Sambil asyik bercakap-cakap via telepon dengan seseorang, laki-laki tampan itu menaiki tangga menuju lantai dua rumahnya. Dengan setoples kripik kentang favoritnya, rencananya ia akan menghabiskan waktu dibalkon rumah sambil masih terus meletakkan ponsel diantara telinga dan bahu kanannya.
"Iya sayang, udah sholat kok. Kamu ?", Cakka masih asyik saja berceloteh mesra dengan Agni, gadis yang kurang lebih satu setengah tahun ini menjalani komitmen dengannya.
"Oh, hehehe...ya maaf aku nggak tau kalo kamu lagi red day.", sahutnya lagi. Entah apa yang dikatakan Agni diseberang sana, yang jelas dalam setiap percakapan itu membuat Cakka begitu bahagia. Ia telah merasa menemukan gadis yang tepat. Sosok cantik yang Tuhan ciptakan dari tulang rusuknya sendiri.
Sampai balkon, Cakka langsung mendudukkan dirinya disebuah ayunan rotan tepat disamping adik kecilnya, siapa lagi kalo bukan Ify. Ia bahkan sempat melirik, jika gadis itu tampak tersenyum-senyum sendiri sambil menekuni layar ponselnya. Seolah asyik dengan dunianya sendiri dan sama sekali tak menanggapi kedatangannya.
Cakka menyuapkan satu bagian besar kripik kentang kedalam mulutnya baru kemudian terkekeh pelan. "Yaudah, besok aku tunggu depan ya. Bye!", ia kemudian meletakkan benda canggih itu disampingnya dan melanjutkan kegemarannya untuk menyemil.
"Mau de ?", tawarnya pada Ify yang masih saja asyik. Dilihatnya Ify menggeleng cuek. Tersenyum kecil masih dengan layar ponselnya.
Cakka mendengus sebal. "Lagi smsan sama siapa sih ?", tanya Cakka penasaran. Kepalanya ia dekatkan pada Ify. Tapi belum sempat ia bisa mengutip bacaan dilayar, Ify sudah dengan cepat menyinggahkan ponselnya.
"Kakak nih keponya kebangetan deh.", gerutu Ify.
"Ya abis asyik banget dari tadi, sampai kakak disini juga kamu masih aja gitu. Lagian udah sholat belum kamu de ?", kata Cakka lagi. Ia kembali memasukkan satu bagian kripik kentang dimulutnya.
Ify menghela nafas. "Udah dari tadi Cakka nuraga. Kakak nih makin bawel ya ?!"
Melihat raut kesal pada wajah adik perempuannya membuat Cakka menyeringai lucu. Setelah satu toples kripik kentang sudah ia pastikan tandas, diletakkannya tempat kosong itu disampingnya. Baru kemudian dia mulai menjahili Ify yang lagi-lagi asyik pada sesuatu diponselnya.
"Kakak rese ! Berhenti nggak !", jerit Ify kencang saat tangan kokoh Cakka mulai menggelitiki pinggangnya, lalu kemudian memeluk lehernya dengan sedikit arogan. Membuatnya terganggu sekaligus tak fokus lagi untuk mengetik balasan untuk Rio.
"Nggak mau. Yaudah terusin smsannya ya terusin. Ahaha...",
"Ayaaaaah ! Kakak lagi kumat nih !", pekik Ify kemudian mendapat celah menarik kuat rambut Cakka.
"Aw...de lepasin ah ! Kenceng banget kamu ngejambaknya.",
"Nggak mau. Lepasin aku dulu baru kakak aku lepasin juga."
"Oh oke, nih !", bukannya membebaskan Ify dari kunciannya, Cakka justru membuat adiknya itu makin tak berkutik didekapannya. Bukan dekapan lembut dan manis yang seperti kemaren sore Ify dapat dari Rio saat mereka baru saja resmi jadian. Melainkan dekapan gemas seorang kakak pada adik mungilnya yang mulai menjalani fase-fase remajanya.
"Bundaaaaa !"
"Cakka Ify berhenti seperti anak kecil. Ini sudah malam. Astaghfirullah !", tegur sebuah suara lembut dari kamar bawah mendengar dua buah hatinya berbuat ulah lagi.
Senin, 05 Januari 2015
ALUNAN UNTUK BEDA PART 4
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar