"Aaaargh.....sakit bego!! Pelan dikit napa??!" bentak rio saat shilla menekan kapas terlalu keras pada ujung bibirnya.
Kebetulan saat rio pulang, shilla ada di rumahnya dan keukeuh mengobati lebam rio sebelum pulang.
"Maaf.." jawab shilla pelan.
Dengan sabar shilla terus mengobati rio meski dari tadi rio selalu membentaknya.
"Aaaargh....sakit!! Loe mau ngobatin gue apa mau nyiksa gue sih??! Pelanan dikit!!" bentak rio lagi, sama sekali nggak peduli dengan rasa sakit shilla saat dibentak olehnya.
"Tahan yo.." jawab shilla dengan suaranya yg sedikit bergetar.
"Sakiiit!!! Gue bilang pelanan dikit nona shilla.. Elo bisa ngobatin gue nggak sih sebenernya?? Atau loe cuman mau sok-sok_an perhatian ke gue doang?? Kalau nggak bisa bilang.
Udah sini! Mending gue ndiri yg kerjain." bentak rio sekali lagi, sambil merebut kapas yg ada di tangan shilla dengan kasar.
"Ma..af.."rintih shilla lagi. Hatinya begitu sakit mendengar bentakan dan tuduhan rio padanya.
"Maaf doang yg loe bisa!" bentak rio lagi. Entah karna angin apa, emosinya tak terkendali sekarang. "Aku emang cuman bisa bilang maaf yo.. Seenggaknya cukup jadi ungkapan penyesalan aku dibanding kamu yang nggak pernah sekali pun ngehargain aku di sini. Wajar kan kalau aku mau bantu ngobatin luka kamu. Tanpa perasaan ini pun aku bakal tetap bantu kamu. Dan aku minta kamu bisa hargain dikit yo.." kata shilla dengan air mata yg jatuh berlahan seiring
perkataannya.
Rio menghela nafas panjang. "Gue kenapa sih??" pikirnya kacau. Lalu memicingkan matanya sejenak, menenangkan perasaannya yg kacau. Lalu menatap shilla sebentar, dan kemudian menunduk.
Rio berjalan selangkah mendekati shilla dan mengayunkan tangannya untuk menghapus air mata gadis itu. Shilla membeku ditempatnya. Terperangah dengan perlakuan rio dan tatapan mata rio yang lembut kepadanya. Tatapan yang dirindukannya beberapa tahun ini.
"Gue nggak suka air mata. Sorry shil.. Gue nggak maksud bentak loe barusan. Gue kacau, loe bisa ngerti kan?? Maaf buat perlakuan gue ke elo selama ini. Dan sekarang gue harap loe pulang. Bukan ngusir, tapi gue pengen sendiri. Thanks ya buat yg tadi." ucap rio pelan, tanpa menatap shilla. Shilla mengangguk mengerti, tanpa sepengatuan rio, shilla sudah tau rencana para pengurus osis untuk rio dan ify. Riko yang memberitahukannya, dan shilla tau bahwa ada masalah antara rio dan ify. Dan sebenarnya kedatangan shilla ke rumah rio justru ingin membujuk rio baikan dengan ify. Dia sudah merelakan perasaannya. Sadar bahwa kisahnya dan rio telah berlalu. Dan itu hanya tinggal kenangan bagi mereka berdua.
"Yo, jujur lebih baik dari pada elo nyembunyiin semuanya. Kebohongan nggak selamanya bisa menutupi semuanya yo. Dan tau kebenaran di akhir jauh lebih menyakitkan dibanding kita tau lebih awal. Aku nggak tau masalah kamu yo.. Kamu dan ify, tapi aku tau kamu nyembunyiin sesuatu dari dia kan?? Dari kami semua?? Dan selama ini kamu selalu menahan semuanya kan?? Aku udah kenal kamu lama yo.." kata shilla sambil menepuk pundak rio pelan, dan segera berlalu.
Rio berdiri terpaku ditempatnya. Membiarkan pikirannya mencerna kata-kata shilla. Membiarkan pikirannya berusaha untuk meluluhnkan tekad hatinya untuk terus berbohong.
"Kak shilla benar kak. Jujur sekarang atau kepedihan yang lebih sakit dari sekarang ini yang akan loe dapat." kata ozy yang muncul tiba-tiba dibelakang rio.
Rio tetap tak bereaksi, tetap memberikan waktu bagi pikiran dan hatinya yang tengah beragumen memilih jujur atau terus berbohong. Meski akal sehatnya memilih jujur, tapi hati berkata lain.
"Kak, nggak selamanya kata-kata 'bohong untuk kebaikan' itu benar lho. Meski pun elo bohong untuk menjaga perasaan kita semua, tapi nggak semudah itu kak." lanjut ozy lagi. Rio akhirnya bereaksi, walau hanya sebuah helaan nafas. Tanpa berkata apa-apa, rio beranjak menuju kamarnya. Meninggalkan ozy yang menatap sendu kakaknya itu. Mengerti akan kegalauan kakaknya.
****
Rio menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Merasa begitu lelah akan semuanya. Merasa lelah dengan permainannya sendiri.
"Apa gue emang harus buka semuanya?? Apa dengan gue jujur semuanya akan baik-baik aja??" tanyanya, entah pada siapa. Rio menggeleng kecil.
"Enggak. Gue nggak mau air mata yang akan nemenin sisa jalan hidup gue kalau gue jujur. Gue nggak bisa liat elo semua ikutan meratapi nasib gue. Gue nggak mau elo semua ikut kerepotan karna gue. Gue nggak mau kalian ikut rasain hampa ini. Dan gue nggak bisa cuman jadi cowok rapuh, penyakitan, yang nggak bisa hapus air mata itu. Gue nggak"
"Tapi elo sakit karna itu kan kak??? Walau pun elo bakal nemuin tangisan kami, tapi seenggaknya masih ada senyum disana. Senyum kelegaan kami, senyum bahagia, dan senyum yang sedikit banyaknya bisa jadi semangat di sepanjang perjuangan elo kak." kata ozy yang untuk kedua kalinya muncul tiba-tiba di kamar rio.
"Dan apa elo benar-benar tenang dan lega, kalau elo terus bohong dan akhir yang elo dapat adalah tangisan kekecewaan kami karna kebohongan elo, tangisan kemarahan kami, dan tangisan penyesalan kami akan semuanya. Apa elo benar-benr bisa tenang dengan itu kak??" lanjut ozy lagi. Rio diam, lalu menggeleng.
"Loe benar zy, bukan itu yang gue harepin. Tapi gue juga nggak bisa kalau harus jadi beban kalian semua." jawab rio pelan.
"Elo bukan beban kak. Jangan merasa kita semua repot karna elo." Rio mengangguk pelan,
"Gue akan jujur, tapi nggak sekarang." Ozy bernafas lega. Akhirnya kakaknya itu bisa dibujuk.
****
Esok paginya di sekolah....
"Hai yo.." sapa cakka begitu rio memasuki kelas. Dan sedikit kaku dibanding biasanya. Rio tersenyum kecil, lalu mengangguk.
"Pagi cak.." balasnya.
"Yo, gue mau ngomong sama loe. Penting. Berdua." lanjut cakka. Rio mengangguk, lalu berjalan duluan dengan cakka di belakangnya.Melangkah menuju ruang musik yang biasanya kosong.
Ruang musik..
"Loe mau ngomong apa cak??" tanya rio datar sambil bersandar pada salah satu meja di ruangan itu, lalu rio mengambil gitar dan mulai memainkannya asal.
"Soal kemaren, ify. Kenpa loe tolak dia?? Gue tau yo, loe udah naksir dia lama." jawab cakka. Rio tersenyum kecil,
"Elo di suruh agni kan?? Biasanya juga loe nggak pernah nanya-nanya masalah pribadi gue." kata rio tanpa menjawab pertanyaan cakka.
"Nggak penting gue disuruh atau enggak. Jangan elo pikir karna gue nggak pernah ngusik-ngusik masalah elo atau anak-anak lainnya, gue jadi cuek sama masalah-masalah kalian. Gue tau elo lagi mendam sesuatu sendiri yo. Gue tau elo punya alasan yang jelas untuk nolak ify. Jadi, apa alasan loe??" kata cakka.
"Gue akan kasih tau kelian, tapi enggak skarang cak. Gue harap elo bisa ngerti." jawab rio singkat. Cakka mengangguk mengerti dan lalu tersenyum.
"Jadi artinya elo akan perbaiki hubungan lo sama ify??" tanya cakka dengan nada berharap. Rio menggeleng,
"Gue belum siap kalau sekarang. Gue masih butuh waktu mikir cak." jawab rio datar.
Cakka mengehela nafas kecewa, "Mau sampai kapan elo nyakitin ify yo?? Elo tau kan jauhin dia kaya gini sama aja elo nyakitin dia yo?? Nyakitin diri loe sndiri." bantah cakka.
"Gue tau. Tapi ini semua juga untuk dia cak. Gue nggak akan ngelakuin ini kalau cuma untuk nyakitin ify. Gue juga punya alasan." kata rio tetap kukuh pada niatnya.
"Sampai kapan??" tanya cakka dengan
nada lesu.
"Sampai gue bisa mantapin perasaan gue sendiri. Sampai gue bisa kasih tau kalian tentang semuanya." jajab rio tegas.
"Gabriel??" tanya cakka lagi.
"Gue akan usaha supaya dia mau maafin gue. Gue tau dia cuma nggak bisa liat ify hancur. Gue harap elo juga mau bantu gue cak." jawab rio. Cakka mengangguk, lalu menepuk pundak rio pelan,
"Asal jangan lama-lama aja. Jangan buang-buang waktu yo.." jawab cakka sambil tersenyum.
Rio membalas senyum cakka,
"Kelas yuk.." ajaknya. Cakka mengangguk, lalu berjalan berdampingan dengan rio menuju
kelas.
****
Waktu istirahat, seperti biasa sebagian besar siswa SMA Nusantara menghabiskan waktunya di kantin. Begitu pun dengan gerombolan rio dkk dan ify dkk. Setelah beberapa lama
mereka nggak lagi ngumpul bareng karna masalah rio-ify. Bedanya, mereka kumpul tanpa iyel dan ify sekarang.
"Iyel masih marah sama gue ya vi??" tanya rio ke via.
Via mengangguk kecil,
"Loe tau lah yo, kalau iyel udah ngamuk susah baiknya. Harusnya elo jelasin aja langsung yang sebenernya yo, jangan setengah-setengah kaya tadi." jawab via.
"Gue kan udah bilang vi, gue bakal jelasin ke kalian semuanya, tapi enggak sekarang. Kenapa sih tu anak nggak bisa ngerti-ngerti juga?? Gue cuma minta waktu kan??" bantah rio dengan nada sedikit meninggi.
Yaa...rio tadi sempat jelasin keteman-temannya, bahwa dia punya alasan atas sikapnya ke ify. Yang lain menerima penjelasan rio, tapi enggak dengan gabriel. Dia masih belum bisa maafin rio sebelum rio kasih tau alasannya dengan jelas.
"Elo nggak bisa salahin iyel yo. Gue juga sampai sekarang masih marah sama loe. Tapi gue maklum, gue tau elo punya masalah." kata via.
"Dia cuma nggak terima elo nyakitin ify terus yo. Ify sering curhat ke gue, iyel dan acha. Ify tersiksa selama elo jauhin dia yo. Ify juga mulai pemurung gara-gara elo yo. Kami bertiga kehilang ify yang dulu karna elo. Ify yang biasanya selalu semangat cerita segala macem tentang elo, sekarang jadi selalu nangis setiap kali cerita tentang elo. Sikap elo yang ngejauhin dia tanpa alasan jelas itu udah nyiksa dia banget. Dan kita bertiga cuma bisa liatin dia yo. Iyel sering ngerasa bersalah karna itu. Padahal ify sepupunya dia dan elo sahabatnya dia. Dia juga tau kalian berdua punya perasaan yang sama, tpi dia nggak pernah bisa bantu kalian. Elo ngertikan gimana perasaan iyel?? Perasaan gue dan acha?? Kami bertiga ngerasa nggak berguna banget yo.." jelas agni.
"Tapi gue ngelakuin ini juga buat ify ag.. Gue cuma nggak pingin nyakitin dia." bantah rio lagi.
"Tapi yang elo lakuin sama sekali nggak bikin ify bahagia kan?? Yang elo lakuin justru nyiksa ify yo.." jawab agni.
Rio tertunduk lesu sambil meremas-remas kepalanya kasar.
"Agni bener, gue jujur atau terus bohong pun akhirnya tetap sama. Gue akan tetap nyiksa ify. Arrrrrgh...tuhan sampai kapan ini terus berlanjut.." teriak rio dalam hati, merasa frustasi akan semuanya.
Alvin menatap rio iba. Lalu menepuk pundak sahabatnya itu untuk memberi semangat. "Jangan terlalu dipikirin yo.. Entar elo drop lagi.." bisik alvin pelan ke rio disebelahnya.
Rio mengangguk, lalu tersenum kecil, seolah menyampaikan kepada alvin
kalau dia baik-baik aja. Lalu, tanpa berkata apa-apa langsung pergi meninggalkan teman-temannya. Yang lain menatap punggung rio yang perlahan menjauh heran. Merasa aneh
dengan sikap rio akhir-akhir ini.
"Gue saranin elo semua jangan terlalu nyudutin tu anak deh.." kata cakka yg langsung mendapat anggukan setuju dari alvin.
****
Hari ini rio memilih untuk bolos untuk satu tujuan yaitu ify. Rio ingin menjenguk ify yang sedang sakit. Yang menurut agni sakit karna dirinya. Sebelum menjenguk ify, rio membeli sebuket bunga kesukaan ify, bunga lili putih.
'Tok..tok..tok..'
"Siang, ifynya ada bi??" tanya rio begitu pintu rumah ify dibuka. Pembantu ify tampak sedikit kaget begitu melihat rio, tapi seketika wajah
kagetnya berubah menjadi sebuah senyuman.
"Eh..den rio.. Udah lama ya nggak mampir ke sini. Non ifynya ada.. Mau jengukin non ify ya den?? Sejak semalam panasnya nggak turun-turun lho den." kata pembantu ify. Rio tersenyum kecil,
"jadi bener ify sakit.." batinnya.
"Kalau boleh tau ify kok bisa sakit ya bi??" tanya rio.
"Waah... Bibi kurang tau juga tuh den. Tapi kemaren non ify pulang sambil nangis-nangis gitu. Pulang-pulang langsung ngurung diri di kamar. Nyonya sama den iyel udah bujuk- bujuk non ify buat makan, tapi non ifynya nggak nyaut-nyaut. Trus den iyel sama tuan dobrak pintu kamar, nggak taunya non ify pingsan. Badannya panas tinggi." jawab pembantunya ify.
Rio mengangguk mengerti, "Saya masuk dulu ya bi.." kata rio begitu sampai di depan pintu kamar ify. Pembantu ify mengangguk sambil tersenyum ramah, Lalu rio membuka pintu kamar ify perlahan, dan mengintip sedikit. Memastikan ify benar-benar tidur. Setelah memastikan ify benar-benar tidur, akhirnya rio masuk. Memperhatikan wajah ify yang sedikit memucat dibanding biasanya, yang berhasil membuat rio semakin merasa bersalah. Rio meletakkan bunga lili yang bibawanya di meja kecil disamping kasur ify, lalu menatap wajah ify dalam, sudah lama dia tidak melihat wajah cantik itu sedekat ini.
"Elo bener-bener sakit ya fi.." gumam rio pelan.
Diayunkannya tangannya untuk mengelus puncak kepala ify lembut, membiarkan dirinya kembali merasa seperti dulu. Seperti saat-saat sebelum jurang ini terbentuk. Rio tersenyum kecut,
"Gue kangen elo fy. Gue pingin bareng-bareng elo lagi. Gue kangen senyum elo fy. Gue kangen saat-saat gue masih bisa biarin perasaan gue buat elo terus berkembang." gumam rio lagi. Miris.
Rio lalu menarik nafas panjang, berusaha meredam rasa sakit yang menyiksa hatinya. Menghilangkan sesak di dadanya.
"Kenapa semuanya jadi kaya gini ya fy?? Gue nggak pernah ingin nyakitin elo fy. Gue justru ingin jaga perasaan elo. Gue minta maaf kalau selama ini gue justru nyiksa elo. Tapi itu semua juga untuk elo fy. Gue nggak pingin elo
sakit karna gue fy. Gue pingin jujur, tapi gue nggak bisa." kata rio sambil tertunduk lemas. Dan kembali ditatapnya wajah ify dalam. Dan sesak itu kembali menyiksanya.
Rio lalu mencondongkan badannya ke ify dan mengecup kening ify lembut. Dan lalu beranjak keluar.
****
"Loh?? Kok cepet amat den??" tanya pembantu ify begitu rio pamit padanya. Rio tersenyum kecil, lalu menggeleng.
"Nggak papa bi, saya nggak bisa lama-lama." jawab rio.
"Bi, tadi di atas ada bunga lili, tolong dikasih vas ya.. Trus, jangan bilang siapa-siapa kalau saya datang kesini." lanjut rio.
Pembantu ify mengernyitkan dahinya heran.
"Udah... bibi tenang aja, pokoknya jangan kasih tau siapa-siapa ya.." kata rio yang menangkap keheranan pembantu ify.
"Udah ya bi.. Pokoknya jangan bilang siapa-siapa, saya pamit dulu." kata rio lagi dan segera berlalu.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar