Sudah seminggu sejak hari terakhir ify ke rumh rio waktu itu, dan sudah seminggu pula sikap rio ke ify brubah drastis.
Memang akhir-akhir ini rio mulai berubah, tapi sekarang benar-benar berubah. Rio yang selalu berusaha mengalihkan matanya dari ify. Berusaha untuk tidak lagi memandang atau pun membalas tatapan gadis itu.Sebisa mungkin rio menjauh dari ify. Sekali pun mereka bertemu atau berbicara, itu pun hanya karna alasan tanggung jawab mereka sebagai pengurus OSIS karna SMA nusantara akan membuka seleksi untuk kepengurusan OSIS yang baru. Yaa..rio dan kawan-kawan seangkatannya harus segera mundur dari OSIS karna mereka sudah harus mulai fokus dengan ujian nasianal.
Dan seperti sekarang ini, sambil terus menyetir mobilnya, rio kembali memantapkan hati agar terus menjauhi ify hari ini, dan seterusnya. Walau pun rio berniat untuk menjauhi ify, tapi hatinya selalu membangkang dari niat itu. Hatinya selalu ingin berada di dekat gadis itu. Masih ingin menjaga gadis itu.
****
"Pagi yo.. Loe kayanya makin ancur dari sabtu kemaren." sapa cakka. Rio menghela nafas panjang mendengar ucapan cakka tadi.
Teringat kembali perkataan dokter chiko kemaren yang mengatakan kalau sel kankernya semakin berkembang. Penyakitnya yang sekarang sudah stadium akhir. Di tambah lagi dengan dampak dari kanker yang semakin dirasakan rio ,dan pengaruh dari keadaan rio sendiri yang mulai kacau akan masalah perasaan.
Rio sekarang makin sering sakit kepala, mual, bahkan kadang kakinya sering kram sendiri sekarang. Dan bisa saja kakinya benar-benar nggak bisa di gerakkan sama sekali. Dan yah...untungnya belum terjadi sampai sekarang. Rio masih hanya merasakan kram di kakinya.
"Yo, perasaan gue aja atau badan loe yg emang udah kurus itu makin tipis aja ya??" tanya gabriel yg juga baru datang. Dan rio kembali menghela nafas.
"Sejelas itukah perubahan gue??" batinnya.
"Dan makin pucet." tambah alvin walau pun tau sebab nya apa.
Mama rio sempat menelpon alvin semalam. Yah...sebagai seorang ibu yang mengkhawatirkan anaknya, bu dewi meminta alvin agar mengawasi rio. Menjaga rio yg tiba-tiba bisa drop sendiri. Menjaga rio agar nggak terlalu kecapean karna mulai sibuk dengan persiapan acara seleksi pengurus OSIS baru, persiapan LDK dan pelantikannya nanti.
Rio memilih untuk tidak menjawab komentar teman-temannya itu. Rio memilih untuk diam. Yaah...itung-itung menghemat energinya dari pada habis hanya untuk berdebat dengan sahabat-sahabatnya itu.
"Yo, nggak sakit kan??" bisik alvin, agar iyel dan cakka nggak bisa dengar. Rio mengangkat alisnya heran, "Sakit menurut ukuran sakit bagi loe atau bagi gue??" tanya rio. Alvin menghela nafas sebelum menjawab, pertanyaan rio tadi sedikit membuat sesak dadanya. Meski pun bukan buat yang pertama atau kedua kalinya rio melontarkan pertanyaan itu setiap saat alvin menanyakan sakit yg dirasakannya.
"Menurut loe.." jawab alvin pelan.
Rio tersenyum kecil, " Emm..kalau buat ukuran gue sih ini masih biasa, yaa..masih mendinglah dari pada kemaren." jawab rio dengan nada biasa aja, cendrung seperti seolah-olah topik ini sudah biasa baginya. Tapi sorot mata itu, tidak pernah bisa berbohong.
****
"Emm...fy. Ada rio lho disana." kata zahra saat rombongannya (ify, zahra, sivia, agni) memasuki kantin sambil menunjuk meja di sudut kantin yg diduduki rio dkk.
"Hhh....ngungsi kemana lagi nih gue??" kata ify sambil menghela nafas.
"Kalian ada masalah apa sih sebenarnya??" tanya sivia ikut prihatin sama temannya itu.
Otak ify kembali memutar kata-kata rio seminggu yang lalu, "Thanks but I'm sorry. Apa pun setelah ini gue harap loe terima. Semua yang gue lakuin sekarang dan setelah ini, semuanya bukan untuk nyakitin loe. Thanks.."
"Apa ini maksud loe yo?? Jauhin gue, ngindarin gue. Dan bisanya loe nyuruh gue nerima semuanya. Hhh..sikap loe sekarang lebih dari sekedar nyakitin gue yo.." batin ify menatap sendu sosok rio yang tengah duduk sambil sesekali tertawa bersama teman-temannya.
"Fy.." panggil via pelan. Ify tersentak dari lamunannya,
"Eh..ah..apa vi??" tanya ify kaget.
Via mengelus pundak ify, lalu tersenyum kecil.
"Kita duduk di sana aja ya.." kata via menunjuk meja kosong yang cukup jauh dari posisi duduk rio dkk.
"Eh..nggak usah vi. Gue bisa duduk di sana kok, gabung sama dea nova tuh.." kata ify sambil senyum, merasa nggak enak.
"Biasa aja kali fy. Duduk di sana aja. Kayanya kita juga butuh waktu buat ngumpul tanpa cowok-cowok disekitar." jawab zahara di ikuti anggukan via dan agni.
Tepat saat ify mau membuka mulut, agni langsung menyeret ify ke meja yang ditunjuk via tadi, sebelum ify kembali beralasan.
Ify tersenyum senang. Bersyukur dalam hati karna memiliki sahabat dan sepupu yang perhatian padanya.
Meja ify dkk....
"Nah sekarang jawab pertanyaan gue barusan. Loe ada masalah apa sama rio??" tanya via setelah mereka berempat duduk di meja tadi.
"Pesan makanan dulu ya vi. Gue laper. Hehehe.." kata ify sambil cengengesan. Via menghela nafas sesaat, lalu mengengguk.
"Ag, giliran loe yang mesen ya.. Gue
mie ayam sama jus jeruk satu ya.." kata via sambil tersenyum kecil. Setelah mengangkat bahunya dan memutar bola matanya, agni pun berdiri.
"Udah kebayang nih bakal gue yang mesen. Loe mesen apa fy, ra??" kata agni.
Teman-temannya tersenyum geli, "Kan loe yang paling kuat ag.. Hehehe.." jawab mereka kompak.
"Gue bakso yaa..minumnya ngikut via." kata ify.
"Gue samain ify aja ag.." kata zahra. Setelah mendengus kesal (setengah becanda) agni pun beranjak pergi memesan makanan mereka. Sementara via dan zahra asik mengobrol menunggu agni datang, ify kembali melamun memandangi rio.
"Yo, gue kangen elo yo.." batin ify pedih. Lalu dia pun mendesah dan berdiri dari duduknya.
"Gue ke toilet dulu ya.." pamit ify dan berjalan menjauh. Dia perlu menenangkan pikirannya sejenak.
Tak jauh dari sana sepasang mata mengiringi langkah ify dengan tatapan yang terlalu susah diartikan dan dengan batinnya yang terus mengucapkan kata 'maaf' berkali-kali setiap menyadari ify yang memperhatikannya.
****
"Lama amat fy?? Bakso loe keburu dingin tuh.. Gue aja udah abis setengah." kata agni begitu ify kembali. Tanpa mempedulikan agni, ify kembali duduk di posisinya tadi.
"Gimana fy, udah siap mau cerita??" tanya via.
Ify menggeleng, "Makan dulu." jawabnya singkat, lalu menusuk sebutir bakso dengan garpu di tangan kirinya. *jaelah..bahasanya kok rada aneh gitu ya..--"*
Via kembali diam lalu memandangi ify sedih. Dan pandangannya beralih ke arah rio. Walau pun ada sedikit rasa kesal di hatinya, tapi via nggak bisa nyalahin rio. Entah karna apa, tapi via nggak bisa bilang kalau rio sengaja jauhin ify. Karna pernah beberapa kali via melihat cowok itu melirik ke arah ify diam-diam. Dan tatapan rio itu benar-benar membuatnya bingung. Entahlah, tapi via merasa ada sesuatu dari tatapan itu. Dan tatapan rio itu selalu berhasil membuatnya merasa sesak. Dia tau ada emosi yang tertahan dari mata itu. Entah itu apa, tapi satu yang diketahuinya. Tatapan itu bukan tatapan dari seorang laki-laki jahat, yang menatap ify penuh rasa senang setelah berhasil menyakitinya.
Didorongnya kedepan mangkuk bakso yang sudah kosong itu, lalu menyeruput jus jeruknya.
"Huft..kenyang.." katanya. Lalu memiringkan kepalanya, mmenatap temannya satu persatu heran.
"Apaan liat-liat??" tanya ify.
"Udah kenyang?? Berarti udah siap dong buat cerita.." jawab agni.
Ify menghela nafas. Lalu menunduk sambil menumpukan kepalanya dengan kedua tangannya.
"Fy, ada baiknya loe cerita. Kami nggak mau maksa, tapi bukannya loe bisa terbantu kalau loe mau sedikit berbagi. Yah..minimal loe bisa sedikit lega fy. Itu
gunanya sahabat kan?? Saling berbagi. Walau pun kita mungkin nggak bisa bantu banyak tapi kita bisa jadi tempat loe limpahin semua perasaan loe fy. Keluarin semua unek-unek loe. Kita bakal selalu disini buat elo fy. Siap dengerin semua cerita loe." kata zahra.
Ify mengangkat kepalanya lalu menatap teman-temannya satu persatu. Tanpa sadar butiran bening
yang selalu ditahan ify saat bersama teman-temannya itu akhirnya jatuh juga. Zahra memeluk ify yang duduk disebelahnya itu. Membiarkan gadis itu menangis sepuasnya.
"Gu..gue..juga..nggak ngerti ra.. Tiba-tiba..aja.rio udah jauhin gue.. Apa..salah..gue ra??" kata ify terbata-bata di sela tangisnya. Zahra mengelus-ngelus punggung ify.
"Ssstt..loe nggak punya salah apa-apa kok fy.." jawab zahra pelan.
"Trus..gue harus apa ra??" isak ify lagi.
"Sabar fy..." hanya itu yang bisa diucapkan zahra. Lalu menatap bingung via dan agni.
Via dan agni pun hanya bisa tersenyum getir sambil terus menenangkan ify.
****
"Eh..para ladies mana?? Tumben nggak nyamperin kita waktu istirahat gini??" celetuk cakka di sela obrolan mereka.
"Mereka juga butuh girls time kali cak. Liat noh.." jawab gabriel sambil nunjuk satu meja tempat ify dkk duduk.
"Ya..boleh lah sekali-kali. Tapi gue kan udah kangen agni yel. Minggu kemaren nggak sempet ngapel. Hehehe.." kata cakka sambil cengegesan.
"Agni mulu pikiran loe! Urusin tuh remedi loe. Penting mana sih ngurusin nilai 4 dibanding agni??" kata alvin.
"Dua-duanya. Tadi itu kan gue khilaf vin. Gue lupa ada ulangan soalnya." jawab cakka santai.
"Bilang aja otak loe mikirin agni mulu makanya jadi rada soak. Ingat cak, kelas 12 nih.. Bentar lagi UN." kata alvin lagi.
"Bawel loe ah.. Loe sendiri gimana?? Zahra udah loe putusin??" tanya cakka balik.
"Loe sama alvin beda cak. Kalau alvin sama zahra sih sama-sama pasangan yang menomor duakan pacaran, lebih mentingin prestasi sama persahabatan. Nah elo, agni sih bisa aja ngerem dikit, elo tuh yang parah. Bagi elo kan love is number one." celetuk iel.
Alvin langsung tersenyum penuh kemenangan lalu ber-tos ria dan pelukan ala laki-laki dengan iel sambil brkata, "Good job bro.."
"Kurang asem loe yel. Gue tu imbang, bagi rata semua. Elo tuh.." bantah cakka sambil manyun.
"Udah asem kok cak. Asem banget malah. Nyesel gue pake acara meluk segala. Hahahahaha.." kata alvin sambil tertawa yang sukses membuat jitakan iel mendarat mulus di puncak kepalanya.
"Sialan loe vin!! Udah dibelain juga!" kata iel kesel. Tanpa sadar pandangannya beralih ke rio yang dari tadi diam dan melamun ke suatu arah. Iel mengikuti arah pandangan rio, lalu tersenyum kecut.
"Jangan diliatin terus yo. Nggak bakal pergi kemana kok kalau loe nggak jauhin dia kaya gini." kata iel sambil menepuk pundak rio pelan. Seketika cakka dan alvin yang tau pasti maksud iel (terutama alvin) segera ikut beralih melihat segerombolan cewek yang tengah duduk di meja yang cukup jauh dari tempat mereka sekarang.
"Nggak, gue bingung aja kenapa mereka pada pelukan gitu ya??" jawab rio datar walau pun tau pasti yang tengah terjadi di meja ify dkk itu. Yaa..rio sempat melihat air mata ify saat akan memeluk zahra tadi.
"Biasalah cewek. Paling juga lagi curhat-curhatan." jawab cakka santai diikuti anggukan setuju dari iel.
"Bukan, tapi karna elo yo.." batin alvin sambil menatap rio. Dan rio juga membalas menatap alvin lalu mengangguk dan kemudian berdiri dari duduknya.
"Gue tau.. Eh, balik ke kelas yuk.." kata rio dan berjalan sendiri didepan seolah menuntun arah temannya berjalan.
Dan dengan sangat terpaksa rio memilih keluar lewat pintu tengah dibanding pintu sudut supaya nggak perlu melewati meja ify dkk.
Alvin menghela nafas mendengar perkataan pertama rio berusan.
"Kalau loe tau kenapa loe masih terus nyakitin ify yo?? Hhah...gue bener-bener nggak ngerti jalan pikiran loe yo." batin alvin dan terus berjalan paling belakang mengikuti ke3 teman-temannya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar