Selasa, 26 Juni 2012

Will You Marry Me? - Part 4

“Fy, ada satu jalan yang bisa nyelametin lo,” ucap Prissy tiba-tiba.

“Oh ya? Gimana?” Ify kembali bersemangat.

“Lo mesti tahu kelemahan Rio. Dan lo bisa bongkar kelemahan itu di depan Bunda. Dengan begitu, lo bisa lepas dari dia.”

Prissy memang jenius! Kalo soal menyelesaikan masalah, dia jagonya. Jadi, nggak salah dong Ify cerita semua ini ke dia.

“Hm... bener juga...” Ify mengangguk-angguk.

“Nah, sekarang tinggal nyelidikin siapa Rio sebenarnya. Lo punya informasi apa aja tentang dia?” tanya Prissy.

Mendengar pertanyaan itu, semangat Ify redup kembali. “Gue... gue Cuma tahu namanya Rio.”

“Lainnya?” Ify menggeleng tak berdaya.

“Yah... percuma deh.” Prissy mengembuskan napas. Kayaknya dia kecewa idenya sia-sia. Tapi tiba-tiba Prissy menjentikkan jari. “Fy, lo inget seragam yang dia pakai, nggak? Seinget gue, dia nggak pakai seragam sekolah negeri deh. Itu berarti dia sekolah di SMA swasta. Tapi gue lupa motif seragamnya. Lo inget nggak, Fy?”

“Hm...” Ify mencoba mengingat-ingat, wajahnya yang mungil jadi keliatan lucu. “Kalo nggak salah, celana panjang kotak-kotak campuran antara biru tua dan merah. Atasannya putih dengan dasi sewarna celana panjang, dilengkapi rompi warna senada.”

“Hah? Sesulit itu? Jangan-jangan sekolahan elite tuh!” Sambil berkata begitu, Prissy kembali memutar otak. Pandangannya tertuju ke cowoknya yang sejak tadi terdiam. “Vin, kok lo malah melamun sih? Ify kan minta tolong ke elo juga.”

“Justru itu! Rasanya gue pernah liat tampang Rio deh. Tapi di mana ya? Gue lupa.” Alvin menggaruk kepalanya yang nggak gatal. Kebiasaannya kalo mengingat-ingat sesuatu.

“Terserah deh. Lo coba aja inget-inget lagi, siapa tahu berguna. Terus, sementara nyari tahu siapa Rio, kita juga mesti menyusun strategi supaya Rio kapok deket-deket lo.”

“Oke juga tuh. Tapi gimana caranya?”

“gampang... serahkan aja sama gue. Lo tinggal menjalankan perintah.” Prissy tersenyum penuh teka-teki. Mendengar itu Ify kembali tersenyum.

“Tapi serius nih, lo mau ngelepas Rio? Kayaknya orangnya tajir lho, bo. Keren, lagi.” Gara-gara ucapannya itu, Prissy mendapat dua pasang tatapan tajam dari dua manusia di hadapannya. Dan seperti biasa, dia Cuma cengengesan.

“Anak-anak, jam olahraga sudah selesai. Apa kalian sudah kuat kembali ke kelas?” suara Pak UKS membuat tiga sahabat itu tersentak.

“Eh, iya, Pak. Terima kasih,” ucap ketiganya bersamaan. Mereka berdiri dan meninggalkan ruang UKS.

Sambil memandangi ketiga murid itu, Pak UKS geleng-geleng kepala. Entah jin apa yang bersarang di ruang UKS. Sampai-sampai yang sakit langsung sembuh begitu jam olahraga berakhir, begitu pikirnya.


@@@@@


“IFYYYY...!!!”

Itu suara Prissy. Dai nadanya, sepertinya Prissy baru saja menemukan sesuatu. Dan benar saja. Prissy telah menemukan strategi yang dinamakan Strategi Menggilas Rio.

“Nah, strategi pertama akan kita lancarkan hari ini. Yaitu... shopping!” Tadinya Ify nggak ngerti maksud Prissy, tapi begitu Prissy menjelaskan, Ify manggut-manggut.

“Siap ya... kita akan melancarkan strategi ini sepulang sekolah nanti.” Prissy tampak bersemangat. Melihat itu Ify makin mantap. Sementara Alvin asal he-eh saja.

Selasa. Jam pulang sekolah.

“Yo, temen-temen gue, Alvin dan Prissy, lo tahu, kan...” Ify memandang Prissy dan Alvin yang melambai dari kejauhan. Siang itu Rio menjemputnya.

“Ya, terus? Ada apa dengan dua sobat lo?”

“Hm... mereka minta ditraktir macem-macem sama lo. Sebagai ganti..., mmm..., lo sama gue jadian tanpa seizin mereka.” Ify tampak takut-takut mengatakan permintaannya.

“Begitu, ya?”

“Iya. Mereka maksa. Katanya kalo lo nggak mau, berarti lo Cuma main-main sama gue.”

“Hmm... kalo gitu tunggu apa lagi? Ayo berangkat, mereka boleh minta apa aja yang mereka mau,” jawab Rio santai.

Ify langsung memberi kode pada dua sohibnya agar mendekat. Karena memang sudah direncanakan, Alvin bawa mobil bokapnya. Jadi motor Rio dititip dulu di rumah Ify sebelum mereka ngacir ke mal.

“Yo, kita makan di McDonald, ya,” pinta Prissy blakblakan. Rio yang duduk di depan sama Alvin Cuma manggut-manggut.

“Apa aja deh, asal setelah itu kalian izinin gue jalan sama bidadari cantik teman kalian.”

Alvin melirik ke belakang. Prissy dan Ify berpandang-pandangan. “Dia Cuma sok, lihat aja, ntar kita kerjain!” bisik Prissy. Ify hanya bisa mengangguk. Dalam hati diam-diam Ify teraanjung mendengar perkataan Rio barusan. Tapi tentu saja perasaan itu tidak dia ungkapkan.

Mobil berhenti si sebuah mal. Tujuan pertama mereka: makan di McDonald. Prissy yang memesan. Dia benar-benar sudah gila. Mesennya kayak orang kesurupan, sampai-sampai semua kekenyangan.

“Habis ini kita ke dalam. Katanya Ify mau beli baju dan sebagainya. Ya kan, Fy?” Prissy menginjak kaki Ify.

“Eh, i... iya,” jawab Ify kaget.

“Up to you, ladies. Everything... Lo setuju, kan, Vin, kita manjain nona-nona ini?” kata Rio tak gentar, sambil melirik Alvin.

Alvin mengangguk. “Yoi banget, man,” jawabnya. Keduanya tertawa.

Prissy menginjak kaki Alvin dan menatapnya galak. Sebenarnya lo di pihak siapa sih? Batinnya kesal. Alvin Cuma senyam-senyum ditatap galak banget sama pacarnya. Itu sih udah biasa buat Alvin.

Mereka menuju konter pakaian. Prissy udah gila beneran. Dia borong baju banyak banget, sampai Ify kewalahan membawanya.

“Nah, ini pas banget buat lo, Fy. Satu buat lo, satu buat gue, kita kembaran, ya? Terus ini untuk acara ultah Acha, lusa. Terus ini pitanya..., kosmetiknya..., sepatunya..., underwearnya...,”

“Pris, lo gila, ya? Gimana kalo Rio nggak bawa uang? Kan kasihan,” bisik Ify. Prissy kelihatan nggak peduli. Sohibnya itu terus saja memilih dan memilah barang belanjaan.

“Tenang dong, Fy. Kan tujuannya memang mempermalukan dia! Biar dia kapok deketin lo. Begitu, kan?”

“Iya sih. Tapi, Pris...”

“Udah, nggak ada tapi-tapian. Eh, ini tasnya lucu nih. Lo satu, gue satu. Bagus, kan?”

Ify Cuma bisa geleng-geleng kepala. Akhirnya dia nurut aja apa kata Prissy. Toh ini semua demi kebebasannya.

Sementara itu Rio dan Alvin berjalan dibelakang mereka sambil nggak lepas mengawasi kekasih mereka yang lincah-lincah.

“Lo tahu nggak, Vin? Gue akan melakukan apa pun untuk membuat bidadari gue tetap tersenyum. Berapa pun uang yang harus gue keluarkan, sebesar apa pun pengorbanan yang diminta untuk mewujudkannya, akan gue lakukan!” kata Rio saat pandangannya tak sengaja bersiborok dengan Ify yang cepat-cepat membuang muka.

Alvin tertegun. “Kok lo bisa begitu yakin sama Ify sih? Lo sama sekalu belum kenal dia, kan?”

“Lo salah, Vin, gue kenal sama Ify, lebih dari dia mengenal dirinya sendiri.” Rio tak lepas-lepas menatap Ify yang masih aja ditarik ke sana kemari oleh Prissy.

Alvin mengawasi Rio dengan pandangan tak percaya. Benarkah sebesar itu cinta lo ke Ify, Yo? Atau lo hanya bersandiwara supaya gue menyampaikannya ke Ify? Ah... kalau aja gue ingat, di mana gue pernah lihat lo, batin Alvin.

“Hei, cowok... kita selesai!” seru Prissy. Setumpuk belanjaan sudah anter di kasir.

“Oke, Tuan Muda, sekarang giliran Anda untuk... membayar,” Prissy menekankan kata membayar dengan sangat jelas. Lalu ia meninggalkan Rio di kasir, sementara ia bergabung dengan Alvin dan Ify yang menunggu tak jauh dari situ.

“Pris, kayaknya kita keterlaluan deh. Gue minta maaf aja kali, ya? Kan kasihan kalo uangnya kurang.” Ify tampak sangat kawatir.

“Silahkan aja minta maaf kalo lo pengen rencana ini gagal!” Prissy mengeluarkan jurus galaknya. Belum sempat Ify membela diri, Alvin bergumam pada mereka.

“Guys, tenang, dia ke sini.”

Benar saja, Rio datang dengan plastik-plastik belanjaan di kedua tangannya. “Siapa yang bisa bantu gue?”

Alvin yang tadinya bengong langsung menghampiri dan membawakan separo.

“Nah, girls, kalian pasti udah lapar lagi, kan? Kali ini kita makan di Pizza Hut,” kata Rio.

“Hore...” sorak Prissy senang.

“Jangan!” sahut Ify cepat.

“Kenapa, Sayang? Gue tahu lo paling suka pizza.”

“Hah?!”

“Iya, kan?!”

“Ee..., iya sih. Tapi uang lo bisa habis.” Ify mengurungkan pertanyaan Dari mana lo tahu makanan kesukaan gue? ketika ingat Rio tahu segala hal tentang dirinya.

“Nggak usah mikir itu. Lagian ini sebagai rasa terima kasih gue ke Alvin dan Prissy yang udah jagain lo sebelum gue ketemu lo. Ini untuk mereka.”

Diam-diam Prissy, Alvin, juga Ify merasa sangat bersalah. Sebaik itukah Rio?

Strategi pertama dinyatakan gagal.....


@@@@@


Strategi kedua. Sabtu, jam 19.15



BERSAMBUNG.............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar