“Fy, ada satu jalan yang bisa nyelametin lo,” ucap Prissy tiba-tiba.
“Oh ya? Gimana?” Ify kembali bersemangat.
“Lo mesti tahu kelemahan Rio. Dan lo bisa bongkar kelemahan itu di depan Bunda. Dengan begitu, lo bisa lepas dari dia.”
Prissy memang jenius! Kalo soal menyelesaikan masalah, dia jagonya. Jadi, nggak salah dong Ify cerita semua ini ke dia.
“Hm... bener juga...” Ify mengangguk-angguk.
“Nah, sekarang tinggal nyelidikin siapa Rio sebenarnya. Lo punya informasi apa aja tentang dia?” tanya Prissy.
Mendengar pertanyaan itu, semangat Ify redup kembali. “Gue... gue Cuma tahu namanya Rio.”
“Lainnya?” Ify menggeleng tak berdaya.
“Yah... percuma deh.” Prissy mengembuskan napas. Kayaknya dia kecewa
idenya sia-sia. Tapi tiba-tiba Prissy menjentikkan jari. “Fy, lo inget
seragam yang dia pakai, nggak? Seinget gue, dia nggak pakai seragam
sekolah negeri deh. Itu berarti dia sekolah di SMA swasta. Tapi gue lupa
motif seragamnya. Lo inget nggak, Fy?”
“Hm...” Ify mencoba mengingat-ingat, wajahnya yang mungil jadi
keliatan lucu. “Kalo nggak salah, celana panjang kotak-kotak campuran
antara biru tua dan merah. Atasannya putih dengan dasi sewarna celana
panjang, dilengkapi rompi warna senada.”
“Hah? Sesulit itu? Jangan-jangan sekolahan elite tuh!” Sambil
berkata begitu, Prissy kembali memutar otak. Pandangannya tertuju ke
cowoknya yang sejak tadi terdiam. “Vin, kok lo malah melamun sih? Ify
kan minta tolong ke elo juga.”
“Justru itu! Rasanya gue pernah liat tampang Rio deh. Tapi di mana
ya? Gue lupa.” Alvin menggaruk kepalanya yang nggak gatal. Kebiasaannya
kalo mengingat-ingat sesuatu.
“Terserah deh. Lo coba aja inget-inget lagi, siapa tahu berguna.
Terus, sementara nyari tahu siapa Rio, kita juga mesti menyusun strategi
supaya Rio kapok deket-deket lo.”
“Oke juga tuh. Tapi gimana caranya?”
“gampang... serahkan aja sama gue. Lo tinggal menjalankan perintah.”
Prissy tersenyum penuh teka-teki. Mendengar itu Ify kembali tersenyum.
“Tapi serius nih, lo mau ngelepas Rio? Kayaknya orangnya tajir lho,
bo. Keren, lagi.” Gara-gara ucapannya itu, Prissy mendapat dua pasang
tatapan tajam dari dua manusia di hadapannya. Dan seperti biasa, dia
Cuma cengengesan.
“Anak-anak, jam olahraga sudah selesai. Apa kalian sudah kuat
kembali ke kelas?” suara Pak UKS membuat tiga sahabat itu tersentak.
“Eh, iya, Pak. Terima kasih,” ucap ketiganya bersamaan. Mereka berdiri dan meninggalkan ruang UKS.
Sambil memandangi ketiga murid itu, Pak UKS geleng-geleng kepala.
Entah jin apa yang bersarang di ruang UKS. Sampai-sampai yang sakit
langsung sembuh begitu jam olahraga berakhir, begitu pikirnya.
@@@@@
“IFYYYY...!!!”
Itu suara Prissy. Dai nadanya, sepertinya Prissy baru saja menemukan
sesuatu. Dan benar saja. Prissy telah menemukan strategi yang dinamakan
Strategi Menggilas Rio.
“Nah, strategi pertama akan kita lancarkan hari ini. Yaitu...
shopping!” Tadinya Ify nggak ngerti maksud Prissy, tapi begitu Prissy
menjelaskan, Ify manggut-manggut.
“Siap ya... kita akan melancarkan strategi ini sepulang sekolah
nanti.” Prissy tampak bersemangat. Melihat itu Ify makin mantap.
Sementara Alvin asal he-eh saja.
Selasa. Jam pulang sekolah.
“Yo, temen-temen gue, Alvin dan Prissy, lo tahu, kan...” Ify
memandang Prissy dan Alvin yang melambai dari kejauhan. Siang itu Rio
menjemputnya.
“Ya, terus? Ada apa dengan dua sobat lo?”
“Hm... mereka minta ditraktir macem-macem sama lo. Sebagai ganti...,
mmm..., lo sama gue jadian tanpa seizin mereka.” Ify tampak takut-takut
mengatakan permintaannya.
“Begitu, ya?”
“Iya. Mereka maksa. Katanya kalo lo nggak mau, berarti lo Cuma main-main sama gue.”
“Hmm... kalo gitu tunggu apa lagi? Ayo berangkat, mereka boleh minta apa aja yang mereka mau,” jawab Rio santai.
Ify langsung memberi kode pada dua sohibnya agar mendekat. Karena
memang sudah direncanakan, Alvin bawa mobil bokapnya. Jadi motor Rio
dititip dulu di rumah Ify sebelum mereka ngacir ke mal.
“Yo, kita makan di McDonald, ya,” pinta Prissy blakblakan. Rio yang duduk di depan sama Alvin Cuma manggut-manggut.
“Apa aja deh, asal setelah itu kalian izinin gue jalan sama bidadari cantik teman kalian.”
Alvin melirik ke belakang. Prissy dan Ify berpandang-pandangan. “Dia
Cuma sok, lihat aja, ntar kita kerjain!” bisik Prissy. Ify hanya bisa
mengangguk. Dalam hati diam-diam Ify teraanjung mendengar perkataan Rio
barusan. Tapi tentu saja perasaan itu tidak dia ungkapkan.
Mobil berhenti si sebuah mal. Tujuan pertama mereka: makan di
McDonald. Prissy yang memesan. Dia benar-benar sudah gila. Mesennya
kayak orang kesurupan, sampai-sampai semua kekenyangan.
“Habis ini kita ke dalam. Katanya Ify mau beli baju dan sebagainya. Ya kan, Fy?” Prissy menginjak kaki Ify.
“Eh, i... iya,” jawab Ify kaget.
“Up to you, ladies. Everything... Lo setuju, kan, Vin, kita manjain nona-nona ini?” kata Rio tak gentar, sambil melirik Alvin.
Alvin mengangguk. “Yoi banget, man,” jawabnya. Keduanya tertawa.
Prissy menginjak kaki Alvin dan menatapnya galak. Sebenarnya lo di
pihak siapa sih? Batinnya kesal. Alvin Cuma senyam-senyum ditatap galak
banget sama pacarnya. Itu sih udah biasa buat Alvin.
Mereka menuju konter pakaian. Prissy udah gila beneran. Dia borong baju banyak banget, sampai Ify kewalahan membawanya.
“Nah, ini pas banget buat lo, Fy. Satu buat lo, satu buat gue, kita
kembaran, ya? Terus ini untuk acara ultah Acha, lusa. Terus ini
pitanya..., kosmetiknya..., sepatunya..., underwearnya...,”
“Pris, lo gila, ya? Gimana kalo Rio nggak bawa uang? Kan kasihan,”
bisik Ify. Prissy kelihatan nggak peduli. Sohibnya itu terus saja
memilih dan memilah barang belanjaan.
“Tenang dong, Fy. Kan tujuannya memang mempermalukan dia! Biar dia kapok deketin lo. Begitu, kan?”
“Iya sih. Tapi, Pris...”
“Udah, nggak ada tapi-tapian. Eh, ini tasnya lucu nih. Lo satu, gue satu. Bagus, kan?”
Ify Cuma bisa geleng-geleng kepala. Akhirnya dia nurut aja apa kata Prissy. Toh ini semua demi kebebasannya.
Sementara itu Rio dan Alvin berjalan dibelakang mereka sambil nggak lepas mengawasi kekasih mereka yang lincah-lincah.
“Lo tahu nggak, Vin? Gue akan melakukan apa pun untuk membuat
bidadari gue tetap tersenyum. Berapa pun uang yang harus gue keluarkan,
sebesar apa pun pengorbanan yang diminta untuk mewujudkannya, akan gue
lakukan!” kata Rio saat pandangannya tak sengaja bersiborok dengan Ify
yang cepat-cepat membuang muka.
Alvin tertegun. “Kok lo bisa begitu yakin sama Ify sih? Lo sama sekalu belum kenal dia, kan?”
“Lo salah, Vin, gue kenal sama Ify, lebih dari dia mengenal dirinya
sendiri.” Rio tak lepas-lepas menatap Ify yang masih aja ditarik ke sana
kemari oleh Prissy.
Alvin mengawasi Rio dengan pandangan tak percaya. Benarkah sebesar
itu cinta lo ke Ify, Yo? Atau lo hanya bersandiwara supaya gue
menyampaikannya ke Ify? Ah... kalau aja gue ingat, di mana gue pernah
lihat lo, batin Alvin.
“Hei, cowok... kita selesai!” seru Prissy. Setumpuk belanjaan sudah anter di kasir.
“Oke, Tuan Muda, sekarang giliran Anda untuk... membayar,” Prissy
menekankan kata membayar dengan sangat jelas. Lalu ia meninggalkan Rio
di kasir, sementara ia bergabung dengan Alvin dan Ify yang menunggu tak
jauh dari situ.
“Pris, kayaknya kita keterlaluan deh. Gue minta maaf aja kali, ya? Kan kasihan kalo uangnya kurang.” Ify tampak sangat kawatir.
“Silahkan aja minta maaf kalo lo pengen rencana ini gagal!” Prissy
mengeluarkan jurus galaknya. Belum sempat Ify membela diri, Alvin
bergumam pada mereka.
“Guys, tenang, dia ke sini.”
Benar saja, Rio datang dengan plastik-plastik belanjaan di kedua tangannya. “Siapa yang bisa bantu gue?”
Alvin yang tadinya bengong langsung menghampiri dan membawakan separo.
“Nah, girls, kalian pasti udah lapar lagi, kan? Kali ini kita makan di Pizza Hut,” kata Rio.
“Hore...” sorak Prissy senang.
“Jangan!” sahut Ify cepat.
“Kenapa, Sayang? Gue tahu lo paling suka pizza.”
“Hah?!”
“Iya, kan?!”
“Ee..., iya sih. Tapi uang lo bisa habis.” Ify mengurungkan
pertanyaan Dari mana lo tahu makanan kesukaan gue? ketika ingat Rio tahu
segala hal tentang dirinya.
“Nggak usah mikir itu. Lagian ini sebagai rasa terima kasih gue ke
Alvin dan Prissy yang udah jagain lo sebelum gue ketemu lo. Ini untuk
mereka.”
Diam-diam Prissy, Alvin, juga Ify merasa sangat bersalah. Sebaik itukah Rio?
Strategi pertama dinyatakan gagal.....
@@@@@
Strategi kedua. Sabtu, jam 19.15
BERSAMBUNG.............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar