Minggu, 31 Juli 2011

I'm Yours part 15 -Last part- (re-post)

Iel tertegun begitu membuka pintu rumahnya, “ Via?”

Ya, ada Sivia yang kini berdiri di depan pintu rumah iel, malam ini ia tampak cantik dengan balutan dress biru laut dan rambut tergerainya.

Iel terperangah, “Via, ngapain lo kesini malem – malem?”

“Mau dinner sama lo, boleh kan?”

“Dinner?”

Sivia mengangguk mantap, lantas dengan langkah pasti melewati iel dan masuk kedalam rumah megah itu, Iel pun mengikuti langkah Sivia yang sudah lebih dulu masuk,

“Eh, ke halaman belakang lo aja yuk!” Ajak Sivia lantas menarik lengan iel yang tersenyum pasrah.

Sampailah iel dan sivia dibelakang halaman rumah iel, ada hamparan rumput nan hijau yang tampak anggun dimalam hari, ada kolam renang yang menenangkan mata, dan.. ada sebuah kanvas dipinggir kolam renang, sepertinya iel memang sedang melukis sebelum sivia datang, yap, semua terasa begitu indah malam ini,

“Haaaahh..” Sivia menghela nafas panjang, lantas dilihatnya iel kembali menuju kanvasnya, kembali duduk diatas sebuah kursi didepan kanvas itu, sebenarnya ada satu kursi kosong lagi disampingiel, dan disitulah kini sivia mendudukkan tubuhnya,

“Lo lagi ngelukis apaan?” Ujar Sivia seraya berusaha mendekatkan matanya kearah kanvas, matanya menangkap sebuah gambar, ada dua orang anak kecil sedang berlari dengan tangan bergandengan, yangsatu, cewek dengan kuncir duanya, dan yang satu lagi, adalah seorang anak laki– laki dengan topi merahnya, dengan latar malam dipenuhi bintang- bintang, terlihat jelas kedua anak itu sedang berlarimengejar bintang dilangit, oh, tapi, bukan hanya ada dua anak itu, tapi jugaada seorang anak cowok lagi yang berdiri disamping jalan,

“Ini siapa?”

Iel menghela nafas panjang,lantas menyandarkan tubuhnya dikursi, “Via, lo masih inget gak, waktu TK kita suka pulang bareng…”

Sivia tertegun, tapi kemudian menganggukan kepalanya, “Dan setiap kita pulang sekolah pasti ada anak cowok yang godain elo, kan? Lo masih inget cowoknya?” Lanjut Iel.

Sivia tersenyum kecil, “Oooh, inget, inget, siapa ya namanya…. Mm…. De..de…”

“Debo..” Sambung Iel.

“Iya, itu maksud gue,”

Iel kembali menghela nafas panjang, “Lo masih inget gak? Betapa Debo naksir sama lo…”

Kali ini Sivia tak dapat menahan tawanya, “Oh, iya, iya, gue inget. Waktu TK, setiap pulang sekolah, dia suka nungguin gue di taman komplek, nah, kalo dia liat gue pulangbareng sama lo, dia pasti langsung ngumpet… hahaha, iya kan?”

Iel tersenyum kecil, tapi tidak menjawab apa –apa,

“Lah, terus nyambungnya sama lukisan ini apaan?” Tanya sivia penasaran.

“Via, lo sadar gak sih, kita selalu berlari ngejar bintang kita masing – masing, kita selalu berusaha meraih bintang itu, tapi..tanpa kita sadari, kita selalu bergandengan tangan..Dan itu berarti, sama aja, kita meraih bintang itu bareng–bareng, dan pada akhirnya, kita tetap akan bertemu, karena kita selalu bergandengan tangan…” jelas iel.

Sivia tertegun, lantas menghela nafas panjang, tidak tahu mau menjawab apa, sampai iel kembali menyambung
kalimatnya, “Via, sejauh apapun kita berlari, kita akan tetap bertemu disatu titik, karena kita terus bersama, karena kita terus berpegangan tangan, via…aku pikir sudah saatnya kita kembali bertemu disatu titik, dan anggap saja, malam ini adalah titik temu itu…” Lanjut Iel, matanya tak beralih memandang sivia.

“Via, kita udah sama – sama berusaha, kita udah sama – sama mengejar bintang kita masing – masing, tapi sampai kapan pun, pegangan tangan itu akan tetap mempertemukan kita… Via,gue bukan Romy Rafael yang bisa baca pikiran orang, atau siapa lah… Tapi hati gue bilang, lo udah berhenti mengejar bintang lo,dan sekarang saatnya lo kembali bertemu gue… “ Jelas iel.

Sivia tercekat, nafasnya tertahan, entah apa kata yang bisa menggambarkan hatinya saat ini, ia bahagia, ya hatinya berdesir…

“Via, gue bukan cowok romantis yang bisa bikin lo melayang karena kata – kata gombal gue, gue juga gak bisa menjanjikan apapun buat lo, gue Cuma bisa terus menggenggam tangan lo dengan ketulusan gue.. Gue cuma bisa menyayangi lo sebagai mana adanya, lo hanya perlu untuk terus membiarkan gue menggenggam tangan lo… Via, jadi cewek gue ya..”
Jelas iel.

Dan, disinilah, detik inilah, sivia merasakan hatinya berdesir hebat, ada perasaan bahagia yang tiba – tiba membuncah keluar, ada rasa lega yang membuat tubuhnya seakan melayang. Dan kini, isi hatinya dipertanyakan, ya, sivia tidak mungkin menolak permintaan itu… Kini sivia sadar, ia terlalu melihat jauh, ia bahkan ingin meraih bintang yang terlalu tinggi, padahal…padahal…padahal disampingnya sudah ada iel, iel yang senantiasa akan terus menggenggam tangannya…iel yang akan terus mengajaknya berlari sepenuh cinta, iel yang kini tengah menunggu jawabannya, dan jawaban itu adalah…..

“Yes, I do..”

Iel tertegun, perlahan ia menarik sudut – sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman, senyuman yang mungkin tidak akan bisa mewakili perasaan hatinya saat ini,senyuman yang mungkin tidak akan mampu melukiskan betapa bahagianya ia, betapa ia merasakan seolah denyut nadinya hilang entah kemana, betapa ia merasakan ia ingin mengucapkan sesuatu…

Iel berdehem, memecah keheningan diantara keduanya, lantas kemudia iel berdiri dari bangkunya, dan melangkah masuk kedalam rumahnya. Tidak lama kemudian, iel kembali dengan sebuah gitar ditangannya,

“Iel, lo mau maen gitar?”

Iel menggeleng mantap, “Nggak, orang gue gak bisa maen gitar,”

“Lah, terus?”

“Gue mau nyuruh lo mainin buat gue…”

Sivia tertegun, “Lho? Kok gue?”

“Ya..kan elo yang bisa..”

“Tapi kan biasanya kalo disinetron – sinetron cowok yang mainin gitar buat ceweknya? ah, lo gak romantis!” Sivia manyun.

Iel tertawa kecil, “ya udah, lo maen sinetron aja sono..”

“Kan gue bukan artis!”

“Ya, iyalah…orang lo cewek gue.. mana sudi gue ngeliat lo dipeluk – peluk cowok lain disinetron! Elo kan…”

Sivia tertegun, tapi kemudian tersenyum kecil.. “Gue kenapa?”

Iel terlihat ragu, tapi kemudian tersenyum nakal, “Lo kan jelek,mana ada cowok yang mau meluk lo, kecuali…”

Sivia lagi – lagi manyun, “Kecuali gue…” Sambung iel.

Sivia tersenyum lebar, lantas kemudian menundukkan kepalanya, wajahnya berseri – seri,

“Yee, malah mesem – mesem! Udah, buruan maen, lagunya yang romantis ya..”

Sivia tersenyum kecut, tapi kemudian meraih gitar ditangan iel, lantas memangku gitar itu, “Lagu apa ya?”

“mm..Kalo lagu cinta satu malam gimana?” Usul Iel dengan nada menggoda.

Sivia menelan ludah, berusaha menerima betapa tidak romantisnya cowoknya ini,

“Lagu ini aja ya,” Sivia mulai memetik gitarnya, mengalunkan sebuah nada, lantas mulai bernyanyi, Christian Bautista-The way you look at me,

No one ever saw me like you do
All the things that I could add up to
I never knew just what a smile was worth
But your eyes say everything without a single word

Coz there’s something in the way you look at me
It’s as if my heart knows you’re the missing piece
You make me believe that there’s nothin in this world I can’t be
I’d never know what you see
But there’s something in the way you look at me

Dan lengkaplah sudah, malam ini menjadi pertemuan kembali dua tangan yang pernah saling menggenggam, kini kedua tangan itu akan terus bergandengan, tanpa harus melihat bintang lain, ya, saling menggenggam, Dengan perasaan bahwa indahnya hidup kini adalah cerita mereka, dan mereka saling menatap untuk menikmatinya bersama. Cerita hidup ini memang indah, jika ada seseorang di samping kita yang akan senantiasa siap menggenggam tangan kita, serta mengajak berlari, menikmati indahnya
cinta…

@@@

“Apa via? Jadi elo jadian sama iel….HFPFHFTFTFT…” Ify terpaksa menghentikan kalimatnya karena tersedak oleh bakso yang disumpalkan via kemulutnya

Sivia mengangguk, kemudian kembali memasukkan suapan nasi goreng kantin ke dalam mulutnya,

“Serius lo, via? Elo, sama iel?” Tanya Ify lagi.

Sivia kembali mengangguk, “Iya, emang kenapa sih kalo gue sama iel? Freak emang?”

“Lah? Bukannya lo suka sama Rio?” Tanya Ify lagi.

“Itu kan dulu, sekarang sih…” Sivia menggantung kalimatnya, terlihat berfikir sebentar, tapi kemudian kembali membuka mulut, “Eh, jangan – jangan waktu itu lo lebih milih Alvin gara– gara gue suka sama Rio ya?”

Ify tertegun, tapi kemudian menganggukan kepalanya, “Salah satu alasannya ya itu…”

Sivia melotot, kemudian malah menoyor kepala Ify, “ Yeeh! Dodol! Lo kenapa gak nanya sama gue dulu sih? Gue itu udah ngelupain semuanya, terbukti kan, sekarang gue malah jadian sama iel.. ah, elo fy!”

“Yaa, mana gue tau..” Sahut Ify.

“mm.. Pokoknya lo harus ketemu sama Rio!” Jelas Via.

“Mau ngapain lagi? Gue aja udah hampir dua minggu gak ngomong sama dia! Gak, ah..”

Sivia kembali melotot, “Justru itu, lo berdua harus ngomong empat mata, gue yakin kok dia masih suka sama lo.. ayolah, fy!”

Ify tak menanggapi, malah sibuk menghabiskan jus mangganya, “Ify! Lo denger gue gak sih! Lo sama rio itu harus ketemu.. masa mau diem – dieman terus! Kapan jadiannya?”

“Siapa juga yang mau jadian sama cowok belagu kayak gitu?” Balas Ify.

Sivia menghela nafas panjang, “Plis deh, fy, buang dulu rasa gengsi lo itu… perasaan lo jauh lebih penting!”

Lagi – lagi Ify tidak menjawab, hanya terus menatap Sivia,

“Fy, mau ya?!!”

“Tapi dia pasti udah benci sama gue, via!”

“Kata siapa?”

“Kata gue barusan..”

“Ya udah, liat aja nanti… “

@@@

"Gue sih mau – mau aja via, tapi.. lo tau kan Rio kayak gimana orangnya..” Sahut iel begitu mendengar rencana sivia untuk mempertemukan ify Dengan Rio.

“Ayolah, iel, Pliss…”

“Susah, via..”

“Coba dulu!”

Iel menatap Sivia, mencari keyakinan diwajah rupawan itu, kemudian tersenyum kecil, “Iya deh, demi elo..”

“Sip.”

“Jadi apa rencana lo?”

@@@

Rio dan iel memasukki ruang music beriringan, “Lo mau ngapain sih iel ngajakin gue kesini?”

Iel celingukan, “mm, Ya lo tau kan yo, gue itu gak bisa maen alat music, nah.. gue kan pengen kasih kejutan buat cewek gue, gue pengen maenin alat music buat via, biar romantis yo..” Sahut Iel, ia berusaha untuk tidak terlihat gugup.

Rio buang muka, kesel sendiri, “YA udah sih, maen suling aja! Lo bisa kan maen suling?”

“Yaelah yo, jaman sekarang, mana romantis kalo pake suling! Gue maunya, pake gitar yo…gitar..”

Rio mendelik, “Berani bayar berapa lo?”

“Goceng dah!”

“Gigi lu goceng! Gocap..”

“Gille! Gocap???”

Rio mendengus kesal, kemudian membalikkan badannya, hendak meninggalkan ruang music, “Ya udah kalo gak mau..”

“Eh, iya, iya..iya.. ok, gocap! Setuju gue!” Sahut Iel cepat.

Rio tersenyum kecil, kemudian menghela nafas panjang, “Oke, satu lagu doang kan? Lo mau lagu apaan?”

“mm.. Gini yo, kok mendadak perut gue mules ya, aduh, bawaan orok nih yo..gue ke kamar mandi bentar yak! Bentar doang. Okeh, “Jelas iel, tanpa menunggu jawaban Rio, Ia lantas segera berlari meninggalkan ruang musik. Sukses sudah.

Sampai diluar ruang music, iel langsung mengeluarkan ponsel disakunya, mencari satu nama dalam daftar kontaknya, lantas menempelkan ponselnya ketelinga,

“Via, Rio udah diruang music… buruan bawa Ify!.... Oke?... Sip!”

@@@

Rio mendesah kesal, lantas kembali melipat tangannya didepan dada, ia sedang menunggu iel yang tak kunjung balik dari kamar mandi,

Tapi tiba – tiba pintu ruang music diketuk dari luar dan masuklah seorang cewek, Rio tertegun, ya tuhan, itu kan…Ify.

“Ngapain lo kesini?” Tanya Rio garang.

Ify yang baru masuk terlihat terkejut setengah mati begitu melihat Rio, “Elo? Harusnya gue yang nanya, ngapain lo kesini?”

“Ya terserah gue, lah..” Sahut rio.

“Ya udah, terserah gue juga dong!” Balas Ify.

Ify kaget setengah mati begitu melihat sosok Rio diruang music, Ify mulai curiga, jangan – jangan ini semua rencana sivia?

“Emangnya lo mau ngapain sih kesini? Nyariin Alvin?” Tanya Rio lagi.

Ify tertegun, kemudian menggelengkan kepalanya, “Gak kok, tadi gue disuruh sama via ambil gitar di ruang music..”

“Kenapa bukan dia aja yang ngambil?”

“Dia mendadak mules!” Sahut Ify gak kalah jutek.

“Lho? Kok sama alasannya sama Iel?”

Ify tertegun, “Maksud lo?”

“iya, tadi iel yang bawa gue kesini, terus dia juga mendadak mules! Masa iya mulesnya bisa barengan gitu? Mentang – mentang udah jadian!” Lanjut rio.

“Jangan – jangan….” Ucap Ify dan rio berbarengan.

Tuh, kan! Ini semua emang rencana Iel dan Via. Ify menelan ludah yang terasa pahit dilidahnya, suasana mendadak hening, baik Ify maupun Rio tidak sudi membuka mulut, Sampai akhirnya Rio berdehem kecil,

“Lo kenapa sih?” Tanya Rio tiba – tiba.

“Kenapa gimana?”

“Lo menghindar ya dari gue?”

Ify tercekat, nafasnya tertahan, “Ya, enggak lah..” Jawab Ify, ia berbohong, jelas – jelas ia memang menghindari Rio.

“Bohong!”

“Bener..”

“Terus kenapa lo gak mau ngomong sama gue?”

“Ya, kan… lo yang gak mau ngomong sama gue..” Sahut ify, terus mencoba mencari alasan.

Rio mendelik, lantas memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, “Jangan – jangan lo marah gara – gara kejadian itu?”

“Kejadian apaan?”

“Lo pura – pura bego atau emang bego dari sononya sih!!??”

Ify buang muka, “Lo tuh bisanya emang Cuma menghina ya!”

Rio tidak menjawab, malah sibuk mengalihkan pandangan kesekitar,

“Gue emang bego, yo! Gue udah nyakitin perasaan banyak orang, terutama… terutama…”

“Siapa?”

Ify tertegun, Terutama elo, yo! Gue udah bohongin perasaan gue sendiri, gue gak pernah mau mengakui kata hati gue yang bilang kalo emang cuma elo yang ada dihati gue…

“Udahlah, lupain aja..” Sahut ify seraya meninggalkan ruang music. Lagi - lagi,ini bukan saat yang tepat. Oh!

@@@

Besoknya, saat pulang sekolah. Ify berjalan dengan santai menuju rumah. Tapi baru beberapa meter dari sekolah, ia melihat beberapa cowok berseragam SMA, sepertinya darisekolah lain. Mereka tertawa terbahak – bahak. Tiga orang itu membawa pemukul bisbol. Wah, rupanya mereka habis maen bisbol, pikir Ify. Tapi tiba– tiba…

Sayup – sayup Ify mendengar pembicaraan mereka,

“Biar mampus tuh si rio! Bisanya tebar pesona aja sama cewek – cewek kita!” Seru seseorang diantara mereka, ify hanya bisa mendengarkan.

“Bener banget tuh, bos! Cewek gue aja sampai kepincut sama si rio! Sampai Cinta mati! Coba, apa bagusnya si Rio?” Sahut yang lain.

“Iya! Harusnya kita abisin aja tuh anak dari dulu! Pake pelet apa sih tuh orang!!” Sahut yang lain lagi.

Deg! Ify merasakan jantungnya berdebar lebih cepat. Apa? Siapa tadi? Rio? Mario stevano maksudnya? Yang belagu itu? Ya tuhan, jangan – jangan…Ify semakin mempercepat langkahnya,

Tiba – tiba ditengah jalan, tepatnya ditaman kecil dekat sekolah, ia melihat seseorang terkapar disana. Ia mendekati orang itu. Betapa kagetnya ia ketika melihat wajah orang itu, “Rio!”

“Rio! Elo kenapa, yo?” Tanya Ify panic.

Rio tidak menjawab. Namun cowok itu masih bernapas.Wajahnya memar dan darah terus mengalir di kaki kirinya.

“Fy…Fy…” Ucapnya setengah sadar.

“Iya, ini gue…” Ucap Ify sambil menopang bahu rio, lalu memapahnya menuju tembok taman.

Rio berusaha sekuat tenaga menyeret kakinya menuju tembok taman. Berhasil! Ify mendudukkan tubuh Rio di tanah, lalu menyandarkan punggung cowok itu ke tembok.

“Thanks, fy. Tapi… lo pulang aja gih!”

“Heh! Lo gila, ya? Lo pikir gue bakalan ninggalin gitu aja orang yang lagi sekarat kayak elo begini?” Ucap ify dengan suara tinggi.

“Gue udah nggak apa –apa kok,” Rio menimpali tak kalah kerasnya.

“Heh! Elo tuh udah sekarat kayak gini masih aja belagu!”

“Udahlah…sana pulang!”

“Nggak!” Ify bersikeras, lalu mengeluarkan handuk kecil dari tasnya dan membalutkannya di kaki Rio yang berdarah.

“Ini, biar darahnya berhenti..” ucapnya datar. Ia lalu mengambil tisu dari saku bajunya dan membersihkan luka di wajah Rio.

“Lo abis berantem ya, Yo?” Tanyanya.

“Biasalah! Di kroyok gue. Tiga lawan satu..” Sahut Rio.

“Makanya jadi orang jangan belagu!”

Rio tidak menanggapi, tapi sejenak kemudian…” Kok elo baik sama gue sih?” Tanya Rio..

“Heh, lo jangan kege-eran, diam aja, ya!” perintah Ify sambil terus mengelap wajah Rio. Rio pun mengikuti perintah Ify.

“Ngomong – ngomong, lo mau gue anterin pulang gak?” Tanya Ify.

Rio tidak menjawab, “Heh! Lo denger gak sih? Gue nanya lo mau dianterin pulang gak?”

“Katanya gue disuruh diem, “Jawab Rio, cuek.

“Hu-uh! Lo tuh nyebelin banget sih!” Ify mulai kesal.

“Lo tadi nanya apa?”

“Gue nanya, lo mau dianterin pulang gak?”

“Gak perlu..”

“Terserah elo deh!” Ucap Ify sambil melemparkan tisu bekas luka Rio, “Lo udah baikan, kan? Ya udah, pulang sendiri sana! Soalnya gue mau pulang,”Ify berkata sambil beranjak dari tempatnya hendak meninggalkan Rio.

“Jangan pergi, Fy!” Cegah Rio.

Tetapi Ify tidak memedulikannya. Ia teguh pada pendiriannya untuk meninggalkan Rio.

Tiba – tiba Rio menarik tangan Ify sehingga cewek itu jatuh tepat diatas tubuh Rio. “Gue bilang, elo…jangan..pergi…” Ujar Rio penuh tekanan. Ify yang menyadari posisinya, cepat – cepat bangkit, “Oke, tapi jangan gitu dong caranya!” Ucapnya sambil duduk di sebelah Rio.

Rio hanya terdiam. Suasana hening. Sepi.

“Rio, gue udah gak kuat lagi ngadepin elo, dari awal kita ketemu, elo udah cari masalah, selalu ngerjain gue, tapi tiba – tiba lo bisa mendadak jadi baiiik
banget,lo selalu ada disaat gue dikerjain sama si shilla, lo selalu ngelindungin gue..! Elo selalu bikin gue bingung. Elo selalu bikin gue marah, tapi juga selalu bikin gue ngerasa nyaman…selalu..” Ify tak sanggup melanjutkan kata– katanya. “sebenarnya mau lo apa sih, yo? Lo mau mainin perasaan gue? Lo mau bikin gue takluk sama lo? Iya? Dan setelah lo berhasil bikin gue suka sama lo,lo bakal ninggalin gue gitu aja… iya? JAwab gue, yo!” Emosi Ify keluar tanpa terkontrol.

Rio hanya memandangi Ify tanpa berkomentar apa – apa.

“Rio, jawab dong!” Teriak Ify sambil mengguncang – guncang tubuh Rio. Ify mulai kesal lihat cowok itu hanya diam.

“Rio…”

Suara Ify mulai melemah. “Gue nggak pernah benci sama elo, tapi kenapa lo selalu mainin perasaan gue?” Ify menunduk untuk menutupi air matanya yang mulai menetes.

“Awalnya hidup gue normal – normal aja. Tapi sejak ketemu elo…” Akhirnya Rio bereaksi. Ia merengkuh kepala Ify dan merebahkannya ke dadanya. Ify tak berkutik ketika cowok itu mencium
rambutnya,

“Baru kali ini gue nemuin cewek kayak elo. Waktu pertama gue ngeliat elo, gue kira elo sama aja kayak cewek – cewek lain, yang manja dan banyak gaya. Jadinya gue iseng pengen mainin elo. Tapi ternyata elo beda! Gue seneng ngeliat betapa elo gak takut gue gertak dengan kata – kata kasar gue! Gue seneng ngeliat lo yang malah berani narik gue ketengah lapangan waktu hujan, gue seneng ngeliat semangat elo waktu belajar maen basket. Gue seneng ngeliat semangat lo, gue suka sama gaya lo marah, gaya
keras kepala lo…” Ify semakin menangis. Jantungnya berdegup kencang. Tubuhnya gemetar. Mungkin Rio bisa merasakan ditak jantungnya.

“Sampai akhirnya gue sadar kalo ternyata gue sayang banget sama elo. Gue selalu merhatiin setiap elo olahraga dilapangan, meskipun elo gak pernah nyadarin. Gue seneng nyariin elo kalo lo nggak kelihatan dilapangan. Lo gak tau betapa takutnya gue saat ngeliat elo dikatain abis – abisan sama anak satu sekolah, saat elo dikerjain sama Shilla. Gue rela elo benci sama gue, tapi gue nggak rela waktu elo jauh dari gue… dan saat lo lebih milih Alvin, gue ngerasa gue udah gak perlu hidup ini lagi…” Rio berkata sambil terus memeluk Ify yang tak henti menangis,

“Maafin gue ya, Fy…”

Ify menganggukan kepalanya dalam pelukan Rio. Ya, semudah itu ia memaafkan Rio..

“Fy, gue takut banget kehilangan elo. Gue takut gue gak kuat ngeliat elo sama Alvin. Maaf kalau kemaren gue kasar sama elo. Terus terang, gue cuma gak tau gimana caranya ngasih tau ke elo betapa menderitanya gue tanpa elo..”

Langit sore telah berubah menjadi gelap. Bulan muncul mendengar semua pengakuan itu. Rio rela menjatuhkan harga dirinya didepan cewek yang paling disayanginya. Dan malam ini pula, Rio menyatakan perasaannya pada Ify…

Dan Ify, ia tidak mungkin menolak. Kali ini ia ingin mengakui kata hatinya, kata hatinya yang mengatakan bahwa, ia memang menginginkan Rio…

@@@

Anak – anak The Four Mr. Perfect sedang berkumpul dimarkas mereka, seperti biasanya.

Iel terkejut saat ponsel disakunya berdering, ia pun meraih benda itu, ada satu pesan masuk,

Sender : Yayang Via

Yak, dengan bangga saya mengumumkan bahwa Ify dan Rio sudah jadian kemarin, ternyata mereka gak butuh bantuan kita iel. Haaah, memang, cinta sejati akan bersatu dengan sendirinya….Hehe. Ify sendiri yang cerita sama aku, iel. Si belagu Rio udah cerita belum?

Iel tersenyum lebar seraya kembali memasukkan ponselnya kedalam saku, “Eciiiiiieee, ada yang baru jadian….” Serunya. Ray yang sedang asyik dengan komiknya langsung beranjak mendekati iel, Alvin yang sedang mendengarkan walkman pun tak mau ketinggalan, sementara Rio mulai curiga, jangan– jangan…

“Siapa , siapa?” Tanya Ray dan Alvin semangat.

“Siapa lagi kalo bukan bos kita, si Rio….. sama yayang Ify….” Sahut Iel semangat.

Dan benar saja, Rio harus menelan ludah yang terasa pahit dilidahnya, terbuka sudah,

“Cieeeee, Riooooo, PJ! PJ! PJ!” Seru ray yang langsung menghampi Rio dengan senyum lebar diwajahnya.

THE END

EPILOG

Ify berjalan menuju pintu rumahnya yang sejak tadi diketuk seseorang. Kemudian…

“Ri…Rio? Ngapain lo?” rio terkejut ketika melihat Rio berdiri diteras rumah.

“Ikut gue yuk, Fy!” Ucapnya.

“Kemana?”

“Udah, ikut aja. Ntar juga lo tau.”

“Gue perlu ganti baju dulu gak?”

“Nggak usah, udah cantik..” Ucap Rio sambil melemparkan salah satu helm-nya pada Ify. Rio menyalakan motor sport-nya dan Ify duduk dibelakangnya. Beberapa saat kemudian cowok itu telah membawa Ify melesat cepat menuju ke suatu tempat.

Tanpa mereka sadari, saat itu seorang anak kecil cowok mengintip dari balik tirai jendela rumah Ify, dia adalah si Ozy yang tengah senyum– senyum sendiri, “Tuh kan bener, Kak Ify pasti jadiannya sama Kak Rio….Hihihi…”

@@@

Angin bukit menerpa wajah seorang cewek yang tengah berdiri diantara deretan pepohonan.

“Rio.. Ini keren banget! Dari mana elo tau ada tempat kayak gini?” Ify berkata karena takjub melihat keindahan lampu – malpu deretan rumah di kaki bukit.

Rio membawa Ify menuju bukit di pinggiran kota bogor, yang masih asri dan terbebas dari asap knalpot kota Jakarta.

“Ini namanya bukit bintang. Sebenarnya bukit ini gak ada namanya, tapi gue yang menamakannya sendiri. Dulu, waktu gue kecil, gue sering ke sini sama nyokap gue. Pas gue besar, ya baru
kaliini. Ternyata tempat ini masih kayak dulu…” Rio menghela nafas panjang. “gue gak nyangka bisa ketempat ini lagi… sama elo,” Lanjut Rio sambil menatap wajah gadis disebelahnya.

Ditatap rio dari jarak sedekat itu, Ify jadi salah tingkah, “Hmm.. Luka lo udah nggak apa – apa kan?”
Tanya Ify.

“Udah mendingan. Ah, biarin aja.. nggak uusah dipikirin,”Jawab Rio cuek.

Ify duduk diatas motor Rio, Cowok itu duduk disebelahnya. Mereka berada diantara pohon – pohon pinus yang berjajar disepanjang kota. Di depan mereka terbentang luas pemandangan kota diwaktu malam.

“Rio..” Ify tampak ragu – ragu,

“Hmmm… gue… gue say…”

“Gue sayang sama elo, Fy..” Rio memotong kata – kata Ify sambil memandangnya dengan tatapan tajam.

Jantung Ify berdetak kencang, ternyata Rio tahu apa yang akan dikatakan Ify. Ify membalas tatapan cowok Itu.

Tiba – tiba terjadi sesuatu yang jarang terjadi. Rio tersenyum. Bukan senyum meremehkan seperti biasanya, tapi senyum yang berbeda.

Danbaru kali itu Ify menyadari betapa gantengnya Rio.

“Gue tau apa yang akan lo ucapin, tapi gue nggak mau elo yang pertama kali mengucapkannya,” Ujar Rio.

Ify terlonjak. Sebenarnya apa yang diucapkan cowok itu barusan memang benar. Tetapi tetap saja, Rio terlalu pede.

“Heh! Nggak udah sok kege…”

Belum sempat ify melanjutkan kata – katanya, mendadak ia merasakan tubuhnya seperti terkena aliran listrik. Hatinya berdesir. Ify merasakan sesuatu yang hangat, lembut, dan lembab…. Mengunci bibirnya, Bibir rio….

@@@

Dear Diary,

Dulu aku memang nggak tau apa yang namanya cinta. Tapi ternyata dia datang sendiri tanpa aku sempat berfikir untuk mencarinya.

Rio membuat aku sadar, ternyata benci dan cinta memiliki perbedaan yang sangat tipis. Selama ini aku belajar untuk menembus cinta yang hanya disadari hal– hal yang nyata, yang dapat dilihat atau diraba. Dan ternyata… keindahan sejati bukanlah yang terlihat pada kulit luarnya!

Akhirnya aku memang memilih Rio. Tuhan… apa ini memang yang terbaik?

Alyssa Saufika

TAMAT, deeeeeh….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar