Ify melangkah masuk kekelas barunya dengan didampingi Sivia, teman barunya. Matanya melihat kesekeliling kelas, sudah lumayan penuh, tentunya dengan penghuni lama kelas ini, mereka semuaasyik dengan dunianya masing – masing. Ada yang baca komik, dengerin music, sampai kegiatan khas cewek, apalagi kalau bukan dandan.
“Fy, lo duduk disamping gue aja.” Ucap Sivia membuyarkan lamunan Ify.
“Lho, emangnya disebelah lo gak ada orang?” Sivia tertawa pelan, “Udahlah, gak apa – apa,nanti biar gue yang ngomong.” Ify mengangguk lemah, lantas mengekori langkah sivia menuju bangkunya. Sebuah posisi yang cukup strategis, ditengah kelas.
@@@
“Ayo ify, perkenalkan dulu nama kamu.” Panggil bu Winda dari depan kelas. Ify tersenyum kecil menyadari sekarang dirinyalah yang menjadi pusat perhatian kelas. Sivia menyenggol pinggang Ify, menyuruhnya untuk segera berdiri dan maju kedepan kelas. Dan Ify pun menurut.
“Nama Saya, Alyssa Saufika, kalian semua bisa panggil saya, Ify.”Jelas Ify. Bu Winda memperhatikan Ify sebentar, lantas membuka mulut “Baik, sekarang ibu beri kesempatan untuk yang mau bertanya pada Ify.”
Tidak perlu waktu lama, sebuah tangan sudah terangkat. “Kalau boleh tau, bokap lo kerja apa yah? Diplomat? Insinyur? Or… what?” Tanya seorang anak cewek dengan dandanan modis dan gaya jutek.
“Angel, maksud kamu apa nanya kayak gitu?” Tanya bu Winda geram.
“Ya.. saya kan Cuma nanya bu,” bantah Angel.
Telinga Ify terasa panas mendengar pertanyaan Angel. Apa yang harus dia jawab? Tidak mungkin ia menjawab sejujurnya, tidak mungkin ia mengatakan profesi ayahnya yang hanya sebagai tukang gorengan.
“Bu, saya mau nanya, mm.. udah pergi keluar negeri kemana aja yah? Singapur? Jerman? Paris?” Tanya seorang anak cowok yang duduk dipaling depan, suasana kelas mendadakrebut. Mereka menertawakan pertanyaan sicowok tadi yang ternyata bernama Patton.
Ify memejamkan mata, mendadak ia sulit bernafas. Apa? Keluar negeri? Jangankan itu, kemonas saat perpisahan SD pun Ify sudah senang setengah mati.
“Sudah , sudah, kalian ini gak ada yang bener. Ify, silahkan kembali ketempat kamu.” Jelas Bu Winda.
@@@
“Yo,serius si shilla sampe mohon – mohon sama lo?” tanya Ray berapi – api. Rio yang berjalan paling depan hanya menoleh sebentar lantas kembali menatap lurus kedepan, “Ya elah, lo gak percaya sama gue?”
“Aje gile lo, shilla kan cewek paling cakep satu sekolah. Nggak nyangka gue dia sampe mohon– mohon biar diterima sama lo.” Seru Ozy.
Alvin yang sejak tadi diam, akhirnya membuka mulut, “So,lo beneran suka sama Shilla?”
Rio mendengus, “Hah? Siapa bilang? Buat gue, Shilla sama aja kayak cewek lain, kenapa gue mesti beneran suka sama dia? Aneh – aneh aja lo.”
Alvin membuang muka, dia sudah bisa menduga jawaban yang akan keluar dari mulut Rio, dan jawaban yang keluar dari mulut Rio memang sesuai dengan dugaannya.
“Bujuk! Shilla yang udah sedemikian rupa aje lo mainin juga, sarap lo!” Seru Ray.
“Plis, guys. Kalian semua kayak baru kenal rio kemaren aja? Emangnya pernah. rio beneran suka sama satu cewek?” Gabriel turut memberikan komentar, tangannya sibuk memainkan bola basket. Rio tersenyum licik, kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celana. Kedua matanya menatap lurus kedepan. Shilla, cewek paling popular satu sekolah, kini dalam genggamannya.
“The Four Mr. Perfect kita udah dateeeeeeeeng!!!” sebuah suara yang bersumber dari cewek berambut pendek dan bertubuh gendut didepannya sedikit mengusiknya, Rio memalingkanwajah dari cewek tadi, tapi tiba – tiba…
BRRRRRUUUUUUUUUUUKKKKK!!!!
Rio dapat merasakan tubuhnya. menghantam lantai dengan keras, diikuti dengan suara orang tertawa disekelilingnya. Buru– buru ia berdiri dan membersihkan pakaiannya, dilihatnya ketigatemannya juga tersungkur dilantai dengan posisi jatuh yang cukup memalukan.Dengan sigap ia membantu teman – temannya berdiri, tapi tiba – tiba ia menyadari sesuatu, baju dan celananya basah, kena air. Ia lantas membungkuk, mencarisatu bukti yang dapat memperkuat dugaanya, dan lengkap sudah, ia menemukansebuah ember merah berukuran sedang teronggok didekat pot bunga, lantas ia meraih ember itu. Otaknya berfikir, tidak mungkin air ini tiba – tiba ada di tengah – tengah lorong seperti ini, pasti ada peneyebabnya, ya, ada seseorangyang kini harus dia temukan. Sekarang juga.
Rio mengangkat kepalanya, “Punya siapa nih ember?” Tanyanya dengan luapan emosi, “Gue tau ini bukan kerjaannya tukang kebersihan. So, ngaku aja lo!” lanjut Rio.
Suasana hening seketika, suara anak. anak yang tertawa melihat kejadian barusan itu lenyap ditelan bumi. Semua mata tertuju pada Rio. Tapi tetap, tidak ada yang berani buka mulut..
@@@
Ify merasakan kakinya lemas, seperti tanpa tulang. Dadanya sesak, ia takut. Takut sekali. Perlahan ia membuka matanya yang sejak tadi terpejam. Lantas mendapati satu fakta dihadapannya. The Four Mr. Perfect itu tersungkur dilantai, dan itu semua karenadia. Ify mencoba mencerna kembali kejadian didepannya. Sampai suara lantang itu kembali terdengar
lagi,
“Jadi gak ada yang mau ngaku nih? Gue itung satu sampai tiga, satu…” Rio mulai naik darah.
Ify bukannya tidak mendengar ancaman Rio itu, ia jelas mendengar, tapi.. Oh, no! Apa iya dia memang harus mengaku?
“Dua…..” Teriak Rio lagi.
Ify membulatkan niatnya,
“Tiii….”
Ify baru saja hendak mengangkat tangannya untuk mengakui perbuatannya, tapi tindakannya kalah cepat dengan seorang cewek berambut panjang tergerai yang berlari dari arah belakang Ify dan langsung menghampiri Rio.
“Gue, gue. Ember itu punya gue” Ify mengenali suara itu, Sivia. Tanpa pikir panjang lagi, Ify ikut menghampiri Rio,
“Bukan, ember itu punya gue” Jelas Ify mantap.
Rio mendelik, sepasang mata indahnya memperhatikan dua cewek didepannya secara bergantian. Ia mengenal sosok yang berdiri disebelah kanan, Sivia. Tapi, sosok lainnya, sosok yang berdiri di sebelahkiri.. entahlah. Mungkin ia memang belum pernah melihat gadis itu.
“Jadi ember ini punya siapa?” Tanya Rio ganas, tangannya mengangkat ember tak berdosa itu.
“Gue!!” Jawab Ify dan Sivia berbarengan.
Rio membuang muka, muak dengan kelakuan dua cewek didepannya. Sivia menatap Ify, memberikan sebuah kode dengan sebelah mata indahnya, Ify mengerti, tapi tetap saja..
“Iya, ember itu emang punya Sivia. Tapi… tapi gue yang tumpahin.” Jelas Ify. Sivia kembali menatap Ify, kali ini dengan tatapan tidak percaya Ify mengucapkan pengakuan itu. Sivia lantas menoleh pada Rio,
“Tapi tetep, lo kan tanyanya siapa yang punya ember itu, bukan siapa yang tumpahin?” Sivia menyahut. Rio mendengus, membuang muka, kemudian kembali menatap Sivia.
“Eh, lo mau sok jadi jagoan didepan temen lo ini?” Rio melirik Ify, tapi kemudian kembali menatap Sivia. Ify membuang muka, ikut – ikutan muak. Dia jengkel, kenapa pula sivia harus membelanya? Sivia mendelik, “ Gak! Emang bener kok, ember itu punya gue. Ya.. tadi gue gak sengaja jatohin ember itu… terus…” Belum selesai Sivia memberi pengakuan, tiba – tiba Ify membuka mulut, “Bohong, semuanya gara – gara gue, tadi itu dia mau ke…”
“Stop it!!” Rio membuang muka, terlihat sekali kemarahan yang semakin menjadi – jadi diwajah tampannya. Rio kembali membuka mulut, “Sekali lagi gue tanya, ini untuk yang terakhir kalinya, kalo lo berdua gak jawab jujur, lo bakal berurusan sama gue.” Jelas Rio. “ Jadi, ember ini punya siapa?” sambungnya. (Punya penulis deh, saya rela berurusan sama Rio. Ikhlas lahir batin! Hehe, peace!)
“Punya Gue!!” Jawab Sivia dan Ify, kali ini kembali berbarengan. Rio kembali mendengus kesal, tapi tiba – tiba sebuah suara lembut terdengar,
“Udahlah yo, maafin aja. Namanya juga cewek.” Suara seorang cowok. Cakep. Cakep banget malah! Salah satu dari The Four Mr. Perfect, Gabriel.
Rio menoleh pada sumber suara masih dengan tatapan tajamnya. Gabriel yang semenjak tadi diam, kini ikut ambil andil dalam masalah ini. Dengan santai kakinya melangkah menghampiri Rio, ia lantas mendekatkan mulutnya ketelinga Rio dan mengatakan sesuatu. Semua yang berada di TKP hanya berani menyaksikan adegan misterius itu tanpa berniat memberikan komentar sedikit pun.
Suasana tegang pun masih menyelimuti. Tak lama, Gabriel kembali ketempatnya. Masih dengan gaya coolnya, wuuiih, stay cool, men. Rio pun serupa, entah apa yang dikatakan Gabriel, tiba – tiba saja ia seperti melupakan apa yang baru saja terjadi. Dengan cepat ia menjatuhkan ember merah yang sejak tadi tergantung
ditangannya, merapihkan sedikit pakaiannya, kemudian melangkahkan kakinya menginggalkan keramaian. Ify melongo. Sivia gak beda, Keduanya melongo! What? Apa ini? Tadi Rio memaki – maki mereka berdua dengan tatapan tajam yang asli gak ada tandingannya, tajem banget! Tapi sekarang.. Rio pergigitu aja, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Rio ngelepasin Ify dan Sivia begitu aja? Iya? Kok bisa? Semua yang menyaksikan kejadian itu dibuat melongo sukses. Gak ada yang nyangka bahwa apa yang dikatakan Gabriel bisa menyurutkan0 amarah Rio seketika dan pergi tanpa mengucapkan satu kata pun.
Dan inilah yang terjadi, Rio Memang pergi, disusul dengan ketiga sahabatnya. Dan inilah yang terjadi, semua menganggap masalahsudah selesai, termasuk Ify Dan Sivia, tapi tidak dengan kedua cowok yang tadi saling mempertaruhkan nyawa.
@@@
Satu per satu anak yang sejak tadi hanya berstatus sebagai penonton bubar. Mereka udah gak peduli dengan Ify dan Sivia yang kini masih gak mempercayai kejadian barusan.
Ify merasa dunianya yang sejak tadi berhenti, kembali berjalan normal. Dadanya sudah tidak lagi sesak. Perlahan ia menghembuskan nafas, lega.
“harusnya tadi lo gak usah ngebela gue.” Ucap Ify. Sivia yang masih menunduk, entah apa yang ia pikirkan, lantas menoleh,
“Hah? Lo ngomong apa barusan?” Tanya Sivia.
Ify mendelik,” Harusnya tadi lo gak udah ngebela gue, kan jadi ribet urusannya.” Jelas Ify.
Sivia tersenyum nakal,”Itu gunanya sahabat..”
@@@
Gabriel mematut dirinya didepan cermin kamar mandi sekolah, bel tanda berakhirnya istirahat sudah berbunyi sekitar sepuluh menit yang lalu, tapi Gabriel belum berniat masuk kelas, ada sesuatuyang membebani pikirannya, ada sesuatu yang harus ia pertaruhkan. Mungkintidak sampai ketingkat ‘nyawa’ tapi lebih kepada persahabatannya, dengan… Rio.
Untuk yang kesekian kalinya Gabriel menatap dirinya dicermin, tangan kanannya mengepal, penuh amarah, matanya menatap lurus kedepan, tajam. “gue gak akan nyerah, via.” Janji Gabriel dalam hati.
@@@
Ify berkali – kali melihat kearah jalanan, sudah sepi. Hanya ada beberapa kendaraan yang lalu – lalang. Bel pulang sekolah pun sudah berbunyi sejak satu jam yang lalu,dan kini hanya tinggal Ify sendiri, sivia sudah dijemput dengan supirnya, selain Sivia.. tidak adalagi yang Ify kenal. Toh, semenjak perkenalan tadi pagi ia belum berbicara sedikit pun denganteman – teman barunya, kecuali insiden menjengkelkan itu. Ify menggelengkan kepalanya sendiri, berusaha membuang bayangan Rio dikepalanya. Ia masih sangat kesal dengan cowok itu. ‘Dasar cowok sombong, gak tau diri, sok kecakepan, ya.. walaupun emang rada cakep, dasar belagu!’ Ify mengumpat dalam hati, ia tidak menyadari sesuatu,
Tiin..Tiiin…
Suara klakson mobil dibelakang Ify membuyarkan lamunannya tentang Rio, ify yang kaget lantas menoleh kebelakang. Dilihatnya sebuah Honda jazz berwarna merah mencolok hendak keluar pagar. Ify mengangkat alis, siapa?
“Eh, anak baru, misi lo! Mau mati lo berdiri disitu?” Teriak seorang cewek yang duduk dibangku kemudi, kepalanya keluar lewat jendela. Ify mengenali sosok itu, Angel.
Ify gelagapan, ia baru sadar ternyata sejak tadi ia berdiri ditengah pagar yang merupakan akses kaluar – masuk. Ify pun segeri menepi kepinggir, biarlah, ia tidak mau berurusan dengan angel,untuk apa? Hanya menambah musuh.
Angel memajukkan mobilnya tapi belum sampai melewati pagar, ia kembali berhenti, tepat disamping Ify,
“Eh, siapa nama lo? I… I.. Ify yah?” tanya Angel. Ify yang ditanya hanaya mengangguk, toh memang namanya Ify.
“Lo belum dijemput?” Tanya Angel. Ify kembali mengangguk,
“mm.. kapan – kapan gue boleh nebeng mobil lo dong! Ngomong – ngomong mobil lo apaan?” Tanya Angel bersemangat. Ify mengangkat alis, tidak mengerti,
“Alphard? Porsche? BMW seri terbaru? Or.. What?” Tanya Angel mengucapkan sederet nama mpbil yang sama sekali tidak Ify kenal.
Ify bingung, dia harus jawab apa? Masa iya dia harus bilang ‘Oh, gue gak punya mobil, jangankan mobil, motor aja suka minjem sama tetangga,’ Gubrakkk! Gak! Ify gak akan ngomong kaya gitu,itu hanya akan menjatuhkan
reputasinya.
Ditengah kebingungan, tiba – tiba dari arah timur jalan, terdengar klakson mobil. Ify menoleh, Ify kenal mobil ini, mobil yang mengantarnya tadi pagi. Ify bernafas lega, terima kasih
ya Allah.
“gel, gue udah dijemput, gue duluan yah. Pamit Ify.
Tanpa menunggu jawaban Angel ia segera menghampiri mobil itu, dan memang benar, ini adalah mobil mama Ira. Sekali lagi, Ify bernafas lega. ‘Hampir saja!’, batinnya. Ya, walaupun ia sendirigak tau nama mobil ini. BMW, kah? Masa bodo.
@@@
Ify sampai didepan rumahnya, bukan rumah mamaIra, rumah orangtuanya, ia sengaja minta langsung dipulangkan kerumah orang tuanya.
Ify membuka pintu rumah yang memang tidak dikunci, ada Ozy, adiknya yang masih duduk dikelas 5 SD, ia sedang mengerjakan PR diruang tengah. Orangtuanya belum pulang, mungkin masih sibuk menjual gorengan.
“Eh, kakak. Udah pulang kak?” Tanya Ozy basa – basi.
Ify melengos, “Ya iyalah udah pulang, wong udah sampe rumah.”
Ozy tak menjawab, hanya nyengir khas anak – anak, kemudian kembali asyik dengan dunianya.
Ify lantas bergegas menuju kamarnya, merebahkan tubuhnya dikasur mungil nan reot, memejamkan kedua matanya, mencoba melupakan kejadian hari ini. Usai ganti baju, dan makan siang, ia mengambil sesuatu dari dalam tas ranselnya, dengan semangat ia mengeluarkan benda itu, sebuah buku dengan tuliisan ‘All About The Four Mr. Perfect’
Perlahan ia membuka buku ditangannya, halaman pertama tidak begitu penting, hanya ucapan terima kasih dari sipenulis buku yang bernama Dea, Ify lantas membuka halaman berikutnya, Terdapat sebuah Foto yang dicetak cukup besar, hampir setengah halaman, Ify mengenali sosok difoto Itu, ‘Itu tuh.. yang tadi bentak – bentak terus tiba – tiba pergi gitu aja’ Batin Ify. Ia menatap tajam foto itu, foto Rio. Dibawah foto terdapat biodata singkat si empunya foto, karena penasaran, akhirnya Ify membaca biodata itu, begini isinya,
Nama : Mario Stevano Aditya Haling
Panggilan : Rio (‘Rio sayaaaangg’ khusus buat gue)
Hobby : Maen gitar, maen piano, basket, nyanyi, and masih banyak lagi
Status :Anak pemilik saham terbesar disekolah kita
Cewek : Kayaknya belom ada, tapi katanya lagi deket sama seorang cewek. (Gue? Amiiiin.)
Ify menganggukan kepalanya sendiri, lantas kembali membaca buku itu, ia membaca sebuah artikel dihalaman berikutnya, masih tentang Rio,
Rio itu bisa dibilang adalah pentolannya The Four Mr. Perfect. Secara dia itu yang paling ganteng, yang paling multalent, paling kaya, paling popular deh pokoknya. Banyak Cewek yang ngejar – ngejar dia, apalagi pas SMP, secara gue satu SMP sama Rio. Banyak sih gossip beredar kalo Rio itu Playboy, alias suka maenin cewek, tapi toh gue tetep naksir berat sama tuh cowok.
Bokapnya adalah pemilik saham terbesar disekolah kita, selain itu beredar kabar kalau bapaknya itu adalah pemilik perusahaan multinasional di Indonesia, dan gak cukup cuma diIndonesia, kabarnya perusahaan bokapnya juga ada dibeberapa Negara lainnya, seperti eropa, amerika,dan jepang. So, gak lebay dong, kalo keluarga Rio dinobatkan sebagai satudari tiga keluarga paling kaya diindonesia.
Rio itu anaknya cuek, alias Cool. Dari kecil dia dibesarkan dikeluarga yang serba high class. Apa – apa pasti kualitas nomor wahid. Rio emang agak sedikit kasar anaknya, bahkan dia pernah nonjok guru olahraga
waktu masih SMP, gaktau apa alasannya, yang jelas tuh guru langsung patah tulang hidungnya. Dan yang lebihextreme lagi, bukannya Rio yang dikeluarin dari sekolah, malah tuh gurumalang yang harus diPHK. Dan sekali lagi, gak jelas alasannya apa. Oke, Never Mind. Rio itu..
Ify menghentikan kegiatan membacanya sebentar, menaikkan alis, dengan sejuta pertanyaan ‘Itu mah bukan sedikit kasar, tapi kurang ajar!’ Batin Ify. Ia lantas kembali membaca,
Rio itu anaknya multitalent, dia jago basket, bahkan saking jagonya, dia terpilih menjadi kapten basket waktu SMP dan sekarang kabarnya walaupun baru anak kelas sepuluh dia udah berhasil menggeser kapten baru sebelumnya yang berstatussebagai anak kelas dua belas, yaitu kak Sion. Wah..wah.. Selain jago basket,dia itu juga terkenal dengan suara lembutnya yang selalu bikin speechlessorang – orang yang denger suaranya. Walaupun dia itu jarang ngeluarinsuara merdunya, tapi dari cara ngomong aja udah bisa menghangatkan hati…
Ify kembali menghentikan kegiatannya sebentar, kembali menaikkan alis, ‘ Menghangatkan hati apaan?Teriak – teriak gitu , apanya yang menghangatkan?’batin Ify, ia kemudian kebali membaca,
Terus dia itu juga jago maen gitar dan piano, permainan musiknya selalu membuat orang terpana dan larut kedalam dunia Rio sendiri. Semua anak cowok takut sama Rio, Katanya Rio itu anaknya Sadis,(tapi gak tuh buat gue. Rio tetep romantis buat gue.) So, gak ada yang berani ngelawan Rio, baru diplototin dikit aja sama Rio, udah pada bubar.
Oke, itulah semua tentang pangeran hati gue, Mario Stevano Aditya Haling.
Ify mengangkat kepalanya dari buku, tidak mempercayai apa yang baru saja
dibacanya. Benar – benar kenyataan yang sulit diterima akal sehat.
Ifymembuang muka, ‘Apanya yang Perfect??’ Batin Ify. Ia kemudian kembali membuka halaman selanjutnya, Ify agak sedikit asing dengan foto dihalaman ini, seorang cowok, cakep, cakep banget malah! Ia membaca biodata singkat siempunya foto,
Nama : Alvin Jonathan
Panggilan : Alvin
Hobby : maen Piano
Cewek :Belom ada tuh kayaknya.
Alvin itu anaknya yang paling cuek diantara the four mr.perfect lainnya. Dia anak tunggal dan dibesarkan dikeluarga yang serba berkecekupan. Bokapnya Dosen disalah satu universitas bergengsi di Amerika, nyokapnya Arsitek ternama kelas dunia.
Alvin itu jarang banget kedengeran lagi pacaran sama seorang cewek. Dia tertutup banget, tapi tetep idolanya cewek – cewek. Permainan Pianonya udah kelas kakap, keren banget. Satu tingkat dibawah Rio lah. Pak Oni, guru seni music sekolah kita, sayang banget sama nih cowok. Dari segi pelajaran juga oke, namanya gak pernah bergeser dari peringkat lima besar dikelasnya.
Ify mengangguk –anggukan kepalanya, gak beda jauhlah sama Rio. Sama – sama senga, batin Ify. Ia kemudian membuka halaman selanjutnya, Ify mengenali cowok dalam foto ini, cowok yang membisikkan mantra ajaib ditelinga Rio sampe rio ngelupain gitu aja masalahnya dengan Ify dan Sivia, Siapa lagi kalo bukan Gabriel. Ia lantas mulai membaca,
Nama :Gabriel demanik
Panggilan :Gabriel
Hobby :Melukis dan maen gitar
Status : Masih jomblo (kayaknya..)
Gabriel ini cowok yang terbilang paling ramah diantara the four mr.perfect lainnya. Dia paling terbuka orangnya, asik diajak ngomong. Padahal dia juga gak kalah keren. Nyokap bokapnya salah satu pemilik saham terbesar
disekolah kita.
Gabriel ini jago melukis, tapi kalo udah melukis bisa berjam – jam. Hasil karyanya pernah dipamerin waktu pameran seni disekolah. Dan hasil lukisannya itu.. keren, keren banget malah! Gue sampe speechless ngeliatnya.
Gabriel itu kalo udah ngejar cewek dia bakal ngejar sampai dapet, dia gak akan ngelepasin gitu aja. Bada sama Rio. Dan kabarnya dia naksir sama salah satu anak dikelas XC, tapi belom jelas siapa. Entahlah, yang jelas tuh cewek beruntung banget.
Ify menghentikan sebentar, menyadari sesuatu, tunggu, bukannya Kelas XC itu kelas dia? Jadi Gabriel suka sama salah satu anak dikelas dia? Wah, siapa ya kira – kira? Ify kembali membuka halaman selanjutnya.
Nama :Muhammad Raynaldy Prasetya
Panggilan :Ray
Hobby : Maen basket
Status : Dia punya cewek, tapi bukan orang Indonesia, orang Amerika.
Ray itu anaknya cuek, sama kayak Rio dan Alvin, sejenis lah. Bokapnya adalah pemilik restoran paling ternama diindonseia. Tapi bokap-nyokapnya udah cerai semenjak Ray SMP, nyokapnya yang berprofesi sebagai desainer tinggal di Amerika,tapi masih sering ngunjungin Ray di Indonesia. So, Ray cuma tinggal berdua sama bokapnya diindonesia. Banyak juga yang patah hati waktu tau Ray jadian sama Bule, but, nothing that we can do. Hiks.hiks.
Ify mengangkat kepalanya dari buku, ia sudah sampai dihalaman terakhir isi buku. Satu kesimpulan yang didapat Ify dari buku ini, The Four (yang katanya..) Mr. Perfect itu semuanya Senga!!
@@@
Sivia baru saja menyelesaikan PR-nya, ia menghela nafas laga. Tapi tanpa disadari, pikirannya melambung pada kejadian tadi siang. Ada sebuah kejanggalan yang disadari Sivia. Apa sebenarnya yangdikatakan Gabriel pada Rio? Apa mungkin kata – kata Gabriel yang membuat Rio mengakhiri saja keributan tadi siang? Iya? Serius? It’s so Freak, guys! Oh, come on.
Sivia bangkit dari kursi meja belajarnya, langkah kakinya menggiringnya menuju balkon kamarnya yang terletak dilantai dua rumahnya. Sivia menghirup udara malam, menikmati kondisi alam disekitarnya.Sunyi. Senyap. Hanya dia seorang. Tapi tunggu, sivia menatap langit,ia salah, ia tidak sendiri, ada bintang yang menemaninya, tersenyum padanya.
Semilir angin malam menyadarkan Sivia, pikirannya kembali melambung pada kejadian tadi siang. Ya, dia yakin ada yang tidak beres. Ada sesuatu yang penting, yang harus ia tahu. Secepatnya. Tapi tunggu, apa mungkin…
Sivia cepat – cepat menggelengkan kapalanya, mengusir pikiran ngawur itu. ‘ Ah, sivia, mana mungkin Gabriel masih menyimpan perasaan itu! Kamu aja yang terlalu GR.’ Batin Sivia.
Sivia lantas kembali menikmati udara malam yang dingin menusuk tulang tapi tetap menghangatkan hati. Sampai sebuah pengakuan itu tiba – tiba datang, Sivia meraih ponselnya yang sejak tadi tenggelam didalam saku piyamanya, ada satu pesan masuk,
To: Sivia
‘Aku gak akan nyerah, via.’
From: Gabriel.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar