Part 1: Tekad Bulat Ify
"Anjriiit! Muka lo pengen gue bayar Kak!" Teriak Deva.
"Kampret! Tuntutan tauk! Sampe gue bangkotan juga, gue gak mau dandan kayak gini!!" Seru Ify. Deva tertawa terbahak-bahak melihat penampilan kakaknya Ify yang seperti orang gila. Rambut di kuncir 5, pake tali rafia, pake kalung pete cina. Kaos kaki satu merah satu putih.
"Fy, mau dianterin gak?" Tanya Pak Indra.
"Iya, Pak. Mana mau Ify naek angkot dengan penampilan kayak orang sedeng gini?"
"Lo mah udah sedeng, Kak!" Celetuk Deva. Ify melempar sepatunya ke arah Deva.
"Ify! Jangan gitu sama adek kamu!" Kata Bu Risna. Ify cemberut.
"Deva, tuh Ma..awas lo, Dev. Tahun besok kalo lo masuk sekolah gue, gue kerjain abis-abisan lo!" Ancam Ify.
"Gue gak takut sama lo!" Balas Deva.
"Eeehh, udah-udah! Ayo berangkat!" Ajak Pak Indra.
"Ma, berangkat ya!" Pamit Ify.
"Deva juga, Ma!" Pamit Deva.
"Hati-hati yaa.."
***
SMA Citra Bangsa saat itu sedang di penuhi oleh anak-anak kelas X yang berpenampilan sama seperti Ify. Mereka di periksa oleh pengurus OSIS apakah barang mereka bawa lengkap. Ify pun memeriksa tas kardusnya. Dan..
"Mampus gue! Gue lupa bawa snack yang disuruh!" Ify menepok jidat.
"Aduuh! Bego gue! Kalo gue pulang lagi..gak keburu, kalo gue tetep ikut pemeriksaan, alamat dihukum, gue bakal dipermaluin ama pengurus-pengurus OSIS sableng itu, gimana dong?" Pikir Ify.
Kemudian Ify melihat sebuah pintu kecil untuk masuk ke dalam sekolah yang tak jauh dari gerbang sekolah. Tanpa sepengetahuan pengurus OSIS, Ify mengendap-endap menuju pintu kecil itu. Setelah ia masuk melalui pintu kecil, Ify celingak-celinguk melihat sekitar takut ada pengurus OSIS yang melihatnya.
"Yes, gak ada! Yes!" Ify kegirangan.
"Lo kira lo bisa masuk ke sini dengan gampang??" Ify terkejut mendengar suara itu, kegirangannya pun hilang. Seorang laki-laki tinggi, berkulit hitam manis sudah berdiri di hadapannya sambil melipat kedua tangannya.
'Subhanallah..ganteng amat ni cowok!' Batin Ify. Wajah Ify memerah, jantungnya berdebar-debar.
"Kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu? Sini gue periksa barang bawaan lo!" Cowok itu mengambil tas kardus Ify dan memeriksanya. Sedangkan Ify, masih terpesona dan terus memandang cowok manis itu.
"Manaa snacknyaa?" Ify tak menjawab, malah cengar-cengir sambil memandang si pengurus OSIS itu.
"Eh, gue tanya! Mana snacknya? Jangan masang muka mupeng kayak gitu, deh. Risih tau!" Seru cowok itu.
"Hehee..gue gak bawa, Kak!" Kata Ify cengengesan.
"Baru hari pertama udah ngelanggar peraturan!Oke!Kali ini gue kasih toleransi! Besok kalo lo gak bawa, lo bakal dihukum! Ngerti?"
"Ngerti, Kak!" Kata Ify.
"Yaudah sana cari kelas lo!"
"Dadaahh, Kakak Ganteeng!!" Kata Ify sambil melambai-lambaikan tangannya. Cowok itu terkejut dan bergidik ngeri melihat tingkah laku adik kelasnya.
"Mudah-mudah gue kagak ketemu tuh cewek lagi!" Gumam cowok itu.
***
Saat istirahat, Ify malah melamun dikelas, sambil mengingat wajah cowok hitam manis yang ia temui tadi. Kadang-kadang senyum sendiri. Sivia, sahabat Ify sejak SMP terheran-heran melihat tingkah laku sahabatnya yang agak kurang waras itu.
"Fy, kenapa lo? Kesambet?" Tanya Sivia.
"Haaahh, ganteng banget deh, tu cowok..siapa ya namanyaa?" Tanya Ify.
"WOI!!" Teriak Sivia. Ify terlonjak mendengar teriakkan Sivia yang suaranya kayak komandan perang.
"Hah? Yaaah, tu cowok ilang kan dari lamunan gue! Lo siih!!" Gerutu Ify.
"Lah? Kok jadi nyalahin gue!? Emangnya lo ngelamunin apaan? Robert Pattinson ngajak lo manjat pohon? Jonas Brothers ngamen di depan rumah lo? Ato Logan Lerman ngapel ke kerumah lo?" Celetuk Sivia
"Sori, Vi. Itu udah lewat..sekarang pikiran gue lebih realistis lagi, heheee.." Ify nyengir.
"Maksud lo?" Alis Sivia terangkat.
"Gue ketemu cowok ganteng, pengurus OSIS, hehee.."
"Siapa namanya?" Ify langsung menghela napas.
"Dia pake blazer OSIS, Vi, jadinya gue gak liat namanya," Ify menghela napas.
"Emang cakep?" Tanya Sivia penasaran.
"Widiiih, Robert Pattinson lewaat, ya ampun Vi, kulitnya hitam manis, tinggi, keren, matanya tajem kayak mata elang, gayanya itu lho..bikin gue klepek-klepek!" Seru Ify.
"Gue jadi penasaran.." gumam Sivia.
Tiba-tiba seorang pengurus OSIS memberikan pengumuman lewat speaker.
"Kepada seluruh kelas X, silahkan berkumpul di pinggir lapangan, sebentar lagi demo ekskul basket di mulai!" Suruh
para pengurus OSIS.
"Keluar yuk, Fy!" Ajak Sivia. Sivia dan Ify keluar dari kelas dan duduk di pinggir lapangan, anggota-anggota klub basket sedang melakukan persiapan di tengah lapangan.
"Ayo, kita sambit! Eh, salah, sambut! Kapten sekaligus ketua ekskul basket SMA Citra Bangsa! Mario Stevano Aditya Haling!!" Seru sang pembawa acara, Patton.
Kemudian seorang laki-laki tinggi berperawakan tinggi dan hitam manis muncul dari pinggir lapangan memakai kostum tim SMA Citra Bangsa. Ify yang melihatnya langsung melotot dan mendorong-dorong bahu Sivia.
"Vi! Itu cowoknya!!" Seru Ify sambil menunjuk kearah cowok itu. Sivia menyipitkan matanya.
"Kayak gitu lo bilang Robert Pattinson lewaat? Mata lo juling, Fy?" Tanya Sivia.
"Iiih, ganteng tau, Vi! Lo aja gak punya selera!" Gerutu Ify.
"Tapi lumayan juga sih, daripada lumanyun, hihii.." kata Sivia nyengir.
"Ya, ampun ternyata kapten tim basket, makin demen gue ama dia!" kata Ify. Kemudian sang Kapten tim memperkenalkan diri kepada semua anak-anak kelas X.
"Perkenalkan nama saya Mario Stevano Aditya Haling, saya biasa dipanggil Rio, dan saya adalah ketua sekaligus kapten tim! Kami akan melakukan demo ekskul dengan bertanding melawan tim dari kelas X, yang mau daftar bisa langsung temui saya, atau anggota tim yang lain terima kasih."Rio memberikan micnya kepada Patton.
"Gimana? Ganteng gak kaptennya??"Tanya Patton.
"GANTEEENG!!!" Teriak semua cewek-cewek, mulai dari kelas X sampai kelas XII.
"GANTEEEENGG BANGEEET!!" Teriak Ify cempreng. Sivia sampai menutup kupingnya.
"Gila, Fy! Suara lo cempreng banget!" Seru Sivia. Ify hanya menjulurkan lidah.
Selama demo ekskul berlangsung, semua anak-anak menyerukan nama Rio.
"Kaak Rioooo kereeenn!!!" Teriak Ify dari pinggir lapangan. Rio pun langsung terkejut mendengar teriakan suara cempreng Ify.
"Idiih alaah, tuh cewek yang tadi." gumam Rio.
Rio beserta anggota tim lainnya bertanding dengan tim yang terdiri dari anak anak kelas X. Saat permainan berlangsung, tentu saja yang menjadi pusat perhatian adalah Rio. Karena permainannya yang santai tapi cepat, banyak menyumbnag angka, dan sangat keren. Ify pun terpesona melihatnya seperti melihat seorang malaikat datang dari langit *lebay banget si Ify*.
"Vi, gue putuskan!" Kata Ify.
"Putusin apaan?"
"Gue bakal nembak Kak Rio nanti sepulang sekolah!"
"Hah!? Makin gak waras lo, Fy! Otak lo ditaro dimana? Di dengkul??" Tanya Sivia.
"Kagak. Gue taro di kantong. Pokoknya hari ini gue mau nembak Kak Rio, liat tuh anak-anak yang laen, mukanya tuh udah pada mupeng gitu ngeliat Kak Rio!" Kata Ify sambil merangkul pundak Sivia dan memperlihatkan tampang wajah anak-anak kelas X yang agak kesemsem sama Rio.
"Emang lo nggak?" Tanya Sivia.
"Yaah, gue juga sih, hehee..pokoknya gue nanti mau nembak Kak Rio!" Kata Ify.
***
"Yo, ada surat buat lo!" Kata Alvin. Alvin memberikan secarik kertas warna biru, Rio langsung membuka dan membacanya.
Untuk Mario Stevano Aditya Haling yang ganteng..
Gue tunggu lo di gerbang sepulang MOS, kalo gak dateng gue bakal dateng ke dalam mimpi lo, hehee
Dari
Alyssa Saufika Umari
"Hah? Alyssa Saufika Umari? Kayaknya gue pernah liat tuh nama," gumam Rio.
"Asik dah yang mau di tembak.." celetuk Alvin.
"Ah males, lo aja yang nemuin, Vin." kata Rio.
"Yeuuh..cantik lho, Yo anaknya, lo bakal kesemsem deh ama dia, anak kelas satu sih." kata Alvin.
"Gila! Baru ketemu tadi udah nembak gue!?" kata Rio. Alvin hanya mengangkat bahu.
"Perasaan gue gak enak nih kayaknya," gumam Rio.
"Udahlah temuin aja.." kata Alvin.
***
"Fy, udah siap?" Tanya Sivia.
"Siap!"
"Tapi emangnya Kak Rio gak serem ngeliat penampilan lo kayak neneng pea begini?" Tanya Sivia sambil memandang Ify dari atas kebawah.
"Ya, mau gimana lagi? Kata pengurus OSIS gak boleh di lepas selama masih di sekolah, mana dia juga pengurus OSIS lagi, harus berani malu gue!"
"Yah elo kayak gak tau aja, urat malu lo kan udah putus pas lo baru lahir, Fy!" Celetuk Sivia.
"Sembarangan lo, Vi! Udah ya gue nunggu di gerbang dulu!" Ify berjalan
menuju gerbang sekolah.
"Semangat, Fy! Kalo gak diterima bunuh aja orangnya!" Teriak Sivia.
"Jangan! Orang ganteng sayang kalo di bunuh!!" Teriak Ify. Sivia hanya tertawa.
***
"Pak, saya numpang nunggu disini ya!" Kata Ify sambil mengambil tempat duduk yang ada di depan pos satpam.
"Nunggu jemputan?"
"Nggak."
"Terus?"
"Hehee..rahasia, Pak!" Kata Ify. Pak Yanto, satpam SMA Citra bangsa hanya menggaruk-garuk kepala.
"Yaudah deh, Neng masih disini kan? Bapak mau makan dulu di warteg!" Kata Pak Yanto.
"Sippo, Pak!" Ify menunggu Rio sendirian di depan pos satpam. Ify sedang mencari-cari sosok Rio. Tapi tak kunjung datang.
"Jangan-jangan anak OSIS yang kayak Kimbum itu gak ngasih suratnya lagi sama Kak Rio? Awas tuh orang besok!" Gerutu Ify.
***
Saat ini Rio masih berada di ruang OSIS untuk mengumpulkan berkas-berkas anak kelas X dan di temani oleh Alvin.
"Sialan nih, si Iel, mentang-mentang Ketua OSIS, seenak jidat nyuruh kita beresin berkas-berkas, mana kagak ada yang bantuin lagi, berduaan lagi sama lo di sini, Vin! Kalo cewek kagak papa, lah kalo sama lo, disangka maho gue!" Gerutu Rio.
"Siapa juga yang mau, gue juga ogah!" Balas Alvin. Setelah berkas-berkas terkumpul semua, Alvin menaruhya di rak dekat jendela.
Saat ia menaruhnya, Alvin melihat dari jendela seorang anak kelas X sedang menunggu seseorang di depan pos satpam.
'Itu anak yang tadi kan?' Batin Alvin.
"Yo, parah lo! Lo kan disuruh ke gerbang sama anak kelas X! Udah nunggu tuh!" Seru Alvin.
"Hah? Beneran? Serius ya tuh anak!"
"Yaudah, lo kesana aja, biar gue yang ngurusin!" Kata Alvin sambil mendorong Rio keluar dari ruang OSIS.
"Kira-kira siapa ya?" Gumam Rio.
Rio melihat seorang anak perempuan sedang duduk membelakanginya.
"Kalo diliat dari belakang, kayaknya gue pernah liat ni anak." Gumam Rio. Rio menghampiri anak itu dan menyentuh bahunya, kemudian anak itu menoleh dan langsung berdiri. Pandangan Rio berubah. Anak itu cuma nyengir gak karuan.
"HAH!? Elo!?" Seru Rio sambil menunjuk kearah Ify. Ify hanya mengangguk sambil cengar-cengir.
***
"Aduuh, mana sih!?" Gumam Ify. Tiba-tiba ia merasa bahunya di sentuh oleh seseorang, dan kemudian saat ia berbalik, Ify mendapati sosok Rio di belakangnya, Ify langsung terkejut dan berdiri sambil senyam-senyum.
'Aduh, gawat jantung gue udah mau
bocor nih, ngeliat Kak Rio!' Batin Ify.
"HAH!? Elo!?" Seru Rio sambil menunjuk kearah Ify. Ify nyengir-nyengir gak jelas.
'Diliat deket, tambah keren aja!' Pikir Ify. Rio hanya geleng kepala.
"Mau ngomong apaan lo? Alyssa?" Tanya Rio.
'Ya, ampun nama gue di sebut sama dia! Kyaaaa!! Bisa mati ditempat gue!' Batin Ify.
"Ja..jangan panggil Alyssa, Kak! Panggil aja Ify!" Kata Ify gugup.
"Mau ngomong apaan, Fy? Gue gak bisa lama-lama, gue mau bantuin Alvin dulu," kata Rio.
"Gu..gue..gue..guee.." kata Ify gugup, dia udah keringetan, tiba-tiba Ify kayak orang asma.
"Ni anak kenapa lagi?" Gumam Rio.
Dan tiba-tiba..
BRUUK!
Rio terkejut. Tiba-tiba Ify pingsan. Rio langsung menggoyang-goyangkan bahu Ify.
"Lah? Ni anak kesambet ato apaan sih? Tiba-tiba pingsan!? Woi! Banguun!!" Seru Rio. Kemudian Ify tersadar dan langsung cengar-cengir lagi ke Rio.
"Lo gila ya?" Tanya Rio.
"Hehee..nggak kok, Kak. Abis gue klepek-klepek ngeliat lo, makanya gue pingsan hehee.." Ucap Ify. Rio meringis. Kemudian mereka berdua kembali berdiri.
"Lo mau ngomong apaan?" Tanya Rio.
"Guee..guee..guee.."
"Gue apaan??" Tanya Rio.
"Gue suka sama lo, Kak!!!" Seru Ify.
'Akhirnya gue bisa ngomong juga!' Batin Ify.
Rio mematung, tidak bergerak, tidak berkedip, tidak bernapas (mati dong?), tidak bersuara..
krik..
krik..
krik..
3 menit kemudian, Rio masih mematung, Ify sampai mengibas-ngibaskan tangannya di depan mata Rio, tetap tak ada tanggapan.
"Kayaknya shock banget nih orang," kata Ify.
"Kak Rio! Jawabannya apaan??" Tanya Ify. Akhirnya Rio tersadar dari lamunannya.
'Hha? Gue di tembak ama ni bocah?' batin Rio.
"Kak, gue demen banget nih ama lo, gue kesemsem sama lo pas tadi ketemu di depan pintu, terus pas gue liat lo maen basket, gue makin kesemsem sama lo, hehee..mau gak jadi pacar guee?" Tanya Ify.
'Wah, ni bocah bener-bener sedeng, gue jawab apaan dong?' pikir Rio.
Kemudian Rio punya akal bagaimana caranya bisa kabur dari Ify.
"Eh, liat tuuh! Ada Mario Stevano yang paling ganteng satu sekolahan, lagi manjat pohon!!" Teriak Rio sambil menunjuk ke arah pohon jambu depan sekolahnya. Begitu mendengar nama Mario Stevano, sontak Ify langsung berbalik kebelakang untuk mencari "MARIO STEVANO" yang Rio maksud. (-,-)
"Hah? Mana? Mana? Kok gak ada di pohon!?" Kata Ify sambil terus mencari-cari sosok "MARIO STEVANO". Sekali lagi "MARIO STEVANO". Tiba-tiba Ify tersadar dan berpikir sejenak.
"Lho? Tadi Kak Rio bilang ada MARIO STEVANO lagi manjat pohon? MARIO STEVANO kan Kak Rio, nah Kak Rio kan tadi ada di depan gu.." omongan Ify terhenti begitu melihat kebelakang sosok Rio sudah kabur entah kemana.
"Yaaahh, gueee diboongiin!! Kak Riooo!!!!" Teriak Ify. Ify langsung berlari mencari-cari Rio.
***
"Kenapa lo, Yo? Kayak di kejar-kejar setan.." kata Alvin sambil membereskan barang-barang yang ada di ruang OSIS.
"Sompret, bener-bener tuh cewek, sedeng gila!!" Seru Rio sambil mengatur napasnya.
"Hah? Maksud lo?" Tanya Alvin heran.
"Ntar gue ceritain pas pulang, ayo cepetan! Gue gak mau ketemu si Ify lagi!" Rio langsung menarik tangan Alvin untuk segera pulang.
"Woi, tunggu dong! Ngunci ruangan dulu nih!" Alvin langsung mengunci pintu ruang OSIS.
"Aduuh, Vin cepet dong lo kayak cewek deh, lama banget!!" Gerutu Rio.
"Yeee..daripada lo kayak banci dikejar trantib!" Balas Alvin. Rio langsung menoyor kepala Alvin. Setelah mengunci mereka langsung berlari menuju gerbang belakang, tapi tiba-tiba...
"KAK RIOO!!!" Teriak Ify dari sebrang.
"Ah! Tuh kan!" Decak Rio. Alvin hanya menggaruk-garuk kepala, akhirnya Rio dan Alvin membalikkan badan.
"Iih, Kak Rio jahat! Jawabannya apaan??" Tanya Ify dengan penuh pengharapan.
"Eh, denger ya! Gue gak mau pacaran sama lo! Lo jangan deket-deketin gue lagi!" Kata Rio. Kemudian Rio meninggalkan Ify dan Alvin menyusulnya.
Ify terdiam di sana, tak bergerak. Ify di tolak. Hatinya hancur berkeping-keping.
***
"HUWAAAA!!!" Ify menangis kencang di rumah Sivia. Sivia jadi bingung harus berbuat apa, ia mengambil tissu dan memberikannya pada Ify.
"SROOOTT!" Kemudian Ify melempar tissu itu ke depan.
"Tisu.." kata Ify meminta tissu pada Sivia.
"Tissu gue abis!! Satu pak gue beli tissu lo abisin dalam satu jam! Liat tuh kerjaan lo, tissu penuh ingus lo bergeletakan di kamar gue!" Gerutu Sivia.
"Gue kan lagi patah hati, huwaaa!!!" Ify langsung memeluk Sivia.
"Ify!!! Jangan meper ingus lo ke baju guee!!" Seru Sivia sambil mendorong Ify menjauh dari badannya.
"Lagian sih, lo nekat banget! Makanya lo di tolak sama Kak Rio!" Seru Sivia. Ify menghapus air matanya.
"Pokoknya gue gak bakal nyerah, di dalem kamus gue, gak ada kata TIDAK yang ada kata BELUM! Berarti gue masih punya harapan!" Kata Ify.
"Tambah gak waras aja lo, Fy!"
"Pokoknya gue harus bisa bikin Kak Rio nerima gue! Gue bakal cari informasi sana-sini tentang Kak Rio, dan gue harus bikin Kak Rio ngeliat gue!" Kata Ify dengan penuh tekad. Sivia hanya geleng-geleng kepala.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar