Part 7: The Last Girl
Setelah melewati beberapa hari untuk pemulihan, ternyata cedera Rio masih terbilang cukup parah, dan belum sembuh total. Sehingga dokter melarang Rio untuk bermain.
"Dok, kaki saya udah baikan malah sekarang kalo jalan udah gak sakit lagi!” seru Rio.
"Meskipun kamu bilang sudah tidak sakit, tapi kaki kamu belum pulih total, Rio. Kalo kamu paksakan, kemungkinan besar cedera kamu kambuh,” ujar Dokter.
"Dok, tim butuh saya!! Besok itu final!” emosi Rio memuncak.
"Kak, jangan emosi!” kata Ify.
"Tapi, Fy…” ujar Rio.
"Baiklah kalau kamu memaksa, kamu boleh main, tapi cuma 30 menit,” kata Dokter.
"Gak bisa lebih?” Tanya Rio.
"Ih, masih bagus di kasih! Nawar lagi lo!” keluh Ify.
"Lebih baik nggak, resiko kambuhnya bakal lebih besar,” kata Dokter.
"Yaudahlah, kami pulang, Dok.” Pamit Rio.
"Hati-hati kalian berdua,”
***
Mobil Rio berhenti tepat di depan rumah Ify.
“Fy, udah sampe,” kata Rio. Ify masih terus memandang Rio.
“Kenapa lo?”
“Lo yakin mau main besok?” Tanya Ify.
“Gue yakin, semua butuh gue, gue gak mau ngecewain mereka semua,” ujar Rio.
“Hmm…gue kerumah ya,” Ify keluar dari mobil Rio dan masuk ke dalam rumah.
Begitu Ify sudah masuk kedalam rumahnya, Rio mengeluarkan handphonenya dan menelepon seseorang.
“Semuanya beres?? Oke…lo urusin semuanya, thanks sob!” Rio memutuskan pembicaraannya dan langsung pergi meninggalkan rumah Ify.
***
Saat jam duabelas malam, banyak sms yang mulai masuk ke handphone Ify untuk mengucapkan selamat ulang tahun untuk gadis yang sudah genap berumur 17 tahun itu. Dengan sangat terpaksa Ify membuka sms tengah malem itu.
From: Sivia
Happy birthday cantiik! Traktir kayaknya asik niih hehee
From: Shilla
Selamat hari lahir, Ipii! Tambah cakep, pinter, baek, soleh, tambah dosa sekalian, hahaa, kidding :p
From: Agni
Selamat berkurang umur ya, Fy!
Hehee…
From: Kak Alvin
Asiik kan ultah, met ultah yo!
From: Kak Iel
Happy birthday, Fy! Tambah pinter, tambah cantik, tapi jangan melebihi cewek gue yak, haha
From: Cakka
Met ultah, cewek gila! Hahahaa…
Ify hanya senyam-senyum saja melihat sms yang berasal dari teman-teman terdekatnya itu, tiba-tiba rasa kantuknya hilang begitu mendapat sms ucapan ulang tahun untuknya. Tapi Ify sedikit agak kecewa, Rio tidak menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Bahkan tidak ada sms dari Rio. Ify hanya menghela napas.
‘Paling Kak Rio molor,’ batin Ify.
Ify kembali tidur. Paginya ia mendengar samar-samar nyanyian selamat ulang tahun.
“Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to you…” anggota keluarganya semua menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuknya.
Ify yang baru bangun, langsung disuguhi sebuah kue tart berukuran sedang dengan lilin berbentuk angka satu dan tujuh. Ify tersenyum.
“Kak tiup dong!” suruh Deva.
“Ayo, Fy tiup!” kata Bu Risna.
“Tapi jangan pake kuah ya!” celetuk Papanya Ify (nah loh, gue yang bikin cerita gue yang lupa nama bapaknya -.-).
“Apaan sih, Pa!” seru Ify.
Ify meniup lilinnya, diiringi dengan tepuk tangan.
“Nih hadiah buat anak Mama yang paling bawel!” kata Bu Risna sambil memberikan sebuah kotak berukuran kecil untuk Ify. Ify membuka kotak tersebut, senyumannya merekah dan memeluk mama dan papanya.
“Makasih, Pa, makasih Ma! Liontinnya bagus banget! Ify suka!” seru Ify.
“Sama-sama sayang!”
Ify langsung memakai liontin berbentuk hati tersebut di lehernya.
“Dev, hadiah dari lo mana??” Tanya Ify.
“Nih! Yang milih Keke!” Deva memberikan sebuah kotak kecil ke Ify. Senyumnya kembali mengembang.
“Makasiiih!! Gue doain tambah ganteng lo!!” Deva memberikan sebuah jam tangan biru bergambar doraemon yang sangat manis untuk Ify.
“Amin!!”
“Ify, kamu gak siap-siap??” Tanya Bu Risna.
“Ha?”
“Kan sekarang final! Kamu gak dukung Rio??” Tanya Bu Risna.
“Ya ampuun!!” Ify langsung loncat dari tempat tidurnya dan masuk kekamar mandi.
“Kayaknya kita juga harus siap-siap, Ma, Pa!” kata Deva.
“Bener juga, ayo!” ajak Bu Risna.
***
Ify sampai di arena pertandingan, tapi Rio belum kelihatan.
“Asiiik, ultaah!!” teriak Sivia.
“Apaan sih, Vi?” Tanya Ify.
“Pokoknya ntar abis pulang turnamen lo gak boleh pulang!” ancam Shilla.
“Lah? Gue kan mau jalan sama Kak Rio, Kak Rio mau ngerayain ultah guee!!” seru Ify.
“Gak boleh, pokoknya lo harus ikut kita,” kata Agni.
“Ih, apaan sih,” keluh Ify.
Kemudian Rio dan teman satu timnya sudah bersiap-siap di tengah lapangan. Pertandingan pun dimulai, lawan mereka adalah perwakilan dari Provinsi Bali, juara tahun lalu. Butuh ekstra tenaga untuk mengalahkan mereka.
“Yo!” Alvin mengoper bola pada Rio. Rio maju melesat ke daerah lawan dan memasukkan bola ke ring. Mereka mendapat poin. Tapi bisa disusul oleh lawan dengan mudah.
Babak pertama selesai dengan kedudukan 25-26 untuk keunggulan perwakilan Bali tersebut. Saat istirahat, Rio merasa cederanya kambuh lagi. Tapi Rio tetap menyembunyikan rasa sakitnya itu dari semua orang. Alvin yang memandang dari kejauhan tahu bahwa Rio menyembunyikan sesuatu. Alvin menghampiri Rio.
“Yo, kaki lo sakit lagi?” Tanya Alvin.
“Ah, ng…nggak kok, gue gak papa,” sanggah Rio.
“Lo gak bisa boong, Yo. Mata lo gak bisa boong!”
“Gue gak papa!” kata Rio. Alvin langsung memencet kaki Rio yang sakit.
“ADUUUH!!” Teriak Rio otomatis membuat satu tim dan pelatihnya melihat Rio.
“Tenang aja, gue gak papa!”
“Alvin, sakiit!” bisik Rio.
“Tuh kan bener, kaki lo belum sembuh total! Lo jangan maen!” larang Alvin.
“Vin, gue tetep mau maen, jangan larang gue, semua butuh gue,”
“Tapi kalo kayak gini, yang ada lo ngerepotin!” keluh Alvin.
“Gue gak bakal ngerepotin! Percaya sama gue!” kata Rio. Alvin hanya menghela napas.
“Gue gak pernah bisa ngelarang lo,” keluh Alvin.
“Ayo! Pertandingan mau dimulai lagi!!” suruh Gabriel.
Saat pertandingan berjalan, rasa sakit di kakinya mulai muncul, tapi Rio tetap memaksakan diri dan terus ikut pertandingan. Rasa sakitnya mulai semakin parah, rasanya sudah mulai menjalar ke seluruh tubuh, sehingga Rio tidak bisa berkonsentrasi, rasa sakitnya tetap dia tahan.
“Lah? Rio kenapa tuh? Kok jadi lambat gitu?” Tanya Cakka.
“Eh, iya! Kenapa ya?” Tanya Sivia.
“Ya, ampun! Gue lupa! Dia cuma boleh maen 30 menit sekarang udah lebih! Gue mau kebawah!” Ify langsung turun kebawah dan pergi kepinggir lapangan.
“Kak Rio!! Jangan maen lagii!!” teriak Ify.
Rio menoleh, dan tidak menghiraukan perkataan Ify.
“Aduuh, meni beleguk tuh orang!” keluh Ify.
“Kak Rio, lo cuma boleh maen 30 meniit!!” seru Ify.
“Beneran, Fy?” Tanya Pelatih.
“Bapak gak tau? Kak Rio gak ngasih tau Bapak?” Tanya Ify.
“Nggak,”
“Iiih, dasar!”
Rio tetap bermain meskipun rasa sakitnya sudah tak bisa tertahan, tiba-tiba…
BRUUUK!!
Rio jatuh dan mengeluh kesakitan.
“Patton! Ganti Rio!” suruh Pelatih.
“Jangan, Pak! Dikit lagi pertandingan selesai! Saya gak mau diganti!” seru Rio.
“Pak…”
“Apa boleh buat, Fy. Dia kaptennya,” kata Pelatih. Ify semakin khawatir.
“Fy, lo gak usah khawatir sama gue! Gue gak papa!” kata Rio. Ify menghela napas panjang.
“Ayo, Kak Rio!!! Lo pasti bisa!!” seru Ify.
Semua orang yang ada di arena, terutama pendukung CB, menyerukan nama Rio terus menerus. Rio pun berdiri, berkat dukungan dukungan semua orang terutama Ify, rasa sakitnya
seakan hilang.
“Rio, tinggal 30 detik lagi!! Lempar!!” seru Gabriel.
Rio menerima operan dari Gabriel dan melempar dari jarak jauh, semua mata tertuju pada bola yang melayang di atas menuju ring.
“Pliis masuuk!” seru Ify.
“Ayolaah!” batin Rio.
Bola tersebut masuk bersamaan dengan peluit tanda berakhirnya pertandingan, CB memenangkan final kejuaran basket tingkat provinsi dengan skor 62-65. Semua bersorak-sorai meramaikan suasana di arena pertandingan. Semua orang turun untuk mengucapkan selamat kepada CB.
“Selamat, Bro!” ucap Cakka.
“Thanks, Cak!” kata Rio.
“Wiih, selamat ya!” kata Sivia.
“Thanks,”
“Kak Rio lo gak papa kan??” Tanya Ify panik.
“Gak papa,”
“Huaaa…gue mau nangis kalo lo kenapa-kenapa gimanaa??” Tanya Ify.
“Iih, lebay lo!” seru Rio.
“Ntar jadi kan, Kak?” Tanya Ify.
“Ng…ka, kayaknya gak jadi deh, gue ada urusan, sori banget,” kata Rio.
“Ta…tapi kan lo udah janji,” kata Ify.
“Maaf banget, gue balik duluan ya!” kata Rio. Rio langsung meninggalkan Ify.
“Kok lo lupa ultah gue, sih,” gumam Ify.
“Fy, mending lo ikut sama kita aja! Nanti kita hang out!” kata Shilla.
“Yaudah deh,” kata Ify.
***
Mobil Rio berhenti di sebuah café yang terletak di pinggir pantai Ancol (anggep aja ada). Rio masuk kedalam café tersebut, semua pelayan sibuk dengan tugas mereka masing-masing.
“Eh, Nak Rio,” kata seorang wanita paruh baya.
“Tante, udah siap semua?” Tanya Rio.
“Siap!”
Rio berkeliling melihat dekorasi yang menghiasi café tersebut, semua sesuai dengan konsepnya.
“Pasti Ify bakal kaget,” kata Rio.
***
Ify terus menerus memanyunkan bibirnya, melihat teman-temannya yang berpasangan. Sivia sama Alvin, Shilla sama Gabriel, Agni sama Cakka. Ify terus menerus melengos.
“Ify, jangan manyun teruus doong, kita kan mau ngerayain kemenangan CB!” seru Sivia.
“Gue berasa kayak kambing congek berbau obat nyamuk yang lagi jualan kacang tapi gak laku!” keluh Ify.
“Yaah, jangan gitu dong, lo gak bau obat nyamuk kok, lo bau obat merah!” celetuk Cakka. Kemudian Cakka ditoyor Agni.
“Sakiit, Agnii!” ringis Cakka.
“Kayaknya udah waktunya deh,” kata Gabriel.
“Fy, ayo ikut!” kata Shilla sambil menarik tangan Ify.
“Ha? Mau kemana?” Tanya Ify.
“Ikut ajaa…ayo!” ajak Sivia.
Mereka semua pergi ke salon, yang cewek di dandanin, yang cowok sibuk mengganti bajunya dengan baju yang lebih rapi.
Setelah selesai di dandani, para cewek mengganti bajunya dengan dress yang sudah mereka bawa.
“Fy, pake ini!” kata Shilla.
Sebuah dress warna biru tosca ia kasih
ke Ify. Ify mengganti bajunya dengan dress tersebut, dan alhasil Ify terlihat lebih cantik.
“Udah siap kan?” tanya Alvin. Semua mengangguk. Ify hanya mengangkat alis.
“Emang mau kemana?” Tanya Ify.
Tiba-tiba matanya ditutup oleh Agni dengan slayer.
“Ehh!! Kok mata gue ditutuup!! Buka doong!!” seru Ify.
Mereka semua membawa Ify ke mobil Cakka dan pergi ke suatu tempat.
***
“Pliis dong buka mata gue!” seru Ify.
Shilla, Sivia, dan Agni terus membawa Ify masuk kedalam café. Kemudian mereka berhenti di tengah-tengah.
“Gue buka ya!” Shilla membuka tutup mata Ify. Ify mengerjap-ngerjapkan matanya dan melihat orang-orang terdekatnya berada di hadapannya. Mama dan Papanya, Deva, Ray, Keke, Acha, Debo, Shilla, Sivia, Agni, Alvin, Gabriel, Cakka dan beberapa teman
yang lain.
“Happy birthday Ify…happy birthday Ify…happy birthday happy birthday, happy birthday Ify,” semua bernyanyi untuk Ify.
“Fy, buat permohonan sebelum tiup lilin!” kata Sivia.
Ify memejamkan matanya dan memohon sebuah permohonan.
‘Mudah-mudahan Kak Rio ada di sini,’ batin Ify. Ify langsung meniup lilinnya. Semua para undangan bertepuk tangan.
“Sekarang acara bebas ya, silahkan untuk menikmati makanan yang sudah di sediakan,” ujar Bu Risna.
“Ma, Mama sama Papa yang buat pestanya?” tanya Ify.
“Bukan kita kok,” kata Bu Risna. Ify pun pergi ke tempat teman-temannya.
“Shil, lo sama yang laen buat pesta ini?” Tanya Ify.
“Haha, nggak lah, kita aja diundang,” kata Shilla.
“Terus siapa yang buat??” Tanya Ify.
Kemudian lampu café langsung mati.
“Eh, mati lampu ya?” Tanya Alvin.
“Belom bayar listrik kali!” kata Gabriel.
Tiba-tiba sebuah lampu spotlight menyala dan menyinari seorang laki-laki yang ada di tengah panggung, seorang laki-laki memakai kemeja warna hitam dengan jas putih yang lengannya digulung (emang jas bisa digulung ya?). Ify melotot.
“Kak Rio?” gumam Ify.
“Lagu ini saya persembahkan untuk seseorang yang berulang tahun hari ini,” kata Rio.
Dentingan piano seorang pianis mengiringi Rio bernyanyi,
Sedalam yang pernah kurasa
Hasratku hanyalah untukmu
Terukir manis dalam renunganku
Jiwamu jiwaku menyatu
Biarkanlah kurasakan
Hangatnya sentuhan kasihmu
Bawa daku penuhiku
Berilah diriku kasih putih dihatiku
Kucurahkan isi jiwaku
Hanya padamu
Dalam air itu
Kaubawa selamanya diriku
Biarkanlah kurasakan
Hangatnya sentuhan kasihmu
Bawa daku penuhiku
Berilah diriku kasih putih dihatiku
Semua orang bertepuk tangan begitu mendengar nyanyian merdu Rio. Ify pun takjub mendengar suara Rio. Rio turun dari panggung dan menarik tangan Ify untuk maju keatas panggung
menatap indahnya senyuman diwajahmu membuat ku terdiam dan terpaku
mengerti akan hadirnya cinta terindah
saat kau peluk mesra tubuhku
banyak kata yang tak mampu kuungkapkan
kepada dirimu
reff:
aku ingin engkau slalu
hadir dan temani aku
disetiap langkah
yang meyakiniku
kau tercipta untukku
sepanjang hidupku
aku ingin engkau slalu
hadir dan temani aku
disetiap langkah
yang meyakiniku
kau tercipta untukku
meski waktu akan mampu
memanggil seluruh ragaku
ku ingin kau tau
kuslalu milikmu
yang mencintaimu
sepanjang hidupku
aku ingin engkau slalu
hadir dan temani aku
disetiap langkah
yang meyakiniku
kau tercipta untukku
meski waktu akan mampu
memanggil seluruh ragaku
ku ingin kau tau
kuslalu milikmu
yang mencintaimu
Rasanya Ify mau nangis begitu mendengar alunan bait lagu yang dinyanyikan Rio hanya untuknya. (jadi inget pas Rio nyanyi lagu Tercipta Untukku hehee :p)
“Kak Rio, lo boong ya sama gue! Katanya lo ada urusan!” seru Ify sambil memukul-mukul Rio.
“Aduuh sakiit!” seru Rio.
“Woi! Berantem lagi di atas panggung! Emang ring tinju!” seru Cakka.
“Berisik lu, Cak!” seru Rio.
“Sori deh, Fy. Gue kan pengen ngerjain lo,” Rio terkekeh, Ify manyun.
Kemudian Rio mengeluarkan sebuah kotak kecil yang telah dibungkus rapih dengan kertas kado bergambar doraemon dengan pita biru yang menghiasinya.
“Buat lo,” kata Rio.
“Kok lo gak ngucapin selamat sama gue?” Tanya Ify.
“Semuanya udah ngucapin selamat belom sama lo?” Tanya Rio balik.
“Udah, emang kayak lo!” keluh Ify.
“Berarti sekarang gue ngucapinnya, happy birthday, Fy!” ucap Rio.
“Kenapa lo baru ngucapin sekarang, gue lebih suka kalo lo ngucapin yang pertama kali,” kata Ify.
“Menurut gue, yang ngucapin terakhir itu bakal selalu diinget, kalo pertama kali pasti bakal lupa sama ucapan gue, dan prinsip gue, gue gak mau jadi yang
pertama, gue maunya jadi yang terakhir,” tutur Rio sambil membuka kotak tersebut. Sebuah cincin emas putih tersimpan didalamnya. Rio menarik tangan Ify dan menyematkan cincin tersebut di jari Ify.
“Alyssa Saufika Umari, would you be the last girl in my life?” tanya Rio. Muka Ify memerah. Itu tandanya Rio melamarnya di depan semua orang.
“Mamaaa…mama ngerestuin gak?” Tanya Ify.
“Pasti!”
“Papa?”
“Absolutely yes!”
“Deva?”
“Gue restuin! Soalnya cuma Kak Rio yang mau sama lo!” Ify manyun kearah Deva.
“Terima! Terima! Terima!” semua tamu menyerukan kata terima.
“Yes, I would be the last girl in your life,” jawab Ify.
Semua tamu bertepuk tangan, dan bersorak sorai.
“Asiiik!!!”
“Prikitiiw!!”
“Suit suit!!”
Muka mereka berdua memerah.
“Aduuh, gue gak nyangka lo bakal ngelamar gue, Kak! Jadilah gue sebagai Nyonya Mario, hehee..” celetuk Ify.
“Iya, Nyonya Marioo…” kata Rio.
“KYAAAA!!! Jadi maluu!!” seru Ify kegirangan sampai-sampai tak sengaja menginjak kaki Rio yang cedera.
“Aduuuh!!! Ify gilaa!! Kaki guee!!!” teriak Rio.
“Huwaaa!!! Maaf!!!”
***
“Pliis dong buka mata gue!” seru Ify.
Shilla, Sivia, dan Agni terus membawa Ify masuk kedalam café. Kemudian mereka berhenti di tengah-tengah.
“Gue buka ya!” Shilla membuka tutup mata Ify. Ify mengerjap-ngerjapkan matanya dan melihat orang-orang terdekatnya berada di hadapannya. Mama dan Papanya, Deva, Ray, Keke, Acha, Debo, Shilla, Sivia, Agni, Alvin, Gabriel, Cakka dan beberapa teman
yang lain.
“Happy birthday Ify…happy birthday Ify…happy birthday happy birthday, happy birthday Ify,” semua bernyanyi untuk Ify.
“Fy, buat permohonan sebelum tiup lilin!” kata Sivia.
Ify memejamkan matanya dan memohon sebuah permohonan.
‘Mudah-mudahan Kak Rio ada di sini,’ batin Ify. Ify langsung meniup lilinnya. Semua para undangan bertepuk tangan.
“Sekarang acara bebas ya, silahkan untuk menikmati makanan yang sudah di sediakan,” ujar Bu Risna.
“Ma, Mama sama Papa yang buat pestanya?” tanya Ify.
“Bukan kita kok,” kata Bu Risna. Ify pun pergi ke tempat teman-temannya.
“Shil, lo sama yang laen buat pesta ini?” Tanya Ify.
“Haha, nggak lah, kita aja diundang,” kata Shilla.
“Terus siapa yang buat??” Tanya Ify.
Kemudian lampu café langsung mati.
“Eh, mati lampu ya?” Tanya Alvin.
“Belom bayar listrik kali!” kata Gabriel.
Tiba-tiba sebuah lampu spotlight menyala dan menyinari seorang laki-laki yang ada di tengah panggung, seorang laki-laki memakai kemeja warna hitam dengan jas putih yang lengannya digulung (emang jas bisa digulung ya?). Ify melotot.
“Kak Rio?” gumam Ify.
“Lagu ini saya persembahkan untuk seseorang yang berulang tahun hari ini,” kata Rio.
Dentingan piano seorang pianis mengiringi Rio bernyanyi,
Sedalam yang pernah kurasa
Hasratku hanyalah untukmu
Terukir manis dalam renunganku
Jiwamu jiwaku menyatu
Biarkanlah kurasakan
Hangatnya sentuhan kasihmu
Bawa daku penuhiku
Berilah diriku kasih putih dihatiku
Kucurahkan isi jiwaku
Hanya padamu
Dalam air itu
Kaubawa selamanya diriku
Biarkanlah kurasakan
Hangatnya sentuhan kasihmu
Bawa daku penuhiku
Berilah diriku kasih putih dihatiku
Semua orang bertepuk tangan begitu mendengar nyanyian merdu Rio. Ify pun takjub mendengar suara Rio. Rio turun dari panggung dan menarik tangan Ify untuk maju keatas panggung
menatap indahnya senyuman diwajahmu membuat ku terdiam dan terpaku
mengerti akan hadirnya cinta terindah
saat kau peluk mesra tubuhku
banyak kata yang tak mampu kuungkapkan
kepada dirimu
reff:
aku ingin engkau slalu
hadir dan temani aku
disetiap langkah
yang meyakiniku
kau tercipta untukku
sepanjang hidupku
aku ingin engkau slalu
hadir dan temani aku
disetiap langkah
yang meyakiniku
kau tercipta untukku
meski waktu akan mampu
memanggil seluruh ragaku
ku ingin kau tau
kuslalu milikmu
yang mencintaimu
sepanjang hidupku
aku ingin engkau slalu
hadir dan temani aku
disetiap langkah
yang meyakiniku
kau tercipta untukku
meski waktu akan mampu
memanggil seluruh ragaku
ku ingin kau tau
kuslalu milikmu
yang mencintaimu
Rasanya Ify mau nangis begitu mendengar alunan bait lagu yang dinyanyikan Rio hanya untuknya. (jadi inget pas Rio nyanyi lagu Tercipta Untukku hehee :p)
“Kak Rio, lo boong ya sama gue! Katanya lo ada urusan!” seru Ify sambil memukul-mukul Rio.
“Aduuh sakiit!” seru Rio.
“Woi! Berantem lagi di atas panggung! Emang ring tinju!” seru Cakka.
“Berisik lu, Cak!” seru Rio.
“Sori deh, Fy. Gue kan pengen ngerjain lo,” Rio terkekeh, Ify manyun.
Kemudian Rio mengeluarkan sebuah kotak kecil yang telah dibungkus rapih dengan kertas kado bergambar doraemon dengan pita biru yang menghiasinya.
“Buat lo,” kata Rio.
“Kok lo gak ngucapin selamat sama gue?” Tanya Ify.
“Semuanya udah ngucapin selamat belom sama lo?” Tanya Rio balik.
“Udah, emang kayak lo!” keluh Ify.
“Berarti sekarang gue ngucapinnya, happy birthday, Fy!” ucap Rio.
“Kenapa lo baru ngucapin sekarang, gue lebih suka kalo lo ngucapin yang pertama kali,” kata Ify.
“Menurut gue, yang ngucapin terakhir itu bakal selalu diinget, kalo pertama kali pasti bakal lupa sama ucapan gue, dan prinsip gue, gue gak mau jadi yang
pertama, gue maunya jadi yang terakhir,” tutur Rio sambil membuka kotak tersebut. Sebuah cincin emas putih tersimpan didalamnya. Rio menarik tangan Ify dan menyematkan cincin tersebut di jari Ify.
“Alyssa Saufika Umari, would you be the last girl in my life?” tanya Rio. Muka Ify memerah. Itu tandanya Rio melamarnya di depan semua orang.
“Mamaaa…mama ngerestuin gak?” Tanya Ify.
“Pasti!”
“Papa?”
“Absolutely yes!”
“Deva?”
“Gue restuin! Soalnya cuma Kak Rio yang mau sama lo!” Ify manyun kearah Deva.
“Terima! Terima! Terima!” semua tamu menyerukan kata terima.
“Yes, I would be the last girl in your life,” jawab Ify.
Semua tamu bertepuk tangan, dan bersorak sorai.
“Asiiik!!!”
“Prikitiiw!!”
“Suit suit!!”
Muka mereka berdua memerah.
“Aduuh, gue gak nyangka lo bakal ngelamar gue, Kak! Jadilah gue sebagai Nyonya Mario, hehee..” celetuk Ify.
“Iya, Nyonya Marioo…” kata Rio.
“KYAAAA!!! Jadi maluu!!” seru Ify kegirangan sampai-sampai tak sengaja menginjak kaki Rio yang cedera.
“Aduuuh!!! Ify gilaa!! Kaki guee!!!” teriak Rio.
“Huwaaa!!! Maaf!!!”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar