagaimana kita memaafkan..
---
Tak
kupungkiri sekarang aku tak lebih dari seorang remaja galau yang
bingung dengan perasaan yang kualami. Perasaan sesak itu kembali kualami
setelah lama kulalui dalam mempertahankannya.
Tapi inilah
aku. Kebodohanku nyatanya mampu meredam semua amarah yang menghimpit
dadaku. Dan tak penah menutupi kenyataan. Maaf ini selalu ada untuknya.
---
Terkadang cinta butuh keegoisan..
Namun bukan sebuah kebutaan..
---
Egois.
Salahkah rasa itu? Sebuah rasa yang besar untuk memilikimu.
Menginginkan hatimu. Aku ingin egois jika untuk memilikimu karena aku
begitu menginginkan hatimu.
Egois. Mungkin rasa inilah
yang membuatku bertahan selama ini. Bertahan untuk mencoba kembali
menjadi pemegang kunci hatimu. Aku ingin. Sangat Menginginkannya.
---
Kebahagiaan tetap dapat ditemukan..
Bahkan disaat tergelap..
Asal kita tidak lupa..
Menyalakan cahaya..
---
Aku
meminta diturunkan Oleh Gabriel teman sekelasku dipinggir pantai ini
untuk menenangkan diriku. Kurang dari satu jam aku melalui dua peristiwa
yang mampu menyesakkan diriku. Pertama melihat tatapan tajam seorang
pemuda yang telah lama menjadi penghuni hatiku serta pernyataan cinta
dari seorang Gabriel, yang tentu saja langsung kujawab mantap. Aku
menolaknya.
Sebenarnya tak akan pernah ada alasan yang
tepat untuk menolak seorang Gabriel. Dia tampan, kaya, ramah, dan low
profile, Hanya satu alasan ku menolak. Mario Stevano.
Kulangkahkan
kakiku dengan ringan kearah pinggiran dermaga. Lalu merentangkan tangan
dipinggiran dermaga. Mencoba menghirup oksigen mengisi bagian
paru-paruku yang terasa sesak.
***
---
Mencintai seseorang itu mudah..
Bagian paling sulitnya..
Hanya ketika ia yang kamu cinta..
Tidak tercipta untukmu..
---
Aku
memandang sang surya yang hendak kembali keperaduannya dipinggir
dermaga. Indah. Satu-satunya kata yang terlintas dibenakku. Begitu
terlihat damai walau lelah selalu menyinari alam dari fajar hingga
petang.
Seperti dirinya yang berdiri tidak jauh dariku.
Sang gadis Alyssa Saufika. Begitu namanya kurapal. Ya, aku mengikutinya
ke dermaga ini. Dirinya begitu indah walau selalu menyinari diriku.
Namun aku tidak berharap dia seperti sang mentari yang sulit kugapai dan
kumiliki. Hanya mampu kupandang dengan batas seluruh kekagumanku.
Apakah
dirinya untukku? Apakah hatinya masih milikku. Ya ! Aku harap seluruh
pertanyaan itu dijawab dengan kata “Ya”. Aku berharap gadis itu tercipta
untukku. Hanya diriku seorang. Alyssa hanya untuk Mario.
***
---
Cinta tidak akan menghilang..
Sekuat apapun kita memaksanya..
Cinta akan tetap disekeliling kita..
---
Rasa
ini begitu sesak, memelukku erat, sangat erat. Bahkan keindahan sunset
dihadapanku kini tidak mengurangi kesesakkan ini. Aku semakin benci rasa
ini. Rasa yang membuat pernafasanku selalu tersenggal. Rasa yang mampu
menghujam seluruh tubuhku.
Bagaimana membuat semuanya
hilang. Sulitkah? Menghapus sebuah nama dengan tiga kumpulan huruf yang
membentuknya dalam benakku. RIO. Ah nama itu. Mengingatnya saja sudah
membuatku sesak. Membuangnya? Mungkin akan membuatku mati konyol karena
tidak terbiasa hidup tanpa sensasi rasa yang selalu meletup jika
mengingat namanya.
“Aku mau kamu hilanggggggggg..........”
Teriakku tanpa memperhatikan keadaan disekitar, karena ketika aku
datang dermaga ini benar-benar sepi. Pikirku sebelum ada sesosok tubuh
yang menubruk punggung kecilku. Dengan tangan yang melingkar kepinggang
dan leherku. Hembusan nafas yang benar-benar seperti menghirup seluruh
sensasi dalam diriku. Wangi musk dari laki-laki yang kini memelukku
menguar memenuhi indera penciumanku. Kupejamkan kedua mataku mencoba
menikmati rasa nyaman dan keamanan luar biasa dalam hati ini.
---
Sayang adalah perasaan tulus seseorang..
Tanpa paksaan, Tanpa syarat..
Yang ada hanya pengorbanan..
---
AUTHOR POV :D
Entah
sudah berapa lama Rio dan Ify bertahan dalam posisi seperti itu.
Mungkin mereka akan lebih memilih waktu berhenti saat itu, agar tetap
bersama.
Ify melepas lebih dahulu pelukan dari Rio, lalu berbalik
menghadap kearah Rio. Senyuman manis milik Rio lah yang kini
didapatinya.
“Ri..”
Terlambat Rio
memotong panggilan Ify terhadapnya dengan telunjuk miliknya dibibir Ify.
Dilanjutkan dengan membelai lembut pipi Ify. Sambil terus memandang
wajah manis ukiran sang Maha Pencipta dihadapannya. Tidak jauh dengan
Ify. Ify pun menelusuri lekuk tegas pahatan sang Penguasa alam
dihadapannya. Rio kembali menarik Ify. Kembali mendekap sang gadis untuk
kedua kalinya.
“You are my dream, when I’m not sleep.
And Your Heart are my best friend everywhere I’ll be there. Love You”
bisik Rio lirih.
Ify menarik dirinya. Kaget dengan bisikkan Rio.
“You not trust me?” Tanya Rio.
Ify menggeleng polos.
Rio
melengos. Ada ide jahil dibenaknya untuk membuktikan cintanya. Rio
kembali menaruh tangannya dipinggang Ify, menarik Ify kedalam
dekapannya. Menghapuskan seluruh jarak diantara mereka berdua. Mengunci
tatapan Ify kepadanya. Serta mendekatkan wajahnya ke wajah manis Ify.
“Aku percaya” Ucap Ify cepat, sambil menarik dirinya kembali dari
pelukan Rio. Ify melihat Rio yang melengos. Huh, tidak taukah Rio, bila
kini jantung Ify bekerja lebih ekstra saat didekat Rio? Dan darah Ify
seperti jauh lebih cepat mengalir dibanding biasanya. Tiba-tiba suatu
pikiran melintas dibenak Ify.
“Udah sama siapa aja kamu ngelakuin itu?” Tanya Ify, entah mengapa pertanyaan itu malah meluncur dari mulutnya.
Rio
mengangkat sebelah alisnya bingung, sejenak berpikir lalu tersenyum
manis dan kembali menghadap kearah Ify “Just with you.” Ucap Rio santai.
“Hah? Kapan?” Protes Ify, karena merasa memang belum pernah melakukannya (re : kissing) dengan Rio.
Rio
memainkan alisnya nampak seperti berpikir. Dengan gerakan cepat Rio
langsung menarik tangan Ify. Menarik tubuh Ify kedekapannya serta
mengecup cepat bibir manis Ify dengan bibirnya. “Barusan” Jawab Rio
santai menjawab pertanyaan Ify barusan lengkap dengan senyuman mautnya
tanpa dosa.
“Rioooo” Ucap Ify sambil memukul pelan bahu Rio dengan tangannya.
“Hehe, ampun Fy” Ucap Rio sambil melindungi tubuhnya dari serangan Ify. Dan berusaha menangkap tangan Ify.
“Rese banget sih kamu” Ucap Ify sambil terus mengerahkan agresinya.
“Yaudah deh, maaf-maaf. Tapi bener kok baru sama kamu” Ucap Rio setelah berhasil menahan agresi Ify.
“Ihh, bohong banget. Gak percaya” Ucap Ify ngambek sambil memanyunkan bibirnya dan melipat kedua tangan didadanya.
“Dih, bibirnya mau lagi tuh” Goda Rio sambil menarik turunkan alisnya.
“Ga!” Ucap Ify galak lalu membuang pandangannya ke arah laut.
Rio terkekeh “Terus jawabannya apa?” Tanya Rio.
“Jawaban apa?” Tanya Ify sinis.
“Sinis banget sih kamu” Ucap Rio.
“Lah, kamu yang ga jelas” Ucap Ify Jutek.
“Jutek banget sih, heran aku bisa suka bahkan cinta sama kamu” Ucap Rio frustasi.
“Siapa suruh? Lagian emang kamu nanya?” Tanya Ify melunak.
Rio menatap Ify dalam. Lalu menarik tangan Ify dan diletakkan didada bidangnya.
“Aku
mungkin bukan cowo romantis yang kamu kenal, aku mungkin belum ngasih
sesuatu yang terbaik untuk kamu, dan Aku juga bukan orang yang selalu
didekat kamu seperti cowo yang tadi nganter kamu..” Ucap Rio terhenti
yang membuat Ify tersentak.
“Tapi aku disini, berdiri sebagai
seorang Mario. Dihadapan seorang Alyssa Saufika dan disaksikan seluruh
alam yang ada. Detak jantung aku yang sekarang kamu rasain detakkannya,
perlu kamu tau ini semua terjadi saat kamu disamping aku, saat aku
menatap kamu. Kamu emang bukan yang pertama tapi aku yakin kamulah yang
terakhir.” Ucap Rio sambil menatap tajam manik mata Ify dengan
tatapannya. Ify menunduk, bening ketulusan dari manik mata dihadapannya
membuatnya tidak sanggup berkata-kata.
Rio mengangkat wajah Ify dengan telunjuknya, membuat Ify mau tidak mau kembali menatap mata Rio.
“Alyssa Saufika, Would you be My Last Girl? Be a part and of my life?” Ucap Rio.
Ify melepas tangannya yang digenggam Rio dengan cepat. Rio menatap Ify yang telah membuang muka dengan perasaan was-was.
“Aku...” Gumam Ify pelan terdengar lirih dalam bicaranya namun masih tertangkap dari pendengaran Rio.
“Tell me why do you love me?” Tanya Ify.
“Nothing,
aku ga mau mencintai kamu dengan sebuah alasan dan sebagainya. Aku ga
mau berhenti mencintai kamu hanya karna ada salah satu alasan yang
hilang” Jawab Rio tegas.
Ify menatap Rio, mencari ketulusan didalam mata tajam itu. Ify menemukannya.
“Love doesn’t a reason, but relationship needs more than a reason” Argumen Ify.
“Coz
I love you and I just wanna together with you on two times, Now and
Forever. The Last, I need you be a part of my life and my friend for my
heart” Jawab Rio mantap.
Ify tersenyum puas dengan jawaban laki-laki dihadapannya sebelum akhirnya menubruk tubuh Rio dan mendekapnya erat.
“I
just a little girl with a broke smile. So don’t try so hard to say good
bye. And I hope you will be there for me in the end” Bisik Ify dalam
dekapan Rio.
“I promise, I will love you forever and you will be
the last my girl in my life. Love you Alyssa” Ucap Rio mempererat
dekapannya.
“Me too”
***
Matahari terbenam mampu menjadi saksi cinta..
Meskipun cintaku tak ingin seperti sang surya yang dapat tenggelam..
Tapi cintaku tak kan pernah padam..
Seperti Sinar matahari yang kembali pada esok harinya..
-Mario-
***
Love is like playing piano..
First, you learn to play it by rules..
Then, you forget the rules..
And start playing..
From your heart..
-Alyssa-
***
Buatlah dirimu berharga dihadapan satu cinta..
Tanpa ada cinta lain yang mengganggunya..
Seperti aku kepadanya..
- Mario & Alyssa –
Tidak ada komentar:
Posting Komentar