--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Dokter, kak rio nggak kenapa-napa kan??!" tanya ozy panik saat dokter chiko keluar dari UGD. Rio kumat lagi, bahkan sekarang dia sampai mimisan. Dengan susah payah ozy membawa rio ke rumah sakit dengan mobil keluarganya. Ya, ozy emang bisa nyetir. Untungnya rio nggak kumat saat ify masih di rumah mereka.
"Syukurlah kaka kamu nggak kenapa-napa. Sekarang dia kami pindahkan dulu ke ruang perawatan biasa dulu ya, baru kamu bisa jenguk." jawab dokter chiko sambil tersenyum agar ozy merasa tenang.
****
Rio melirik jam dinding yang tergantung rapi di dinding ruang perawatannya sekarang. Jarum jam itu menunjukkan jam 11 malam lebih. Rio menghela nafas saat melihat jam itu. Otaknya kembali memutar kejadian saat dia kumat di rumah tadi. Padahal dia hanya sakit kepala sedikit. Malahan rio pernah merasakan yg lebih sakit dari ini selama seminggu ini. *kejadian 6 hari yg lalu diskip ya, biar lebih pndek* Tapi kenapa dia bisa separah ini?? Sampai mimisan malah. Rio ingat, saat dia masih setengah sadar, dia mendengar jeritan kaget ozy saat melihat dirinya terduduk lemas di toilet, dengan darah segar yang tak berhenti mengalir dari hidungnya. Teringat juga olehnya saat tubuh ozy yang lebih kecil darinya dengan susah payah membopongnya ke mobil. Dan masih bisa teringat jelas olehnya air mata ozy saat dia menyetir menuju rumah sakit. Dan ozy yang terus melirik ke arah rio dengan pandangan cemas sambil terus berkata, "loe harus bertahan kak".
Rio mengepalkan tangannya, batinnya terus memarahi dirinya sendiri, terus memaki-maki dirinya sendiri, dan terus merutuki dirinya dan penyakit yang bersemayam di tubuhnya sekarang.
"Mau sampai kapan gue harus terus begini??" batinnya lirih.
"Kak rio!!" pekik ozy dan langsungberlari memeluk rio.
Dibelakang ozy, ada dokter chiko yang masuk sambil tersenyum ramah. Rio membalas senyum dokter chiko dan membalas pelukan adiknya.
"Aduh zy.. Berenti dong meluknya, loe udah kelas 3 SMP zy.. Malu dikit diliatin orang. Masa udah gede gini loe masih manja.." kata rio sambil nepuk-nepuk puncak kepala ozy.
"Aah.. Gue nggak peduli!! Gue khawatir tau!! Jangan bikin gue takut lagi dong kak!! Gue bener-bener takut, gue takut loe kenapa-napa. Pliss jangan kumat lagi kak.. Demi gue.. Pliss... Gue nggak bisa liat loe kaya gitu. Gue masih belom siap.." kata ozy lirih.
Rio bisa merasakan bajunya basah. Ozy, menangis dalam pelukannya.
"Maaf.." hanya itu yg bisa rio ucapkan. Dia nggak bisa utk ngucapin kata-kata lain untuk menguatkan adiknya, bahkan dirinya sendiri.
"Ozy, kamu pasti dukung kakak kamu kan??" tanya dokter chiko. Dalam pelukan rio, ozy mengangguk.
"Berarti kamu hatus kuat. Saya yakin bukan tangisan kamulah yang akan membuat rio lebih baik sekarang." lanjut dokter chiko.
Ozy merenungi kata-kata itu sejenak. Ya, bukan tangisanlah yang seharusnya dia kasih untuk rio sekarang. Ozy segera melepaskan pelukannya dan mulai menghapus air matanya.
"Maaf kak. Nggak seharusnya gue nangis sekarang." kata ozy. Rio menanggapi adiknya itu dengan tersenyum senang sambil mengacak-ngacak rambut ozy.
"Iya, gue tau loe butuh waktu untuk terbiasa dulu dengan semua ini." jawab rio.
"Rio, saya butuh bicara sama kamu sekarang." kata dokter chiko.
"Iya dok, langsung di sini aja." jawab rio. Dokter chiko mengangguk.
"Rio sel kanker di otak kamu semakin berkembang. Saya takut sel kanker itu akan membntuk kanker baru di tubuh kamu. Kamu nggak akan bisa sembuh kalau hanya mengandalkan obat-obatan yang saya kasih. Obat itu hanya bisa menghambat perkembangan sel kanker kamu, nggak bisa mematikan sel kanker kamu. Sekali lagi saya sarankan, kamu ambil kemo ya.." kata dokter chiko. Rio menghela nafas.
"Nggak usah dok. Dengan kemo juga blom pasti saya sembuh. Nggak banyak kan kemoterapi yg benar-benar bisa mematikan sel kanker saya. Setelah saya berhenti kemo, penyakit itu akan balik lagi. Sifatnya hanya menyembuhkan untuk sementara. Saya nggak mau dok." tolak rio.
"Kak, ikut aja.. Seenggaknya bisa lebih membantu." suruh ozy.
"Nggak usah zy. Cuma ngabisin duit aja. Udah mahal nggak bakal sembuh lagi. Mana kemo itu sakitnya nggak nahan. Lagian bisa abis badan gue. Loe mau liat kakak loe yg super ganteng ini makin cungkring plus botak licin?? Gue bayangin aja ogah. Nggak mau gue zy.." tolak rio lagi.
"Ini bukan saatnya becanda kak rio!! Lagian kan ada obat juga buat memperkecil efek sampingnya!!" kata ozy gemes dengar kata-kata kakaknya.
"Gue nggak becanda zy.. Serius lagi. Nggak mau.. Udah cungkring, botak, loyo, pucet, doyan muntah, ikh... nggak gue banget dah tu.." kata rio sambil masang muka jijik.
"Ditambah lagi orang-orang pada tau penyakit loe, ya kan??" kata ozy lagi.
"Nah..itu dia tuh yg paling nggak banget bagi gue. Nah itu loe tau kan?? Jadi stop untuk maksa-maksa gue." kata rio. Ozy dan dokter chiko geleng-geleng kepala sama tingkah rio.
"Huh...makin gila aja kakak gue. Apa karna otaknya nggak beres ya jadi makin bego gitu??" batin ozy.
"Ada ya orang yg lebih nerima mati daripada penampilannya jelek?? Pasien yg menantang nih.." batin dokter chiko.*sadis ni dokter*
"Dok, kayanya nggak mungkin maksa kak rio buat kemo. Tu anak kalo udah bulet keputusannya nggak bisa di ganggu gugat lagi." kata ozy.
"Nah itu baru adek gue.." kata rio sambil ngacak-ngacak rambut ozy.
"Iya...terserah kamu mario. Saya cuma ingin nyaranin yg terbaik buat pasien saya. Tapi kamu harus jaga kondisi kamu. Obat yang saya kasih ke kamu ada efek ketergantungannya, jadi jangan pernah telat minum obat kamu. Obat itu cuma obat pnahan rasa sakit dan penghambat sel kanker kamu. Dan jangan terlalu capek. Kondisi kamu semakin lemah sekarang. Jangan paksain diri kamu kalau kamu emang nggak sanggup lagi. Dan satu saran penting dari saya buat pasien bandel kaya kamu." nasehat dokter chiko kepotong.
"Apa dok??" tanya rio.
"Ingan badan kamu, ingat penyakit kamu. Jangan mikirin gimana jadinya kalo sampai mereka tau penyakit kamu, tapi mikir gimana jadinya kalau sampai kamu drop lagi. Pokoknya kalau kamu udah merasa sakit jangan terusin lagi kegiatan kamu. Jangan mikirin gimana jadinya kalau sampai temen-temen kamu curiga karna kamu tiba-tiba berenti. Pokoknya fokuskan pikiran kamu sama kondisi kamu. Jangan mikirin apa jadinya kalau teman kamu tau." lanjut dokter chiko.
Rio cuma bisa nyengir. Dokter chiko ternyata udah bisa baca isi kepalanya.
"Jangan nyengir aja kerja kamu rio. Tapi ingat kata-kata saya baik-baik dan ikuti. Kalau sampai kamu drop karna alasan kecapean kebanyakan tugas dan kamu yg terus paksain badan kamu, saya kerangkeng kamu dirumah sakit ini." kata dokter chiko masang muka serius.
"Wiidi... galak bener dok. Iya saya ikutin. Dokter tenang aja. Dan dokter harus sabar ngadepin saya. Darah tinggi bahaya lo..." kata rio. Lagi-lagi ozy dan dokter chiko geleng-geleng sama tingkah rio. Ada ya orang kaya gini?? batin mereka.
"Eh dok. Boleh pulang nggak?? Udah jam 12 tuh.. Saya besok masuk pagi dok." kata rio membuyarkan lamunan ozy dan dokter chiko.
"Iya..iya..boleh.." jawab dokter chiko gemes sama pasiennya itu.
"Nah gitu dong dok. Saya pamit dulu ya dok." kata rio sambil berdiri dari tidurnya.
"Yakin loe kak?? Bisa jalan nggak?? Ntar klo loe jatuh, susah lo.." kata ozy yg liat kakanya udah bisa berdiri.
"Bisa...udah ayo zy cabut. Jujur males gue di rumah sakit gini. Malem-malem gini lagi. Serem" jawab rio sambil berjalan ke arah dokter chiko, lalu menjulurkan tangannya.
"Maksih bantuannya dok." kata rio. Dokter chiko membalas menjabat tangan rio sambil tersenyum ramah.
"Bye dok.. Sampai jumpa lagi..." pamit rio dengan suara semangat. Dokter chiko hanya tersenyum masam.
Entah mengapa melihat pasiennya ceria dan semangat begitu malah membuat hatinya miris. Mengingat keceriaan itu mungkin akan hilang suatu saat nanti.
****
Di mobil RiOzy dalam perjalanan pulang...
"Kak, gue kok ngerasa aneh ya sama loe??" tanya ozy sambil terus serius nyetir.
"Aneh gimana maksud loe??" tanya rio balik.
"Ya aneh gitu. Kadang suasanya kalo udah bareng elo mellow banget tapi abis itu aneh lagi. Gila. Kaya tadi tuh.. Awal-awal gue pengen nangis mulu kalo liat loe. Tapi sekarang, rasanya mau apain ya loe. Mau gue tonjok saking nyebelinnya." jelas ozy. Rio mengangkat alis pura-pura nggak ngerti.
"Maksud loe??" tanya rio. "Ya gitu. Masa loe tiba-tiba semangat ngelawak lagi. Padahal orang ngomomng serius juga. Dokter chiko sampai geleng-geleng gitu liatin loe." jelas ozy. Rio tersenyum. Miris.
"Lah gue kan emang ajib zy.. Buat apa gue bikin suasana mellow, trus kita nangis-nangis bareng bertiga?? Woho...nggak deh.. Kan tadi dokter chiko bilang. Bukan tangisan yg akan bikin gue merasa lebih baik." kata rio.
"Ya, cukup hati gue doang yg nangis zy. Gue nggak mau loe ikutan sedih. Sekuat mungkin gue akan berusaha terlihat baik-baik aja di mata loe. Di mata semuanya." tambah rio dalam hati.
"Tapi gue bangga punya kakak kaya loe. Walau pun model manusia gila gini.." kata ozy sambil tersenyum geli.
"Yah...gue gila juga loe gurunya.." kata rio. Lalu mereka berdua diam. Melanjutkan perjalanan ke rumah dalam diam.
****
"Pagi yo..." sapa ify sambil tersenyum manis. Tapi rio nggak nyaut, masih tetep jalan nurunin tangga dengan santai nya.
"Yo! Pagi..!" sapa ify lagi sambil ngerasin suranya dikit.
"Eh.. loe nyapa gue fy?? Pagi juga deh.." kata rio sambil memperlihatkan senyum miringnya.
"Iya sama loe! Sombong bnget sih, gue nyapa nggak nyaut." kata ify sambil majuin bibirnya.
"Hehehe...sorry fy. Telinga gue nggak beres kayanya. Satu lagi, biasa aja bibir loe fy. Jelek, gue nggak suka." jawab rio sambil nunjuk bibir ify di akhir kalimatnya.
Sontak ify langsung menormalkan kembali bibirnya dan tersenyum.
"Loe emang nggak beres dari dulu yo.." kata ify.
"Halo...loha... Kakak ifyku yg baek tapi nyebelin, gue nggak disapa nih?? Kak rio doang loe yg ingat." celetuk ozy sambil manyun. Seketika ify langsung ngakak.
"Hahaha...sorry..sorry.. Lo kecil sih zy, gue nggak liat, kelelep badan rio soalnya. Pagi.." kata ify sambil terus tertawa kecil di sela-sela kalimatnya.
"Loe pikir kak rio air kak??" kata ozy ngambek. Ify tertawa lagi.
"Kan gue udah minta maap zy. Maap ya... Jangan ngambek.. Ntar loe diketain jelek juga lo sama rio." kata ify membujuk ozy agar nggak ngambek.
"Nggak bakal. Dianya aja lebih jelek dari gue kok." kata ozy dan tetep manyun. Rio yang dikatain ozy masih santai-santai aja make sepatunya.
"Yo, tumben loe nggak marah-marah dikatain ozy." kata ify sambil noleh ke arah rio.
"Dia ngatain gue ya?? Bodo ah, nggak mood marah-marah gue sekarang." jawab rio cuek. Ify mengangkat satu alisnya heran, "sejak kapan tu anak satu terima aja dikata-katain orang??" batin ify.
"Mikirin apa lagi loe kak??" batin ozy.
"Oii loe berdua..! Bengong aja loe..!! Berangkat sekarang nggak nih??" sorak rio membuyarkan lamunan ozy dan ify.
"Eh..iya kak bentar, tali sepatu gu belom beres nih.." kata ozy kaget dan langsung ngebut ngikat tali sepatunya. Sementara ify langsung nyusul rio ke mobilnya.
Setelah semua urusan pagi beres, RiFyZy pun berangkat menuju sekolah mereka masing-masing. *udah lama nggak pake singkatan nama..^^*
****
"Yo, perasaan gue aja atau loe emag aneh ya akhir-akhir ini??" tanya ify saat dia dan rio jalan berdampingan menuju kelas.
"Aneh?? Emang selama ini loe bilang gue aneh kan??" tanya rio balik.
"Tapi aneh yg sekarang itu benar-benar aneh yo, aneh dalam defenisi sebenernya, dalam defenisi akal sehat gue." jelas ify.
"Gue nggak ngerti maksud lo fy.." kata rio masih tetap cuekin pertanyaan ify.
"Kok sifat loe jadi agak berubah gitu sih yo??" tanya ify lagi.
"Berubah gimana fy?? Biasa aja kok??" jawab rio masih tetep cuek.
"Yo, loe kenapa sih?? Sumpah gue bingung banget sama loe yg sekarang. Maksud loe apa coba jadi rada cuek ke gue sekarang??" tanya ify lagi sambil menghentakkan kakinya kesal.
"Perasaan loe aja kali fy.. Gue biasa aja kok.." jawab rio still cuek.
"Terserah loe deh yo..!" kata ify kesal dan langsung jalan mendahului rio. Rio yg melihat ify marah langsung menarik lengan ify.
"Sorry fy.. Gue akui, emang ada yg ganggu pikiran gue sekarang.." kata rio sambil nahan lengan ify. Tapi ify nggak peduli, ify menyentakkan tangan, lalu berlari mendahului rio.
"Sorry fy.. Gue terpaksa, gue harus terbiasa jauh dari loe mulai sekarang." batin rio. Akhirnya rio melnjutkan langkahnya menuju kelas dengan langkah gontai.
XII IPA 3....
"Kenapa lagi loe fy??" tanya sivia heran liat ify nyampe kelas dengan muka ditekuk 17.
"Rio lagi ya??" tebak zahra.
"Udah...sabar aja fy..." kata agni.
"Ugh...gue bener-bener nggak ngerti sama rio. Tu anak kenapa sih??" kata ify dengan suara agak keras.
"Jangan marah sama kita fy. Tuh sama rio.." kata via sambil nunjuk rio yg baru masuk kelas. Ify mengedarkan pandangannya ke arah yg ditunjuk sivia. Lalu kembali cemberut.
"Gue males ketemu dia sekarang." kata ify dingin.
"Gaya loe fy, sekarang aja loe males, ntar kangen lagi." ejek agni yg sukses bkin bibir ify makin maju.
****
"Pagi-pagi udah lemes aja loe yo.." kata alvin begitu rio masuk kelas.
"Pucet lagi." tambah iyel.
"Makin kurus juga." cakka juga ikutan. Rio hanya menghela nafas panjang menanggapi teman-temannya.
"Yo, loyo amat. Ada masalah apa loe??" tanya alvin.
"Ha?? Nggak, capek doang." jawab rio lesu.
"Gue tau, loe pasti lagi berantem sama ify ya?? Atau loe mulai repot ngurusin ify??" tebak cakka asal.
Rio menimpuk kepala cakka dengan buku catatan alvin yg ada di sampingnya, tapi rio tetep diam dan lesu.
"Ada masalah apa sih yo?? Crita dong.." kata alvin.
Rio nggak jawab, tiba-tiba dia merasa mual. Dengan menutupi mulutnya, rio segera berlari ke luar kelas, menuju toilet.
Dibelakangnya ada alvin yg juga lari nngikutin rio. Ify yg nggak sengaja liat rio lari juga terheran-heran, sama seperti iyel dan cakka yg masih kaku di kelasnya.
****
"Huek..." rio muntah di toilet dengan alvin yg mengusap-ngusap punggung rio.
"Yo, loe sakit ya??" tanya alvin khawatir.
"Uhuk...uhuk...huek.." rio terus muntah-muntah dan batuk-batuk.
"Yo, loe knapa??" terdengar suara dari luar pintu toilet. Dan itu suara ify. Dengan nada khawatir.
"Arrgh....sakit.." erang rio.
"Yo...loe knapa??" tanya alvin khawatir. Rio nggak jawab pertanyaan alvin mau pun ify yg terus-terusan teriak nanya dari luar. Kerongkongannya terasa sakit. Perih. Ditambah lagi sakit dikepalanya yg semakin menjadi-jadi. Dua rasa sakit itu membuat badan rio terasa lemah. Kakinya gemetaran dan seperti nggak bertenaga membuat rio terduduk.
"Ya ampun yo.. Loe knapa??" tanya alvin semakin cemas. Alvin berjongkok lalu menopang tubuh rio yg entah mengapa seperti nggak bertenaga sama sekali. Sementara rio masih terus mengerang kecil membuat alvin semakin panik.
"Woii...yg diluar yg denger suara, tolong!!" teriak alvin.
Setelah alvin teriak cuma riko yg datang.
"Ya ampun vin.. Si rio knapa??" tanya riko kaget.
"Yg lain mana ko?? Gue butuh bantuan gotong rio ke UKS nih.." tanya alvin masih dengan nada panik.
"Udah masuk vin. Loe nggak denger bel dari tadi?? Tapi si rio knapa dulu??" jawab dan tanya riko lagi dan ikut berjongkok di sisi kanan rio.
"Nggak tau. Udah loe bantu gue sekarang." suruh alvin.
Akhirnya dengan susah payah alvin dan riko gotong rio ke UKS. alvin dan riko menidurkan rio disalah satu kasur yg tersedia di UKS. Lalu alvin meriksa kening sahabatnya itu.
"Buset mak.. Panas amat. Yo loe sakit ya?? Knapa masih ngotot sekolah klo sakit??" tanya alvin kaget. Dengan lemah rio menggeleng dan tersenyum ketir.
"Ko, ambil ijin buat gue sama rio sana! Loe balik ke kelas aja. Rio biar gue yg urus." suruh alvin. Riko merasa ragu.
"Yakin loe vin??" tanya riko.
"Bnget, tapi loe panggil ify ya.. Suruh dia ke sini" kata alvin sambil nyengir.
"Jiah...bilang aja loe nggak bisa ngurusin rio. Oke deh.." kata riko lalu beranjak pergi.
"Nah yo.. Sekarang bilang sama gue loe knapa??" tanya alvin sambil masang muka serius ke rio. Rio tersenyum masam.
"Aduh...si alvin. Pala gue masih berasa ditimpuk batu karang, udah ditanya-tanya.." batin rio.
"Yo, loe knapa sih?? Gue peratiin ya, udah beberapa hari ini loe lemes. Sering ngilang gitu aja. Atau kadang loe ngelamun. Kadang loe rada dingin gitu. Atau tiba-tiba ngerang kaya orang kesakitan gitu. Jadi dengan semua sikap aneh loe itu, loe kenapa??" tanya alvin lagi. Rio nyengir di sela-sela kesakitannya.
"Sebelumnya minta minum dong vin.." kata rio dengan suara lemah. Setelah melotot ke rio, alvin pun menuruti permintaan temannya itu.
"Nih.." kata alvin sambil menyodorkan segelas air putih k rio.
"Bantuin gue duduk vin." kata rio lagi. Dengas sedikit rasa malas, alvin membantu rio duduk dan bersandar ke kepala kasur.
"Manja amat loe yo.." kata alvin. Rio hanya tersenyum kecil menanggapinya. Lalu mengeluarkan botol obat bewarna putih dari kantongnya.
"Obat apaan tu yo??" tanya alvin. Tpi rio nggak jawab dan meminum obatnya.
"Yo??" tanya alvin lagi, semakin bingung dengan mksud rio dan obatnya itu.
"Hah... Vin, klo gue bilang gue ngidap salah satu penyakit mematikan di dunia, loe percaya nggak??" tanya rio dengan menghela nafas dulu sbelumya.
"Elo?? Emm...nggak deh kayanya." jawab alvin. Rio kembali menghela nafas.
"Knapa??" tanya rio lagi.
"Ya knapa ya?? Nggak mungkin aja gitu. Seumur hidup gue, gue nggak pernah kenal orang yg kaya loe bilang tadi." jawab alvin.
"Sayangnya orang itu beneran ada vin. Dan gue salah satunya.." kata rio dengan suara pelan, tapi cukup untuk sampai di telinga alvin.
"Apa???! Serius loe yo???! Lo becanda doang kan???!" tanya alvin kaget nggak percaya. Dan berharap rio akan cengar-cengir menandakan klau dia bohong.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar